Bulan Maulid ini mengingatkan kembali tentang kelahiran seorang Nabi pamungkas, Nabi yang membawa misi suci dan akan membimbing manusia ke jalan kebenaran, jalan yang akan membahagiakan manusia baik kebahagiaan di dunia maupun di akherat. Seorang Nabi yang akan memberikan pedoman bagaimana menyeimbangkan antara keimanan dan amal saleh dan lainnya. Pada tulisan ini kita akan mengenali lebih jauh kepribadian-kepribadian luhur beliau.
Sebelum Nabi Muhammad Saw memulai dakwahnya, beliau hidup bersama dengan masyarakat selama 40 tahun. Kehidupan beliau semenjak kecil hingga saat itu bersih dari sifat-sifat kemunafikan, sifat-sifat yang kotor dan hal-hal yang tidak terpuji. Karena memiliki sifat amanah yang sangat tinggi, masyarakat menggelarinya dengan sebutan al-Amin, seorang yang dapat dipercaya.
Nabi Muhammad, selain memiliki latar belakang individu yang baik, juga mempunyai latar belakang kabilah yang cukup menonjol diantara kabilah-kabilah yang lain. Kabilah Quraisy sejak tahun-tahun sebelumnya adalah sebuah kabilah yang sudah tersohor dan terkemuka dikalangan Arab. Jika dirunut ke belakang, kakek buyut beliau yaitu Qushai bin Kilab, Hasyim dan Abdul Muththalib adalah sosok-sosok pribadi terkenal yang memiliki kemuliaan dan keagungan.
Keistimewaan yang paling tinggi dan paling menonjol dari sosok pribadi Nabi Saw adalah dimensi akhlak yang dia sandang. Al-Quran menamakannya dengan: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Qs Al-Qalam: 4)
Dalam mensifati perilaku dan sifat-sifat Nabi Saw mereka menjelaskan bahwa beliau pada banyak kesempatan lebih memilih untuk diam dan hanya akan berbicara kecuali seperlunya saja. Beliau banyak tersenyum dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Beliau akan membalikkan tubuh beliau ketika ingin berbicara dengan seseorang. Gemar dengan kebersihan dan memakai parfum sehingga akan tersebar aroma wangi dari tubuhnya. Ketika ada sahabat yang melaporkan bahwa si fulan berlama-lama di masjid dan tidak memperhatikan keluarganya, beliau langsung menegur bahwasanya beliau juga menikah dan menyukai parfum dan keharuman. Darinya benar-benar sumber teladan yang baik, teladan untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat dan tidak hidup seperti gaya hidup seorang pendeta yang melupakan kesenangan dunia.
Perilakunya dengan sesama muslim bahkan dengan non-muslim berlaku dengan cara yang bijaksana, penuh derma, penuh kasih dan pemaaf. Perjalanan hidup dan kehidupannya begitu merasuk terpadu ke dalam hati kaum muslimin sehingga menjadi buah bibir hingga ke pelosok-pelosok daerah dan hal tersebut sampai sekarang menjadi panutan dan tauladan bagi kita semua.
Imam Ali As dalam menggambarkan sifat Nabi Muhammad Saw mengatakan: “Siapa saja yang melihatnya sebelum mengenalnya, ia akan merasakan kewibawaannya. Dan siapa saja yang berinteraksi dengannya dan atau mengenalnya ia akan menyukainya.
Ketika beliau bersalaman dengan orang lain, beliau tidak akan melepaskan jabatan tangannya kecuali orang lain yang melepaskan tangannya terlebih dahulu.
Beliau tahu betul dengan siapa yang diajak berbicara sehingga ucapannya selalu tepat dan sesuai dengan kapasitas akal orang yang diajak bicara. Sifat pemaafnya sangat terkenal, sehingga orang yang sangat terkenal selalu menzalimi beliaupun yaitu Wahsyi dan Abu Sufyan juga dimaafkan.
Dalam kehidupan peribadinya, beliau sosok yang dikenal dengan kezuhudan. Kemenangan pasukan Islam pada perang Hunain yang mampu mengumumpulkan ghanimah sebanyak empat ratus ribu unta, lebih dari empat puluh ribu domba, emas dan perak dengan kadar yang tidak sedikit telah dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya dan tidak mengubah model kehidupannya. Atap rumahnya terbuat dari dari batang kurma. Bantal yang ia kenakan adalah bantal yang di dalam kainnya penuh dengan daun-daun kurma. Kasur yang berasal dari kulit pun, juga dipenuhi dengan daun-daun kurma Selimutnya terbuat dari kain yang kasar yang membuat badan gatal dan dia juga memiliki kain selempang yang terbuat dari bulu unta.
Meskipun begitu, Nabi Muhammad Saw dalam kehidupannya sangat berpenampilan dengan rapi. Nabi Saw bercermin di depan kaca, merapikan rambut kepalanya dan menyisirnya, beliau berpenampilan bukan hanya untuk keluarganya namun untuk para sahabatnyapun beliau melakukan hal itu. Ketika beliau ingin mengadakan perjalananpun dia menjaga dan memperhatikan kebersihan dan kerapiannya, dan selalu membawa bersamanya lima benda: cermin, celak, sisir, sikat gigi dan gunting.
Dalam kehidupan kesehariannya, beliau membagi waktu-waktunya menjadi tiga bagian; sebagian untuk beribadah kepada Allah Swt, sebagian waktunya dikhususkan untuk diri dan keluarganya, dan sebagian yang lainnya untuk diri dan lingkungan masyarakatnya. Teriring harapan semoga kita dapat meneladani akhlak-akhlak mulia beliau. []