ICC Jakarta – Duta kedua dari keempat para duta khusus Imam adalah Muhammad bin ‘Utsman. Ia adalah anak duta pertama Imam As, ‘Utsman Sa’id Al-‘Amri. Ia diangkat oleh Imam Mahdi As sebagai duta khususnya ketika ayahnya masih hidup. Ketika orang-orang syiah datang menemui Imam Hasan ‘Askari di kota Samara’, beliau memanggil ‘Utsman bin Sa’id dan menjelaskan tentang kejujurannya sebagai dutanya. Setelah itu, Imam bersabda, “Ketahuilah bahwa ‘Utsman bin Sa’id Al-’Amri adalah dutaku. Sementara anaknya yang bernama Muhammad bin ‘Utsman adalah duta anakku, Imam Mahdi kalian![1]”
Ketika menjelang kematiannya, ‘Utsman bin Sa’id mendapat perintah dari Imam Mahdi As untuk menyerahkan perdutaan dirinya kepada anaknya, Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri. Selain itu Imam Mahdi As juga menguatkan pengangkatan perdutaan tersebut dalam tawqi’ (jawaban Imam As dari berbagai permasalahan yang ada, atau catatan-catatan Imam yang diakhiri dengan tanda tangan beliau)[2].
Pada salah satu tawqi’nya, Imam As menulis, “Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Aku bertawakal kepada Allah Swt, dan aku serahkan semua urusanku kepada-Nya. Ayahmu telah meninggal dunia secara khusnul khatimah. Semoga Allah Swt merahmati dan menggabungkannya bersama dengan para wali-Nya. Ayahmu senantiasa berjalan di atas jalan mereka, dan senantiasa istikamah dalam menjalankan sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. Semoga Allah Swt melipatgandakan segala amal kebaikannya dan memaafkan segala kelalaiannya[3].”
Dalam tawqi’ lainnya disebutkan, “Anak sepertimu adalah karunia yang paling sempurna yang Allah berikan kepadanya…[4].”
Dalam tawqi’ lainnya juga disebutkan, “Semoga Allah menyayangi dan meridhai Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri beserta ayahandanya. Ia adalah orang kepercayaanku, tulisannya adalah tulisanku[5].”
Walaupun terdapat kecaman dan tantangan yang sangat berat dari para musuhnya, Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri telah berhasil menjaga makamnya sebagai duta khusus kedua Imam Mahdi As. Ia tidak memberikan celah sedikitpun bagi para musuhnya untuk mampu menggoncangkan dirinya sebagai duta khusus Imam As. Dengan demikian, seluruh pengikut Imam As menjadi semakin yakin terhadapnya.
Diantara keempat duta-duta khusus Imam As, Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri merupakan duta khusus yang mempunyai jabatan paling lama sebagai duta khusus Imam As. Selama kurang lebih 40 tahun, ia menjabat tugas tersebut. Oleh karena itu, ia pun mendapat kesempatan lebih banyak dalam mempertanyakan permasalahan-permasalahan Fikih, Kalam, kehidupan bermasyarakat, dan lainnya kepada Imam As untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat.
Adapun ciri dan beberapa kriteria yang dimiliki oleh duta khusus kedua Imam tersebut diantaranya adalah;
- Ia adalah putra duta khusus pertama Imam As, sehingga ia pun tahu segala kedudukan dan tanggung jawab sebagai seorang duta Imam.
- Sebagaimana ayahandanya, ia juga diangkat oleh dua Imam Suci As sebagai duta khusus Imam Mahdi As (yaitu Imam Hasan ‘Askari dan Imam Mahdi As sendiri).
- Ia merupakan satu-satunya duta yang memiliki masa jabatan yang paling lama sebagai duta khusus Imam Mahdi As.
- Ia menjadi marja’ (orang yang dirujuk) dalam masalah-masalah Kalam, Fiqih, Sosial dan kemasyarakatan dan lainnya.
- Selain harus menangani berbagai masalah yang datang dari kaum syiah, ia juga harus melawan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai duta khusus Imam Mahdi As.
Wafatnya Duta Kedua Imam As
Sesuai dengan riwayat yang masyhur, Abu Ja’far Muhammad bin ‘Utsman meninggal pada tahun 305 H.Q. tepatnya pada bulan Jumadil Awal.
Ia dikuburkan di sisi kuburan ibunya, di jalan utama menuju kota Kufah, disatu tempat yang dahulunya adalah rumahnya. Tempat tersebut terletak di bagian barat kota Baghdad[6]. (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)
Catatan Kaki:
[1]. Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 HQ , hal 356, hadis 317.
[2]. Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Shaduq, Kamâl al-Dîn wa Tamâm al-Ni’mah, Qum, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1395 , jil. 2, hal. 510, hadis 41; Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 , hal. 361.
[3] . Ibid, hal. 188, hadis 38.
[4]. Ibid, hal. 188, hadis 38.
[5]. Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 HQ, hal. 362, hadis 326.
[6]. Ghafar Zadeh, Ali. Pazhuhesyi Pirâmûn-e Zendegani-e Nawwab-e Khâsh-e Imam-e Zaman Ajf, Qum, Nubugh, 1375 HS, hal. 230, dengan merujuk kepada Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 HQ, hal. 366.