ICC Jakarta – Duta khusus ketiga Imam Mahdi As adalah Husain bin Ruh Nubakhti. Ia merupakan seorang ahli hadis, fakih, dan ahli kalam yang berasal dari Iran. Ia sangat terkenal di kalangan orang-orang syiah yang tinggal di Baghdad. Ia juga salah seorang yang sangat dipercaya oleh Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri.
Ia diangkat sebagai duta khusus Imam Mahdi As semenjak tahun 305 HQ hingga tahun 326 HQ.
Sekalipun Husain bin Ruh Nubakhti memiliki banyak keistimewaan yang menjadikannya menjadi seorang yang dikenal oleh khalayak ramai, akan tetapi, ia menjadi semakin dikenal ketika menjabat sebagai duta khusus Imam Mahdi As.
Sebelum Husain bin Ruh Nubakhti diangkat menjadi duta khusus ketiga Imam As, Muhammad bin ‘Utsman telah mengangkatnya sebagai orang yang bertugas untuk menyampaikan berita dan pesan-pesan yang datang dari Imam As kepadanya, para duta dan utusan lainnya yang berada di kota Baghdad. Pada masa Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri, Husain bin Ruh Nubakhti mampu menyelinap ke dalam tubuh Bani ‘Abbas. Bahkan karena kepiwaiannya, tidak jarang ia sering mendapatkan bantuan-bantuan dana dari pemerintahan Dinasti ‘Abbasiyah[1].
Kurang lebih dua atau tiga tahun sebelum wafatnya Muhammad bin ‘Utsman, duta khusus Imam As yang kedua tersebut menyerahkan harta khumus yang ada pada dirinya kepada Husain bin Ruh Nubakhti. Dengan itu, sebenarnya ia ingin mengatakan bahwa Husain bin Ruh Nubakhti adalah duta Imam penerus dirinya. Ia bahkan berulang kali memperingatkan orang-orang yang ragu akan hal itu bahwa apa yang ia lakukan adalah sesuai dengan perintah Imam Mahdi As[2].
Ketika Husain bin Ruh diangkat sebagai duta khusus Imam yang ketiga, Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri kemudian senantiasa menjelaskan kepada masyarakat umum akan pengangkatan tersebut. Terkadang ia menjelaskannya hanya kepada orang-orang tertentu saja, kadang hanya kepada kaum syiah yang dapat dipercaya saja, dan kadang hanya kepada para duta dan utusannya sendiri. Ia melakukan hal itu karena masyarakat syiah kala itu, tidak mendengar langsung dari para Imam Suci Ahlulbait As atas pengangkatan Husain bin Ruh tersebut. Selain itu, di kota Baghdad, masih banyak duta dan utusan-utusan yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Muhammad bin ‘Utsman (duta khusus kedua Imam As). Oleh karena itu, mayoritas kaum syiah pada zaman itu tidak berpikir bahwa Husain bin Ruh adalah duta khusus Imam As yang ketiga.
Dari situlah mengapa duta khusus kedua Imam As, Muhammad bin ‘Utsman dalam setiap peluang yang ada senantiasa menjelaskan tentang telah diangkatnya Husain bin Ruh sebagai penerus dirinya yaitu sebagai penerus duta Imam Mahdi As berikutnya[3].
Pasca meninggalnya Abu Ja’far Al-‘Amri, datanglah Abul Qasim Husain bin Ruh di Dâr al-Niyâbah yang terletak di kota Baghdad. Dan dalam wasiat yang ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin ‘Utsman Al-‘Amri tersebut, dijelaskan tentang pengangkatan Husain bin Ruh menjadi duta khusus Imam As yang ketiga. Ketika ia datang di Baghdad, seluruh Ulama’ dan para pembesar syiah berkumpul di sampingnya.
Dengan di bantu oleh utusan-utusan yang ada di kota Baghdad dan beberapa daerah lainnya, Husain bin Ruh kemudian memulai tugasnya sebagai duta khusus Imam Mahdi As yang ketiga. Tidak lama kemudian, ia mampu beradaptasi dan menjalankan tugasnya dengan baik, dengan kemahiran yang dimilikinya, ia mampu menjadi orang yang dapat diterima oleh semuga kalangan, baik teman maupun musuh.
Sesuai dengan riwayat-riwayat yang ada, posisi Husain bin Ruh sebagai duta khusus Imam As yang ketiga sangat berbeda dengan dua duta khusus sebelumnya. Tempat dan posisi dirinya sebagai duta khusus ketiga Imam As sangat terkenal dan diketahui oleh banyak orang (berbeda dengan posisi kedua duta khusus Imam As sebelumnya yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja tempat keberadaannya). Sehingga, kaum syiah pun ketika menghadapi satu permasalahan tertentu, maka ia akan langsung menghadap kepada Husain bin Ruh dan menanyakan kepadanya tentang permasalahan yang dihadapi.
Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama karena dengan berubahnya sistem pemerintahan yang ada dan karena beberapa orang yang bekerja di pemerintahan yang sebelumnya sangat mendukung Husain bin Ruh dipecat, maka ia pun harus menjalani akhir-akhir hidupnya di penjara[4].
Salah satu kejadian penting yang terjadi pada masa Husain bin Ruh adalah keluarnya Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali Salamghani (yang dikenal dengan Ibnu Abi ‘Azaqir) dari mazhab syiah. Bahkan Husain bin Ruh sendiri menyebutnya telah kafir[5].
Wafatnya duta ketiga Imam As
Husain bin Ruh diangkat menjadi duta khusus Imam As yang ketiga selepas Abu Ja’far Muhammad bin ‘Utsman wafat. Ia diangkat sebagai duta Imam As pada tahun 305 HQ danmeninggal pada tahun 326 HQ. Dengan demikian, jangka waktunya sebagai duta khusus Imam Mahdi As sekitar 21 tahun.
Seluruh ahli Sejarah dan pakar Ilmu Rijal sepakat tentang tahun kematiannya. Mereka hanya berbeda pendapat tentang tempat dimana ia dikuburkan, di bagian barat atau timurnya kota Baghdad. Yang jelas, ia dikuburkan dikota Baghdad[6] (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)
Catatan Kaki
[1]. Muhammad Hasan Thusi, Kitâb al-Ghaibah, Qum, Muassasah Ma’arif Islami, 1411 HQ, hal. 372, hadis 343.
[2]. Ibid, hal. 369, hadis 335 dan 337.
[3]. Ibid, hal. 369, hadis 336.
[4]. Ibid, hal. 302, hadis 256.
[5]. Ibid, hal. 389, hadis 355.
[6]. Ghafar Zadeh, Pazhuhesyi Pirâmûn-e Zendegani-e Nawwab-e Khâsh-e Imam-e Zaman Ajf, Qum, Nubugh, 1375 HS, hal. 276.