Direktur Islamic Cultural Center, Syekh Hakimillahi memimpin rombongan untuk bersilaturahmi ke KH. Said Aqil Siroj di kediaman beliau di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, di daerah Ciganjur, Jakarta Selatan (Kamis, 1/12 2022).
Menjelang Isya, rombongan datang di Pondok Pesantren Al-Tsaqafah dan disambut langsung oleh KH. Said Aqil Siroj. Setelah beberapa saat beramah tamah, rombongan melakukan salat Isya berjamaah. Kiai Aqil kemudian mempersilahkan rombongan bersamanya memasuki Aula yang di dalamnya para santri sudah dengan keadaan rapi, siap mendengarkan stadium general yang akan disampaikan.
Kiai Agil memulai dengan memperkenalkan Syekh Hakim dan asal beliau dari Republik Islam Iran. Sebuah negara yang mandiri dan berdaulat dan berdiri di atas kaki sendiri, serta satu-satunya negara yang tidak memiliki hutang luar negeri. Bahkan termasuk negara yang secara konsisten menyatakan perlawanan kepada hegemoni dunia terutama Amerika Serikat, dan mendukung kemerdekaan Palestina, sampai saat ini.
Syekh Hakim memulai dengan menjelaskan bahwa nama Islam yang dirusak oleh orang yang mengaku beragama Islam tetapi berbuat kerusakan, radikal, dan bahkan terorisme. Padahal Islam harusnya mendamaikan, menyelamatkan, saling menghirmati sesama, dan itulah yang dilakukan Rasulullah.
Beliau juga mengatakan bahwa, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, atas nama NU, pernah berusaha mendamaikan konflik beberapa kelompok Afghanistan di Jakarta, di Kabul dan di Istambul. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw saat mendamaikan Bani Aus dan Khazraj untuk hidup bersama-sama di Yatsrib. Dan itulah misi Islam yang sebenarnya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Aqil Siroj mengatakan, “Kita mengenal para Tabi’in, tabi’it tabi’in, imam Hanafi dan Imam Hambali (imam Fiqih), Imam Sibawaih (Ilmu Nahwu), Wasil bin Atha’ (Ilmu Kalam), Amr bin Ubaid (Ilmu Balaghah), Abu Ubaid Qasim (Ilmu Tajwid), bahkan ulama hadis (Bukhari, Muslim, dan lain-lain), itu semua dari Persia.”
“Maka kita bisa ketahui bahwa memang agama turun di Arab, tapi Ilmu datang dan kemudian berkembang di Persia. Iran terkenal dengan kecintaannya kepada Nabi Muhammad dan Keluarga Muhammad, dan kitapun juga harus mencintainya.” Tandasnya.
Pertemuan di akhiri dengan doa bersama untuk keselamatan kedua negara, baik Indonesia maupun Iran. Syekh Hakim dan Syekh Husain Muttaqi, Direktur STAI Sadra, memberikan kenang-kenangan kepada Kiai Aqil berupa Buku Nahj Al-Balaghah, Shahifah Sajjadiyah, Biografi 14 Manusia Suci, dan juga karpet buatan Iran kepada Kiai Aqil Siroj.