ICC Jakarta – Din Syamsuddin mengatakan bahwa Antara Sunni dan Syiah ada perbedaan tapi hanya pada wilayah cabang (furu’iyat), tidak pada wilayah dasar agama (akidah). Keduanya berpegang pada akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat penghormatan terhadap Ali bin Abi Thalib Oleh karena itu, kata dia, kedua kelompok harus terus melakukan dialog dan pendekatan. Seandai tidak dicapai titik temu maka perlu dikembangkan ‘tasamuh’ atau toleransi.
“Seluruh elemen umat Islam, dalam kemajemukannya, perlu menemukan ‘kalimat sama’ dalam merealisasikan misi kekhalifahan di muka bumi,” katanya. Kemudian dalam menghadapi tantangan dewasa ini, kata Din, umat Islam perlu menemukan dalam dirinya “musuh bersama”. “Dua hal ini, ‘kalimatun sawa’ (kalimat sama) dan ‘aduwwun sawa’ (musuh bersama) adalah faktor kemajuan umat,” (dipetik dari HenDy Laisa s/ Maarif Islam’s Foto)
’Tujuh Musuh Bersama’ umat/pekerjaan Tuhan yang harus diselesaikan ’hamba-hamba’-Nya pejuang penegak panji-panji Ideologi ”Kejujuran dan Sosialisme Keadilan”:
1.Kebodohan (tak mengusai sistem berfikir rasional, tak berkesadaran kritis emansipatoris-transformasi sosial holistik-liberasi pembebasan, tak berkesadaran transendensi-menyintesakan-menyemistrykan-mengonsolidasikan, tak berkesadaran filosofis-idelogis – paradigmatik kaffah ‘kebangsaan-sosial-relijius).
2. Sistem penjajahan-penindasan baru ‘Nekolim-Neolib- Neo Imperialis – sistem Mafioso Kekaisaran Korporatokrasi Global dan Lokal’ yang menjadikan elit-elit bangsa sebagai ‘budak-kuli-konco-inlander’ menjajah bangsa sendiri, mengkhianati Pancasila dan UUD 1945 – mengkhianati amanat penderitaan rakyat/umat, merusak-menghancurkan peradaban bangsa sendiri.
3. Mentalitas budaya ‘childish’ primordial yang mau menangnya sendiri-benarnya sendiri (dengan keberagamaan “ritual-tekstual-normatif-legal-formal-simbolik” (minus keberagamaan kesalehan sosial/keberadaban Islam) tanpa KESADARAN RASA BERSAMA dan TANPA KECERDASAN/KESADARAN ”INTEGRITAS SOSIAL” DAN ”BUDAYA BANGSA”.
4. ”KEMISKINAN PARAH” dengan JURANG KETIDAKADILAN YANG MENGANGA TERAMAT LEBAR DAN DALAM, bayangkan yang menikmati kue kemerdekaan hanya 10% penduduk (Prof Yuwono S.), jumlah aset kekayaan 50 orang terkaya Indonesia setara dengan jumlah kekayaan 150 juta orang miskin Indonesia (Soegeng Sarjadi Sinc.), 2% penduduk kuasai seputar 60% areal tanah Indonesia. (ketua BPN).
5. Matinya hukum dan pendidikan.
6. Negara yang gagal dengan aparat elit-elitnya yang feodalis-childish-individualis-bermindset mengeruk dari kehidupan bukan memberi pada kehidupan yang mengakibatkan hancurnya TATA KEADABAN PUBLIK, HILANGNYA SUMBERDAYA ALAM HAK MILIK RAKYAT DAN RUSAKNYA LINGKUNGAN KEHIDUPAN.
7. Sitem POLITIK SESAT (yang tidak dalam kerangka tegaknya Daulat ‘res publica – kepentingan umum’ Rakyat) dengan sistem Demokrasi ‘Klepto’ Maling-nya dengan partai-partainya yang Jahiliyah – Transaksional Dagang sapi dan politikusnya yang banal dan berkesadaran “ANAK TK”. Lengkap sudah Sistem Kejahiliyahan Bangsa Pribumi Nusantara Indonesia ini. (19 Februari 2013)