ICC Jakarta – Sepanjang tahun 2018 lalu, terjadi berbagai peristiwa kehidupan keagamaan yang sangat dinamis di Indonesia. Sebagiannya kasus adalah sisa-sisa atau lanjutan dari tahun sebelumnya. Secara umum, dinamika keagamaan berjalan normal, berkelindan dan terselip di antara kesibukan jelang perhelatan pemilihan umum atau Pemilu.
Demikian disampaikan melalui siaran pers oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Abdurrahman Mas’ud dalam acara Peluncuran Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan tahun 2018 yang mengambil tema Moderasi Beragama, Senin (25/3) di Jakarta.
Laporan ini memuat berbagai hal terkait dengan kondisi sosial dan kehidupan keagamaan mengenai pelayanan dari pemerintah. Juga tentang dinamika hubungan antarumat beragama dan berbagai isu-isu aktual serta ekspresi keagamaan masyarakat, baik itu berupa publikasi media maupun melalui kajian yang dilakukan oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan.
Mas’ud menerangkan bahwa survei indeks kerukunan umat beragama tahun 2018 sebesar 70,90. Angka ini turun dari tahun sebelumnya 72,27. Survei yang berfokus dengan menggunakan 3 variabel, yakni toleransi, kerja sama dan kesetaraan.
“Secara berturut turut mulai 2 tahun ini menurun, namun sekali lagi masih dalam rentang kategori rukun tinggi. Hal ini berarti kondisi kerukunan memang dinamis,” terang profesor pakar pendidikan Islam itu.
“Dalam hal kerukunan umat beragama, diwarnai dengan sedikit ketegangan terkait pendirian rumah ibadat. Terjadi penyegelan 3 gereja di Jambi dan penolakan pembangunan masjid di Bireuen, Aceh,” sambungnya.
Terkait aliran dan gerakan keagamaan, Mas’ud menilai kekhawatiran global dan lokal dari efek rambat ideologi ISIS masih membayangi. Tragedi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya sangat menghentak masyarakat.
“Aksi tersebut dilakukan oleh pelaku yang mempunyai hubungan keluarga, terdiri dari bapak, ibu dan anak. Dugaan kuat aksi ini terkait dengan keberadaan organisasi JAD, sebuah organisasi yang terafiliasi dengan ISIS,” ujarnya dihadapan para tokoh agama yang hadir dalam kesempatan itu.
Sementara itu, pihaknya juga memetakan maraknya aliran-aliran bermasalah, berupa reformulasi atau transformasi aliran lama masih ada dan menantang ketahanan umat beragama. Namun, upaya meresponi dan menanganinya tak kalah masif. “Penguatan dan pembinaan akidah umat dan penanganan aliran bermasalah dengan persuasi menjadi usaha banyak pihak mengerem paham dan gerakan abnormal tersebut,” tambah dia.
Dalam Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi 2018, Mas’ud menyajikan juga survei Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai angka 85,23 atau sangat memuaskan. Sedangkan mengenai pelayanan Kantor Urusan Agama (KUA), penyuluhan agama, dan bimbingan keagamaan bagi masyarakat, secara nasional juga sudah semakin membaik. Hal ini tercermin dalam hasil survei Puslitbang mencapai 80,33, yang berarti kategori memuaskan.
Dirinya berharap Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan ini sudah menjadi referensi bagi pemerintah ataupun pihak-pihak berkepentingan lainnya, baik dalam forum nasional maupun internasional, yang berbicara tentang kehidupan keagamaan masyarakat di Indonesia.
“Upaya ini perlu dipertahankan dan diteruskan, bahkan ditingkatkan kualitasnya sesuai dengan perkembangan sosial keagamaan masyarakat,” pintanya.