ICC Jakarta – Tak diragukan lagi bahwa gerakan Imam Husain yang beliau gelontarkan pada tahun ke 61 H itu memiliki banyak pelajaran-pelajaran kehidupan yang patut kita renungkan dan kemudian untuk dijadikan inspirasi dan diteladani dalam mengarungi kehidupan ini. Lanjutan pelajaran-pelajaran peristiwa Karbala yang bisa dipetik dari sisi irfannya, diantaranya:
- Pengorbanan
Dalam peristiwa Karbala, terpancar pengorbanan sejati. Pengorbanan harta dan jiwa pada hari-hari Karbala merupakan manifestasi utama dari irfan dan spiritualitas. Imam Husain As adalah pimpinan pengorbanan Karbala bagi agama Hak Swt. Beliau tidak menyisakan sedikit pun bagi dirinya, semua yang berada dalam kuasanya dipersembahkannya bagi keselamatan agama kekasihnya. Oleh karena itu, asas gerakan Imam Husain As dalam menentang penguasa zalim dan kufur, tegak berasaskan pengorbanan untuk menyelamatkan agama Tuhan. Sebab pengorbanan beliau dalam pergerakan Asyura ini demikian terang dan jelas maka kami tidak perlu menyebutkannya. Dan kami cukupkan dengan menyebut dua contoh pengorbanan sejati dari sahabat-sahabat beliau dalam peristiwa hari-hari karbala tersebut:
Ketika hadhrat Abul fadl As mencapai air sungai Furat dan menciduknya, kendatipun beliau sangat haus, tetapi beliau pantang meminumnya dikarenakan mengingat junjungannya Imam Husain As beserta anak-anaknya berada dalam keadaan haus. Pengorbanan ini adalah pertanda kecintaan kepada sang Imam sebagai manifestasi kecintaan kepada Sang Pemilik Imam. Pengorbanan ini bukan didasari oleh faktor emotif semata, tetapi didasari oleh makrifat dan irfan yang dalam.
Sebagaimana kami sebutkan sebelumnya, di waktu zuhur Asyura, dua orang sahabat Imam As dengan penuh suka cita berdiri melindungi Imam dari anak-anak panah musuh ketika Imam As tegak menunaikan shalat jamaah pada awal waktu zuhur dihari Asyura tersebut. Dan kedua shabat Imam tersebut pada akhirnya meneguk manisnya syahadat menyusul sahabat-sahabat lainnya yang terlebih dahulu meneguknya. Tidak diragukan, pengorbanan ini pastilah didasari oleh makrifat dan irfan tentang loyalitas serta kecintaan kepada imam sebagai manifestasi kecintaan kepada Sang Penguasa Imam.
- Kesabaran
Dalam pergerakan Asyura, terlukis dengan indah makna kesabaran dan taslim menerima qadha dan ketetapan hukum Tuhan. Sebab Imam Husain As sebagai pimpinan kafilah kebenaran dalam melawan kezaliman, dengan makrifat dan irfan mengetahui akhir dan kesudahan pergerakan tersebut. Dan pada akhir-akhir waktu yang tersisa baginya, beliau dalam munajatnya mengungkapkan, Tuhanku! Aku sabar atas segala qadha-Mu… Tuhanku! Aku sabar atas segala ketetapan hukum-Mu….(Menukil dari Ustad Jawadi Amuli, Hamâseh wa Irfan, Hal. 255.) Beliau tidak hanya mencukupkan kesabaran dalam menghadapi berbagai peristiwa hari-hari Karbala itu untuk dirinya, tetapi beliau juga menasehatkan kepada para keluarga dan sahabatnya untuk bersabar dan taslim dalam menghadapi qadha dan ketetapan Tuhan. Pada hari Asyura beliau berkata kepada anak-anak pamannya dan Ahlulbaitnya, sabar wahai anak-anak pamanku, sabar wahai Ahlulbaitku. (Allamah Majlisi, Bihârul Anwâr, Jld. 45, Hal. 36.) Sebagaimana beliau juga berkata kepada sahabat-sahabatnya, sabar wahai bani al-kiram. (Allamah Majlisi, Bihârul Anwâr, Jld. 45, Hal. 297) Yakni, karena kalian semua berasal dari keluarga mulia maka hendaklah bersabar.
Dan betapa kesabaran dan taslim menerima qadha Tuhan ini memanifestasi secara sempurna dalam jiwa hadhrat Zainab As, dimana setelah beliau menyaksikan peristiwa demi peristiwa dan bencana serta musibah demi musibah di hari-hari Karbala dan Asyura tersebut, beliau dalam majlis ibnu Ziyad berkata, ما رأیت إلاٌ جمیلاً (tidaklah aku saksikan kecuali keindahan). (Allamah Majlisi, Bihârul Anwâr, Jld. 45, Hal. 116)
Sangat banyak lagi manifestasi sifat-sifat sempurna insani dan Ilahi yang terlukis dalam peristiwa hari-hari Karbala dan Asyura yang tidak sempat lagi kami isyaratkan, meskipun dalam bentuknya yang global. Yang jelas Imam Husain As beserta keluarga dan para sahabat-sahabatnya telah memperlihatkan kepada kita jalan suluk dan irfani yang cepat menyampaikan kita kepada Tuhan dan syuhud terhadap jalal dan jamal-Nya. Menurut riwayat, jalan dan perahu ruhani Imam Husain As adalah asra’ (lebih cepat) dan lebih penuh dari lainnya. [Ruhullah Syams/Sisi Irfan Asyura]