ICC Jakarta –Pengasuh Pesantren API (Asrama Perguruan Islam), Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, KH M Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) mengatakan, pesantren memiliki konten keilmuan yang luar biasa. Meski demikian, untuk bisa meramaikan media sosial perlu tampilan yang baik. Hal ini disampaikannya saat mengisi acara Muktamar Pemikiran Santri Nusantara yang diinisiasi Direktorat PD Pontren Ditjen Pendis Kemenag bekerja sama dengan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Jumat (9/10).
Dalam kegiatan bertema ‘Santri Sehat Indonesia Kuat’ ini, Gus Yusuf menjelaskan bahwa kedalaman ilmu di pesantren yang ditambah dengan kuatnya doa dan riyadhah belum cukup. “Untuk tampil di media sosial tidak cuma bermodal itu. Perlu ada tampilan yang baik agar dakwah kita di medsos tidak ketinggalan,” tandas Gus Yusuf.
Selain itu, lanjut dia, perlu sinergitas berbagai lapisan, termasuk antarpesantren. “Sinergitas menjadi sangat mutlak bagi pesantren,” tandasnya. Ia juga mengungkapkan, perlu adanya pendampingan agar pesantren dapat mengenal medsos. Minimal harus ada diskusi mengenai hal itu. Gus Yusuf menambahkan, bahwa saat ini dibutuhkan santri yang amil. Tidak hanya sekedar pintar saja, namun juga cerdas. “Orang yang cerdas itu memahami situasi zamannya seperti apa. Ini yang namanya aqilan bi zamanihi,” terangnya.
Setelah memahami, lanjut dia, kalangan pesantren harus
dapat menghadapi dengan cara kekinian yang tidak cukup dakwah secara fisik,
namun juga dakwah melalui media sosial, TV, radio. “Yang itu jamaahnya dan
efektivitasnya luar biasa,” ungkapnya. ADVERTISEMENT Gus Yusuf menambahkan,
yang lebih penting lagi adalah harus muqbilan li sya’nihi. Bahwa pesantren
tidak perlu mengikuti tren pasar yang sedang berkembang. Terpenting ada sesuatu
untuk menjadi daya tarik. “Ini yang perlu kita ulik bersama. Kita tidak
harus menjadi seperti Gus Nadirsyah Hosen yang berdakwah dengan bahasa
milenial. Kita bisa berdakwah seperti Gus Baha yang tetap mempertahankan dakwah
ala pesantren,” jelasnya. Kemudian, adanya arifan lirabbihi juga menjadi salah
satu yang tidak bisa ditinggalkan. Karena dari situ bisa dibedakan antara
santri dan boneka. Boneka tidak memiliki arifan lirabbihi meskipun memiliki inteligensi
yang tinggi. “Inteligensinya oke. Tapi tidak kenal dengan yang namanya wiridan,
mujahadah, apalagi barakah. Ini yang menjadi kekhasan pesantren untuk
mendekatkan pada ketuhanan yang harus terus dijaga,” terangnya. Dengan ketiga
hal tersebut, yaitu aliman bi zamanihi, muqbilan li sya’nihi, dan arifan
lirabbihi, Gus Yusuf percaya bahwa pesantren dapat optimis dan semangat
mengikuti perkembangan zaman.
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/123833/ramaikan-medsos-gus-yusuf-perlu-konten-dan-tampilan-yang-baik