ICC Jakarta – Dengan lantunan kalam Ilahi yang dibacakan oleh Ust Usep Irawan dengan bacaan surah Ali Imran ayat 169,
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.”
Rangkaian peringatan Peristika Karbala Imam Husain as pun dimulai. Acara ini merupakan rangkaian majelis duka yang akan diadakan oleh ICC Jakarta hingga 19 September 2018 mulai jam 19.30 hingga selesai dengan menghadirkan nara sumber yang berbeda-beda dalam setiap majelisnya.
Acara hikmah malam pertama Asyura (10/9) di sampaikan oleh Ust Umar Shahab. Para cucu nabi membela eksistensi, esensi, kemurnian, serta kemanusiaan agama ini dan memerangi segala bentuk ketidakadilan.
Ya, Imam husain menghidupkan mereka yang fisiknya hidup tetapi hatinya mati, karena itulah para pecinta Imam Husain as berduyun-duyun datang untuk mengingat dan menghidupkan kembali gelora kepada imam husain.
Rasulullah menyeru dan memerintahkan kita untuk bergabung bersama kafilah Imam Husain as untuk mengenang dan memperingati tragedi Karbala yang terjadi pada 10 Muharam 61 H lalu.
Ada kisah mengenai seorang sahabat dizaman Rasulullah saw yang senantiasa hadir di majelis Rasulullah, boleh dikata dia tidak pernah absen meskipun kehadirannya tidak pernah sempurna dalam artian ia terlambat dating dan cepat meninggalkan majelis. Pada suatu waktu sebelum ia meninggalkan majelis Rasul tersebut, Rasulullah memperhatikannnya. Ketika dia beidiri, rasulullah langsung memanggilnya dan menyuruh untuk maju kedepan. Dengan rasa takut, dia maju kedepan. Dan Rasulullah bertanya, apa yang membuat engkau terburu-buru meninggalkan tempat ini, apakah tidak lebih baik untuk menyelesaikan majelis ini kemudian pulang. Dia meminta maaf, dan berkata, aku harus terburu-buru pulang untuk membantu istriku dan pekerjaan rumah. Nabi berkata: Cobalah cari waktu sehingga kamu bisa datang penuh waktu. Ia menjawab: Ya Rasulullah saya ingin sekali hadir dan sudah aku paksakan, namun aku tidak bisa juga untuk hadir secara penuh. Aku hanya ingin melihat wajahmu, mendengar suaramu, dan semua itu akan memuaskanku. Mendengar jawaban itu, Nabi kemudian berkomentar: Anta Ma’a man Ahbabta (Engkau akan dibangkitkan bersama orang yang engkau cintai, yaitu Rasulullah.)
Bagi kita, memperingati acara Muharram bukan sekedar sebuah peringatan-peringatan yang dilakukan oleh banyak orang terhadap peristiwa tertentu. Tapi peringatan Asyura mempunyai makna, filosofi, tujuan dan nilai yang luar biasa.
Terkait dengan pentingnya peringatan Asyura, ust. Umar Syahab menjelaskan: Para maksumin senantiasa melakukan peringatan Asyura. Dengan kata lain, peristiwa ini mendapat perhatian dari para maksumin dan dari para malaikat, bahkan dari makhluk-makhluk Allah yang lain. Karena ini perintah para maksumin, berarti ini adalah sebuah ibadah. Ibadah pasti akan mendapat ganjarannya.
Terdapat riwayat yang menguatkan hal ini: Barang siapa yang bersedih atas peristiwa yang menimpa Imam Husain as, yaitu dia menangis, maka Allah akan menjanjikan kita syurga, falahul jannah.
Tiap orang yang ingin masuk syurga pasti akan dicoba dan diuji, dan salah satu ujiannya adalah kecintaan kepada Ahlul Bayt as, Orang-orang yang berkabung dalam majelis duka Imam Husain as, maka dia telah menunjukkan kecintaannya kepada Ahlul Bayt as.
Acara peringatan majelis duka Asyura ditutup dengan pembacaan Maktam oleh Sayyid Jawad Ba’bud dan pembacaan Ziarah Asyura yang dipimppin oleh Syikh Hakim Ilahi dan diakhiri dengan pembacaan doa oleh pembicara. [SH/SZ]