ICC Jakarta –Seorang profesor ateis asal Inggris, lahir pada 11 February 1923 dan wafat pada 8 April 2010. Sebagian besar karir dan usianya dihabiskan sebagai pendukung kuat Ateisme dengan alasan bahwa seseorang harus jadi ateis (tidak percaya Tuhan) sampai bukti empiris atas keberadaan-Nya.
Dalam beberapa tahun belakangan, Flew dijuluki the world’s most influential philosophical atheist (filosof ateis paling berpengaruh di dunia). Di Secular Web, Richard Carrier mengakui Flew sebagai salah satu ateis paling popular abad 20, bahkan masuk dalam minidaftar “Ateis Kontemporer” di About.com.
Sebagai ateis, Flew juga mengkritik kehidupan setelah kematian, keinginan bebas dan masalah kejahatan yang menentang keberadaan Tuhan. Pada tahun 2003, dia adalah salah satu penandatangan Humanist Manifesto III.
Namun, pada tahun 2004 dia mengubah pendirian pikiran dan hatinya serta menyatakan bahwa dia sekarang percaya pada keberadaan Pencipta Alam Semesta yang Cerdas. Karuan saja, perubahan iman Flew ini mengejutkan rekan-rekan sesama ateis.
Pada tahun 2007, sebuah buku yang menguraikan alasannya mengubah dirinya jadi beriman dan percaya Tuhan, There is a God: How the World’s Most Notorious Atheist Changed His Mind, ditulis oleh Flew bekerja sama dengan Roy Abraham Varghese.
Buku Flew ini telah menjadi subyek kontroversi, mengikuti sebuah artikel di The New York Times Magazine yang mengesankan kecenderungan pembunuhan karakter terhadaop Flew bahwa kecerdasannya telah menurun karena pikun, dan bahwa buku tersebut hanyalah karya Varghese.
Flew sendiri secara khusus menyangkal tuduhan itu. Dia menyatakan bahwa buku tersebut mewakili pandangannya; meskipun ia mengakui bahwa karena usianya, Varghese telah melakukan sebagian besar pekerjaan penulisan buku yang sebenarnya.
Alhasil, selama lebihdari setengah abad, Antony Flew telah menjadi ikon dan kiblat bagi orang-orang yang tidak percaya Tuhan dan agama beberapa dekade.[1] Dalam bukunya yang paling terkenal, God and Philosophy, Flew menyimpulkan:
Meskipun seperti biasa dapat dikoreksi oleh bukti dan argumen lebih lanjut, alam semesta itu sendiri adalah yang terakhir dan, oleh karena itu, ilmu pengetahuan yang dari waktu ke waktu mungkin memegang hukum alam yang paling mendasar harus, untuk sementara waktu, dianggap sebagai kata pamungkas yang memutus rangkaian jawaban atas pertanyaan tentang mengapa hal-hal itu terjadi seperti apa adanya.[ 2]
Dengan kata lain, alam (mungkin) menjelaskan segala sesuatu tentang dirinya sendiri sehingga tidak perlu percaya pada Realitas Pencipta apa pun. Seseorang dapat mengikuti beberapa perdebatan Flew yang mengusung ateisme melawan filosof Kristen seperti: William Lane Craig, Gary R. Habermas dan Terry L. Miethe.[3]
Kini Flew telah berubah pikiran. Dia menyatakan dirinya sekarang seorang teis yang percaya Tuhan. Dia yakin bahwa Tuhan dalam pemikiran Aristotelian memiliki kekuasaan dan kecerdasan yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.[7]
Flew mengatakan hanya bergerak ke mana bukti mengarah.[8] Atheismenya benar-benar bersifat sementara dan “tunduk pada kekuatan bukti dan argumen lebih lanjut”.[9]
“Ini merupakan kejujuran yang sangat baik dibicarakan dari Profesor Flew” kata filosof agama terkemuka Amerika, Alvin Plantinga, “Setelah bertahun-tahun menentang gagasan tentang Pencipta, dia membalikkan posisinya berdasarkan bukti.”[10]
Perubahan pikiran Flew dari Ateisme ke Teisme bukan berita kecil. Pada hemat Craig J. Hazen, itu tidak hanya tentang perjalanan pribadinya, tetapi juga tentang kekuatan argumen yang digunakan para Teis modern dalam melawan Naturalisme Ateistik.[11]
Pengakuan Flew pada Teisme disambut dengan gelombang skeptisisme dan keputusasaan oleh beberapa mantan rekan ateis.[12] Skeptisisme ini dipicu oleh fakta bahwa rumor tentang perubahan Flew menjadi Kristian mendominasi internet pada 2001 dan muncul lagi pada 2003.
Pada setiap kesempatan, Flew membantah klaim tersebut secara pribadi.[13] Namun kali ini, Flew secara pribadi mengkonfirmasi bahwa dia seorang teis (bukan teisme Kristen), dan kisah imannya telah diliput oleh kantor berita besar seperti ABC News dan BBC.[14]
Keyakinan barunya membuat orang kecewa dan kesal. Yah, “Itu memang terlalu buruk,” kata Flew. “Seluruh hidup saya telah dipandu oleh prinsip Sokrates-nya Plato: Ikuti bukti ke mana pun ia mengarah.”[15]
Seperti yang dikatakan Jonathan Witt, mereka yang mengagumi kecerdasan Flew ketika dia seorang ateis harus mendengarkan dengan cermat alasan keimananya. Sekarang, jika seseorang tiba-tiba disingkirkan karena berubah pikiran, maka ada gejala rasionalitas yang layu.[16]
Peter S. Williams pertama kali mendengar perubahan pikiran Anthony Flew pada Juni 2004, saat menghadiri European Leadership Forum di Hongaria. Sejumlah sumber dengan tepat mengatakan bahwa Flew baru-baru ini percaya pada keberadaan suatu jenis Tuhan, dan pergeseran pemikiran ini sebagian besar disebabkan oleh jenis argumen yang dikemukakan oleh gerak Desain Yang-Cerdas (Intelligent Design).
Flew sejak itu mengkonfirmasi kepada The Associated Press bahwa ide-idenya saat ini memiliki beberapa kesamaan dengan para penganut teori Desain Cerdas Amerika yang melihat bukti adanya kekuatan pengelola dalam konstruksi alam semesta. Dia menerima evolusi Darwin, tetapi dia juga meragukan evolusi itu dapat menjelaskan asal mula kehidupan.[17]
Kemudian, dalam sepucuk surat kepada majalah Philosophy Now (47 Agustus/September 2004, hlm. 22, lih. www.philosophynow.org), Flew memperlihatkan batas-batas dari implikasi teologis negatif Teori Evolusi Darwin oleh Seleksi Alam.[18] Mengutip dari Darwin, Flew mencatat bahwa teori evolusi melalui seleksi alam tidak memperhitungkan asal-usul kehidupan.[19] Flew mengatakan:
Syarat pembuktian Teologi Natural telah berubah dalam lebih dari lima puluh tahun sejak Watson dan Crick memenangkan Hadiah Nobel untuk penemuan mereka atas struktur heliks ganda DNA. Menjadi sangat sulit bahkan untuk mulai berpikir tentang membangun teori naturalistik tentang evolusi organisme yang pertama kali bereproduksi.[20]
Flew merekomendasikan dua buku yang membahas masalah ini dari perspektif Teisme. Buku pertama adalah The Wonderful World: A Journey from Modern Science to the Mind of God, karya Roy Abraham Varghese (Fountain Hills, Arizona: Tyr Publishing, 2003) [10f. www.thewonderoftheworld.com/]. Buku kedua adalah The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth (Touchstone, New York 2001) karya Gerald L Schroeder.
Flew membubuhkan cacatan akhir yang disebut editor Philosophy Now sebagai “komentar menggoda” dengan menulis:
Siapapun yang kebetulan ingin tahu apa yang saya pribadi sekarang percayai harus menunggu sampai penerbitan buku yang dijanjikan di awal 2005 oleh Prometheus dari Amherst, NY, dari edisi terakhir “God and Philosophy” saya dengan pengantar baru sebagai “sebuah peninggalan sejarah”. Buku ini adalah studi tentang argumen yang menguatkan teisme Kristen, pertama kali diterbitkan pada 1966. Komitmen saya sendiri kemudian sebagai seorang filsuf yang juga seorang kafir religius adalah dan tetap prinsip Socrates-nya Platon: ‘Kita harus ikuti argumen ke mana pun ia bergerak.”
Hormat saya, Antony Flew.[wikipedia, bethinking.org]
Sumber www.quranika.com