ICC Jakarta – Masa-masa zhuhurnya (kemunculan) Imam Mahdi As, merupakan masa-masa cemerlang bagi manusia. Pada masa ini, beliau akan berkuasa dan menjadi pemimpin di muka bumi. Terdapat beberapa riwayat yang menceritakan tentang tempat keberadaan Imam Mahdi As pada masa itu. Menurut riwayat yang ma’ruf, Masjid Sahlah adalah tempat diamnya Imam Mahdi As ketika itu, sementara daerah yang dijadikan sebagai pusat pemerintahannya adalah kota Kufah.
Beberapa riwayat yang membahas tentang tempat yang akan disinggahi Imam Mahdi As ketika beliau muncul, diantaranya adalah[1]:
- Pada suatu hari, terdengar sebuah dialog dalam majelis Imam Ja’far Shadiq As. Ketika itu, Imam Shadiq As bersabda, “Ammâ innahu manzilu shâhibina idzâ qâma bi ahlihi[2] (disanalah tempat kediaman Shahibuna (Imam Mahdi As) apabila ia muncul bersama dengan para keluarganya).”
Tentang riwayat di atas, terdapat beberapa riwayat yang menggunakan derivat qadama (datang) sebagai ganti derivat qâma (muncul). Sehingga, riwayat mempunyai arti bahwa tempat itu akan menjadi tempat kediaman Imam Mahdi As ketika muncul kelak[3].
- Amirul Mukminin ‘Ali As ketika berbicara tentang perjalanan Imam Mahdi As ketika muncul mengatakan, “Seakan-akan aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri bahwa ia melewati Wadi Al-Salam. Ia menunggangi kuda yang kaki dan dahinya berwarna putih mengkilat. Ia pergi menuju Masjid Sahlah, sementara bibirnya sibuk mengucapkan dzikir kepada Allah Swt dengan mengucapkan “Lâilâha illallâh haqan haqan…..[4]”
- Imam Ja’far Shadiq As berkata kepada pengikut setianya yang bernama Abu Bashir, “Wahai Aba Muhammad! Seakan-akan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri akan kedatangan Al-Qaim (Imam Mahdi As) beserta para keluarganya di Masjid Sahlah. Abu Bashir lalu bertanya kepadanya, “Apakah Imam Mahdi As akan menetap dan tinggal di Masji Sahlah untuk selamanya?” Imam menjawab, “Ya” Lalu beliau menambahkan, “Pada asalnya Masjid Sahlah adalah tempat tinggal Nabi Idris. Masjid Sahlah pada mulanya juga merupakan tempat tinggal Nabi Ibrahim. Allah Swt tidak mengangkat seorang Nabipun kecuali sebelumnya ia akan shalat di Masjid Sahlah. Masjid Sahlah adalah markas dan pangkalan Nabi Hidhr. Barang siapa yang tinggal dan menetap di Masjid Sahlah, maka berarti ia telah tinggal dan menetap di tenda Rasulullah Saw. Seorang laki-laki dan perempuan tidak akan dapat di ketahui keimanannya sampai ia cinta kepada Masjid Sahlah….[5]”
Tentunya, bagaimanakah Imam Mahdi As akan menjalani kehidupannya selama masa-masa zhuhur juga merupakan satu hal yang masih mubham dan belum kita ketahui kebenarannya secara pasti. Tapi yang jelas, masa-masa kemunculan Imam As akan sangat berbeda dengan masa-masa kehidupan kita sekarang. Mengingat pada masa itu, ilmu pengetahuan manusia sudah berkembang dengan pesat, akal manusia juga sudah sampai pada kesempurnaanya, semua fasilitas-fasilitas umum dapat ditemukan dengan mudah, bumi dipenuhi dengan keadilan dan keamanan…dan lain-lain. Dan tentunya, kemajuan hidup pada masa itu jauh lebih maju dari apa yang kita pikirkan sekarang. (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)
Catatan Kaki
[1]. Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Tahdzîb, Qum, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 HQ , jil. 3, hal. 252.
[2]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Kâfi, Teheran, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1365 HS, jil. 3, hal. 495; Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Tahdzîb, Qum, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 HQ, jil. 3, hal. 252.
[3]. Muhammad bin Nu’man ‘Ukhbari (Syaikh Mufid), Al-Irsyâd, Qum, Konggres Syaikh Mufid, 1413 HQ, jil. 2, hal. 380; Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 HQ, hal. 471.
[4]. Muhammad bin Jarir bin Rustam Thabari, Dalâil al-Imamah, Qum, Darul Dzahair, cetakan tunggal, hal. 243.
[5]. Muhammad baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, Beirut, Muassasah al-Wafa’, 1404 HQ, jil. 97, hal. 435, hadis 3.