ICC Jakarta – Seiring dengan laporan terbaru, akhir-akhir ini jumlah penderita Corona di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada kesempatan ini saya ingin berbicara mengenai masalah Islam dan kesehatan. Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah kesehatan manusia dan menganggap bahwa kesehatan manusia merupakan salah satu kenikmatan besar yang Allah berikan kepada umat manusia.
Dalam sebuah riwayat dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dikatakan bahwa ada dua nikmat yang seringkali dilupakan, yaitu kenikmatan kesehatan dan kenikmatan rasa aman. Dalam riwayat lain beliau juga mengatakan bahwa kesehatan adalah salah satu kenikmatan yang terbaik yang Allah berikan. Dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq as, beliau menjelaskan tentang masalah betapa Allah Swt memberikan dua nikmat yang besar dalam kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Ketika Imam Shadiq menjelaskan apa makna kenikmatan di dunia, beliau mengatakan kenikmatan di dunia adalah ketika seseorang mendapatkan rasa aman dan mendapatkan kesehatan. Kemudian ketika berbicara mengenai masalah kenikmatan di akhirat, beliau mengatakan bahwa kenikmatan di akhirat berupa masuknya seseorang ke dalam surga. Di dalam hadis yang singkat ini, beliau ingin menjelaskan bahwa nikmat yang terbesar yang mungkin bisa didapatkan di dua kehidupan ini adalah yang pertama di dunia adalah kesehatan dan keamanan, dan di akhirat adalah masuk surga.
Dimensi Kesehatan
Kalau kita berbicara mengenai masalah kesehatan, ini bisa dilihat dari dua dimensi: pertama dimensi yang berhubungan dengan kesehatan pribadi, kesehatan individual. Dalam masalah kesehatan individual ini adalah manusia memiliki kecenderungan untuk menjaga dirinya dari kemungkinan dia terkena penyakit, apalagi penyakit yang berhubungan dengan virus yang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatannya. Demikian juga yang berhubungan dengan masalah penyakit-penyakit yang bisa tertularkan kepada orang lain. Berhubungan dengan masalah kesehatan individual ini, setiap manusia harus menjaga dirinya jangan sampai terkena penyakit, harus menjaga dirinya jangan sampai dia terkena virus yang berbahaya bagi kesehatannya.
Dimensi kedua adalah dimensi kesehatan umum. Yang dimaksud dalam dimensi kesehatan umum ini adalah bahwa adalah suatu kesehatan yang berhubungan dengan masyarakat, bagaimana masyarakat itu mesti dijauhkan dari hal-hal yang bisa membahayakan kesehatan mereka. Sebagaimana manusia harus melindungi dirinya dari kemungkinan terkena penyakit dalam dimensi kesehatan individual, dari dimensi kesehatan sosial kemasyarakatan manusia juga harus melindungi masyarakatnya. Jangan sampai masyarakat menjadi masyarakat yang terkena virus dan penyakit.
Menjaga diri dari virus dan penyakit yang berbahaya dan yang menular adalah sebuah tanggung jawab syar’i yang dipikul oleh setiap manusia, baik secara individu maupun secara sosial. Karena itu manusia secara individu, dia wajib untuk menjaga dirinya dari kemungkinan terkena virus dan penyakit. Begitu pula masyarakat juga harus melindungi diri jangan sampai menjadi masyarakat yang menyimpan penyakit yang bisa menular kepada anggota-anggota masyarakatnya. Inilah yang dikatakan dan diajarkan dalam agama. Seperti dikatakan dalam sebuah pepatah: Satu dirham untuk mencegah lebih baik daripada harus mengeluarkan satu karung uang untuk menyembuhkan suatu penyakit.
Saya ingin tekankan lagi bahwa kita punya dua kewajiban dalam masalah ini: satu kewajiban adalah melindungi diri kita, jangan sampai kita mengidap penyakit yang berbahaya, mengidap penyakit yang menular; dan kewajiban kedua kita adalah menjaga jangan sampai kita menjadi penyebab masyarakat dan lingkungan kita menjadi masyarakat dan lingkungan yang menyimpan penyakit.
Kalau kita melihat dalam syariat Islam, ada sekelompok hukum syariat yang mana kelompok ini syar’i menjelaskan kepada kita tentang aturan-aturan yang bisa menjauhkan manusia dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Syariat Islam dan ajaran Islam mengajarkan untuk mencegah munculnya penyakit bagi diri manusia maupun bagi masyarakat. Yang pertama adalah hukum-hukum yang berhubungan dengan kesucian dan kebersihan. Kita lihat Islam mengajarkan kepada kita untuk selalu menjaga kebersihan dan kesucian. Ada hukum kita diperintahkan ketika akan melaksanakan salat atau melaksanakan serangkaian ibadah yang lainnya kita disunahkan untuk mandi, untuk menggosok gigi, membersihkan gigi, membersihkan diri kita dari kotoran-kotoran dan najis-najis, baik yang ada pada badan kita, pakaian kita ataupun tempat yang ada di sekitar kita. Kita diperintahkan untuk menjaga hal-hal itu dari najis. Ini artinya Islam mengajarkan kepada kita suatu konsep kebersihan dan kesucian supaya terhindar dari pencemaran dan kotoran yang mengundang berbagai macam penyakit.
Kita tahu bahwasanya salat merupakan tiang agama. Sesuai hadis yang kita kenal, untuk menjalankan dan menegakkan salat yang merupakan tiang agama itu, Islam mengajarkan kepada kita untuk melaksanakan salat dalam keadaan bersih dan suci. Kira-kira apa rahasia di balik itu?
Kita lihat contohnya, wudu, yang merupakan salah satu perintah supaya kita dalam keadaan suci saat beribadah salat. Ternyata wudu diperintahkan bukan hanya untuk salat, ketika seseorang akan melaksanakan tawaf orang juga wajib untuk wudu, tanpa wudu orang tidak bisa tawaf. Ketika orang akan menyentuh Alquran dan huruf-huruf Alquran serta nama-nama yang suci juga harus dalam keadaan berwudu pula. Ini menunjukkan kita diperintahkan dan dianjurkan untuk memiliki kesucian dan wudu dalam semua kondisi kehidupan kita.
Lebih dari 1400 tahun yang lalu Islam datang dan memerintahkan kita untuk setiap hari mencuci wajah dan tangan kita beberapa kali dalam sehari, untuk melaksanakan salat dan melaksanakan ibadah-ibadah yang lain. Ini sudah merupakan perintah Islam. Sekarang kita hidup di suatu zaman pandemik Corona, dimana para dokter dan lembaga-lembaga kesehatan baik lokal nasional ataupun dunia memerintahkan dan menganjurkan supaya kita mencuci tangan setiap hari, setiap kesempatan mencuci tangan dan mencuci badan kita, untuk menghindarkan diri kita dari terjangkit virus Corona. Ini sudah pernah diajarkan Islam jauh hari sebelum virus ini muncul. Bukan hanya itu Islam juga memerintahkan supaya orang yang akan melaksanakan salat pakaiannya juga harus bersih dan suci; jika tidak, salatnya tidak sah.
Yang kedua adalah perintah dari Islam kepada umatnya untuk menjaga lingkungannya supaya tidak menjadi lingkungan yang najis dan kotor. Islam sedemikian mementingkan soal kebersihan lingkungan sehingga melarang para pengikutnya untuk mencemari lingkungan mereka. Lingkungan yang berhubungan dengan air, dilarang kita untuk mencemari air. Kita juga dilarang untuk mencemari sungai-sungai, mencemari sumber-sumber kehidupan, mencemari udara, mencemari kebun-kebun dan ladang-ladang serta mencemari jalan-jalan yang dilalui oleh manusia.
Rasulullah saw melarang umatnya untuk menajisi dengan air seni, untuk menajisi air yang diam, air yang tidak mengalir. Jadi, jangan sampai seorang pengikut Rasulllah saw membuang air kecil di tempat air yang tidak bergerak. Beliau juga melarang untuk mengotori lingkungannya. Bahkan beliau mengatakan dan menegaskan jika ada kotoran di jalan-jalan yang dilalui, jika ada kotoran di tempat-tempat umum, maka hendaknya kita membersihkan tempat-tempat itu dari kotoran. Tujuannya adalah supaya manusia yang hidup di lingkungan itu hidup dengan kondisi yang bersih, dengan udara yang bersih, dan lingkungan yang bersih, dan itu disebut oleh Rasulullah saw sebagai bagian dari cabang-cabang keimanan seorang.
Hal lain yang diajarkan oleh Islam supaya tercipta kesehatan yang baik dan kebersihan yang baik di tengah masyarakat adalah aturan dan adab-adab yang diajarkan oleh Islam berkenaan dengan makanan dan minuman. Islam sedemikian mementingkan masalah kesehatan manusia sehingga dalam salah satu anjurannya Islam memerintahkan untuk makan dan minum tidak dalam keadaan berlebihan. Dalam sebuah firman Allah Swt telah berfirman, kulụ wasyrabụ wa lā tusrifụ.. “…makan dan minumlah kalian, tapi janganlah berlebih-lebihan” (7: 31), karena berlebihan akan mengakibatkan seseorang mudah terjangkiti oleh penyakit.
Yang ketiga, Islam juga memerintahkan kepada para pengikutnya untuk makan-makanan yang baik, bukan hanya halal tetapi juga halal yang baik. Firman Allah, yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw wa lā tattabi’ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum ‘aduwwum mubīn. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi” (2: 168). Berikutnya Allah Swt juga mengingatkan untuk tidak memakan hal-hal yang bisa mengakibatkan datangnya penyakit. Ada beberapa hal yang diharamkan oleh Allah Swt yang ternyata bisa mengundang datangnya penyakit untuk manusia. Di antaranya adalah firman Allah, ḥurrimat ‘alaikumul-maitatu wad-damu wa laḥmul-khinzīri…, “diharamkan atas kalian semua untuk memakan bangkai, darah, dan daging babi, …” (5:3), yang mana ke semua ini bisa mengakibatkan datangnya penyakit yang bisa menggerogoti tubuh manusia.
Keempat adalah hukum-hukum dan aturan-aturan yang Islam bawa berkenaan dengan arahan supaya menghindari hal-hal yang bisa mengakibatkan munculnya penyakit yang menular. Islam juga memerintahkan jika muncul penyakit yang menular ini dilakukan tindakan pencegahan, supaya tidak menyebar lebih luas. Islam selalu memiliki posisi yang tidak bertentangan dengan ilmu. Ajaran-ajaran Islam bahkan kemudian terbukti secara ilmiah bahwa itulah yang benar. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian mendengar adanya sebuah wabah yang menyebar di suatu negeri, jangan pernah kalian memasuki negeri itu.” Jika dalam kondisi sekarang ini, kita terkena ada suatu wabah disebut dengan Corona, jika kita mendengar di suatu kota ada wabah Corona yang menyebar, jangan masuk ke kota itu. Tetapi, kemudian Rasulullah saw juga mengatakan, “Jika kalian berada di suatu tempat yang mana wabah tengah menyebar di tempat itu, maka janganlah kalian keluar dari tempat itu. Ini adalah anjuran dari Rasulullah saw 14 Abad yang lalu dan sekarang para dokter menekankan hal yang sama.
Bagaimana jika seseorang terkena penyakit? Apa yang harus dilakukan? Islam mengajarkan kalau orang sakit, hendaknya dia mencari obat untuk kesembuhannya. Rasulullah saw dalam sebuah hadis singkatnya mengatakan bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya. Maka itu kalau orang terkena penyakit maka dia harus mencari obat tersebut.
Hari ini masalah yang terpenting bagi kita, khususnya di Indonesia, adalah bagaimana kita menjaga kesehatan, menjaga supaya masyarakat dan lingkungan kita menjadi masyarakat dan lingkungan yang bebas dari penyakit. Karena itu, ketika kita mendengarkan berita bahwa angka yang terinfeksi virus Corona dalam beberapa hari terakhir ini meningkat cukup tajam, dan ini adalah suatu berita yang mengkhawatirkan, adalah kewajiban bagi kita untuk kembali kepada protokol kesehatan yang telah diumumkan dan telah dianjurkan oleh pihak-pihak yang berwenang. Kita mesti menjaganya demi untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini.
Sistem Pengetahuan
Dalam sistem pengetahuan dan sistem ma’arif tentang agama Islam, Islam datang bukan hanya untuk mengatur kehidupan akhirat manusia. Islam datang bukan hanya untuk memerhatikan sisi ibadah dan ritual manusia dan hubungannya dengan Allah semata, tetapi juga Islam datang dengan membawa sebuah sistem yang menata kehidupan duniawi dan ukhrawi manusia.
Kita juga harus mengakui bahwa kita sebagai manusia tidak pernah bisa mengenal secara benar, detail, dan sempurna mengenai falsafah bagaimana Allah menurunkan ajaran-ajaran-Nya, hikmah di balik semua hukum yang telah Allah berikan, dan apa saja rahasia di balik ajaran-ajaran yang telah Allah turunkan untuk kita.
Tetapi ketika kita meyakini bahwa semua yang kita terima adalah dalam agama ini berasal dari Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang menciptakan kita, dan tahu tentang apa saja rahasia-rahasia kehidupan, yang menginginkan kebaikan untuk kita dan berbagai macam hal-hal kebaikan yang diberikan kepada kehidupan ini, kita yakin bahwa semua hukum yang Allah berikan dan aturan yang Allah tetapkan pasti di baliknya ada filsafat yang tersimpan dan ada hikmah yang bisa didapatkan.
Jika kita melihat ada seorang insinyur atau seorang arsitek yang sedemikian mahir membuat suatu bangunan, kemudian di dalam bangunan itu ada ornamen-ornamen tertentu atau ada ruangan-ruangan tertentu, atau bagian-bagian yang dia buat, yang mungkin kita tidak tahu maksudnya apa karena kita yakin orang itu adalah seorang insinyur dan seorang arsitek yang tersohor dan menginginkan hak karya yang terbaik, kita pasti akan mengatakan pasti ada hikmah dan keinginan yang kita mungkin kita tidak paham di balik seni yang telah dia tunjukkan.
Demikian pula ketika kita berhadapan dengan seorang dokter yang pakar di bidangnya dan memang betul-betul dokter itu menginginkan kesehatan bagi kita, kemudian sang dokter memberikan kepada kita berbagai resep supaya kita konsumsi, resep itu mungkin saja kita tidak tahu manfaat dari pada resep-resep obat yang diberikan kepada kita, tapi kita yakin ada hal yang baik di balik obat-obatan yang diberikan kepada kita.
Jika kita melihat seorang dokter yang kemudian di tempatnya ada seorang anak kecil yang sedang sakit. Dokter itu kemudian menyuntik anak kecil itu dengan suntikan yang mungkin akan mengakibatkan sakit yang cukup menyakitkan bagi anak itu sehingga anak itu menangis. Kita lihat dari orang tua anak itu bukannya akan marah anaknya disakiti oleh dokter, tetapi justru orang tua itu akan berterima kasih kepada dokter itu. Mengapa? Karena rasa sakit yang dirasakan oleh anaknya itu ternyata memberikan kebaikan yang besar yang besar untuk anaknya kesehatan yang kembali pulih kembali setelah dia sakit. Dokter tahu bahwasanya rasa sakit yang tadi dirasakan oleh pasien-pasien itu adalah suatu hal yang baik buat mereka.
Dalam hal ini, kita perlu melihat hal itu kita terapkan dalam kehidupan kita. Jika kita sedemikian percaya kepada dokter, karena dokter itu memiliki ilmu, memiliki keahlian yang kita yakin bahwa dia menggunakan keahliannya untuk kebaikan kita, mengapa kita tidak menerapkannya dalam kehidupan kita, bahwa dalam kehidupan kita segala hal yang kita saksikan, aturan-aturan yang telah dibuat yang mungkin sebagaiannya menyusahkan kita pasti ada hikmah di baliknya yang Allah berikan kepada kita.
Kita mesti memiliki keyakinan seperti kita memiliki keyakinan kepada dokter yang tadi setelah diceritakan. Kita mesti memiliki keyakinan kepada Allah seperti itu, sehingga ketika kita mendapatkan bahwa Allah memberikan suatu ketidaknyamanan kepada kita dalam kehidupan itu, yakinlah bahwa itu baik untuk kita, ada sebuah hikmah di baliknya.[]
Naskah ini merupakan khotbah Jumat Direktur ICC Dr. Abdulmajid Hakimelahi, Jumat 04 September 2020, di ICC, Jakarta. Ditranskrip dan disunting seperlunya oleh redaksi Buletin Nur al-Huda.
Untuk menyimak Ceramah langsung bisa akses ke Chanel Youtube ICC Jakarta TV atau Group FB ICC Jakarta