Muslimah Ahlulbait Indonesia menyelenggarakan kegiatan peringatan wiladah Sayidah Zainab s.a. dan Sarasehan Nasional bersama Majelis Taklim di seluruh Indonesia, Sabtu 10 Desember 2022, di Islamic Cultural Center.
Melalui penyelenggaraan peringatan wiladah Sayidah Zainab dan juga dekat dengan ayyamul fathimiyah, menjadi figure yang kita dapat teladani dan menjadi panduan bagi kita untuk menjalani kehidupan kita. Di luar sana, para aktifis dan para tokoh perempuan sedang mencari formula untuk menjadi perempuan yang sempurna dan tidak dipandang sebelah mata dan tidak diperlakukan semena-mena. Tapi kita, sudah memiliki dua tokoh perempuan dalam Islam yang terus kita kaji dan teladani setiap hikmah yang ada di dalamnya.
Ustad Umar Shahab, sebagai salah satu narasumber acara tersebut, menyampaikan bahwa majelis taklim yang ada mungkin memang tidak terlalu bernuansa Ahlulbait, tapi nilai-nilai Ahlulbait sangat kental di dalamnya. Ini menunjukkan bahwa Majelis taklim sangat efektif untuk memperkenalkan Ahlulbait bagi para akhwat atau ibu-ibu secara khususnya. Sehingga, sangat perlu dan penting majelis taklim untuk bertahan dan terus melanjutkan aktifitasnya.
Syekh Hakim menyambut baik kegiatan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Nasional Muslimah ABI ini. Beliau mengatakan bahwa peran muslimah adalah sebuah peran yang penting, bahkan untuk beberapa hal, peran muslimah menjadi lebih penting sebagaimana yang dilakukan oleh Muslimah ABI, yaitu untuk menghidupkan dan bekerjasama dengan berbagai majelis taklim.
Majelis taklim memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Yang pertama, adalah menyebarkan ajaran suci agama Islam terutama kepada generasi muda. Dan yang kedua, adalah perlu bagi kita untuk menambah dan memperdalam pemahaman dan makrifat kita akan ilmu agama Islam. Dan perlu kita sadari bersama bahwa kita juga memiliki tanggung jawab untuk memperkenalkan ajaran ahlulbait ke seluruh penduduk di negeri ini dengan segala bentuk tampilan dan variasinya.
Ayatullah Muhammad Hasan Mahdavi Mehr, memaparkan terkait tafsir surat Al-Kautsar. Ada kata Abtar yang berarti terputus atau buntung. Saat itu ada sekelompok orang yang mencemooh Nabi dengan mengatakan bahwa nabi tidak memiliki keturunan atau terputus garis keturunannya. Rasulullah dikaruniai anak laki-laki dan perempuan, tetapi tidak ada anak-laki-laki yang tumbuh sampai dewasa kecuali seorang wanita yaitu Fathimah Azzahra.
Orang Arab, saat itu tidak menganggap sama sekali eksistensi seorang perempuan. Karenanya, karena saat Qasim anak laki-laki Nabi Muhammad Saw meninggal, nabi dicemooh tidak memiliki keturunan. Tetapi Allah Swt, melalui hadirnya sayidah Fathimah, mengubah pemahaman umum masyarakat saat itu bahwa perempuan sama sekali tidak dianggap ada. Kedua, Allah ingin menunjukkan bahwa Fatimah adalah perempuan yang menjadi karunia yang besar yang bahkan tidak didapatkan pada seorang laki-laki. Bahkan saat berdoa, Rasulullah menggunakan salawat yang mendahulukan perempuan di dalamnya. Ketiga, Allah ingin menghibur Rasulullah dengan hadirnya seorang perempuan dalam hidupnya, bahkan saat Rasulullah Saw dicemooh.
Mudah-mudahan kita dapat meneladani kehidupan dan karakter para perempuan Ahlulbait dan dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari kita.