Imam Ridha as ditanya tentang hamba terbaik Allah Swt, beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang akan bergembira ketika berbuat baik, dan akan memohon ampun saat melakukan dosa.”
Ilmu pengetahuan luas dan mendalam yang dimiliki Imam Ridha as diketahui semua orang. Imam Ridha as banyak melakukan diskusi dan debat dengan pembesar dari berbagai aliran menyimpang untuk menghindarkan kesesatan berpikir dari masyarakat Muslim, dan menjaga hakikat Al Quran. Di tengah masyarakat kala itu, banyak kerja-kerja keilmuan yang dilakukan, masa itu termasuk masa penerjemahan dan penulisan buku.
Di masa itu, banyak aliran pemikiran saling beradu pandangan, dan para ilmuwan masing-masing menyampaikan keyakinan serta pendapat mereka. Oleh karena itu debat yang dilakukan Imam Ridha as dengan para pemikir, berubah menjadi momen menegangkan dan sensitif. Bagaimanapun juga pada acara-acara debat itu, cahaya ilmu pengetahuan Imam Ridha as memancar luas dan hakikat semakin tampak.
Komplek Makam Suci Imam Ridha as merupakan tempat ziarah terpenting di Dunia Islam. Ia terletak di kota Mashhad, timur laut Iran. Setiap tahun, tempat suci yang dianggap Belahan Surga ini menggelar beragam acara untuk merayakan kelahiran Imam Ridha as dan menyebarkan ajaran serta cahaya Ilahi. Meski di tengah pandemi Corona, dunia tetap menyaksikan semangat poros akhlak, kemanusiaan dan pemikiran Imam Ridha as.
Kampanye internasional “Beh Lotf-e Emam” dengan konsentrasi pada sikap saling tolong menolong dan bantu membantu kepada fakir miskin, dilaksanakan secara aktif terutama di hari kelahiran Imam Ridha as. Majelis pembacaan Al Quran oleh para qari internasional, lantunan syair dan pujian di hari wiladah Imam Ridha as, membuat suasana semakin nyaman bagi para peziarah. Banyak orang yang tertarik kepada Makam Suci Imam Ridha as, dan menjalin hubungan dengan Imam Kasih Sayang ini.
Suhail Asaad yang bernama asli Edgardo Rubin dari Spanyol mengatakan, “Ketika memasuki komplek Makam Suci Imam Ridha as, saya merasakan sebuah perasaan yang luar biasa. Saya merasakan betul wujud suci beliau.”
Ia menambahkan, “Di Makam Suci ini tidak perlu kita berbicara bahasa Arab supaya Imam Ridha as memahami perkataan kita. Perasaan bersama Imam Ridha as muncul ketika manusia tidak merasa asing saat berada di Makam Suci ini, hanya karena berasal dari negara lain. Saya juga ketika masuk Islam, Imam pertama yang menjadi sandaran di tengah keterasingan saya, adalah Imam Ridha as, Haram pertama yang saya ziarahi adalah Haram Suci Imam Ridha as, ketika datang ke Iran, tempat pertama dimana saya merasakan perasaan baru dan indah menjadi seorang Muslim adalah Makam Suci Imam Ridha as. Meski saya tidak bisa berbicara bahasa Farsi dengan lancar dengan orang Iran, tapi dengan Imam Ridha as saya berbicara dari hati ke hati, perasaan akrab di negara asing, sangat membantu, dan menyebabkan kegembiraan serta ketenangan batin. Saya bisa katakan, Imam Ridha as adalah tokoh terpenting dan paling berpengaruh di seluruh perjalanan hidup saya.”
Seorang peziarah lain berkata, “Di aula Komplek Makam Suci Imam Ridha as saya menyaksikan bintang yang lebih terang dari Matahari, ia memancarkan sinarnya di tengah langit, Anda akan sirna di tengah keindahannya. Saat Anda perhatikan, ada seseorang yang mengajak Anda kepadanya, orang yang menuntun tangan Anda, dan membawa Anda sampai ke sisi Zarih (pagar pembatas makam). Anda akan melihat begitu amannya Makam Suci Imam Ridha as sehingga jiwa gundah Anda akan merasa tenang berada di dalamnya, dan ruh yang lelah dari kesibukan dunia dan berbagai kekurangan itu, akan dibersihkan. Sekarang mata Anda akan mulai dipenuhi air mata. Membaca perlahan doa ziarah, doa ini adalah mata air cinta yang akan menghilangkan dahaga jiwa-jiwa yang haus, dan ruh yang lelah. Kemudian Anda mencium Zarih. Hati Anda tidak membiarkan Anda pergi meninggalkan Haram. Segenap jiwa Anda berharap tetap tinggal di majelis langit ini, dan dengan penuh cinta Anda berkata, ‘Assalamu alaika Ya Ahlal Baiti Nubuwah, Assalamu alaika Ya Ali ibni Musa Al Ridha’.
SUMBER: PARSTODAY.COM