ICC Jakarta – Haul para pendiri dan masyayikh pesantren telah menjadi tradisi turun temurun, yang selalu melibatkan para alumni dan masyarakat luas. Kegiatan tersebut memiliki banyak makna terutama memastikan sanad keilmuan.
Hal ini disampaikan H Saifullah Yusuf pada Haul Rajabiyyah Masyayikh Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Rabu (26/4) malam. Para masyayikh pesantren adalah KHR Khozin Khoiruddin, KHR Moch Abbas Khozin, KHR Abdul Mujib Abbas, KH Busyro Azhari, KH Ach Farkhan Bakri.
Salah seorang Ketua PBNU ini mengatakan bahwa para masyayikh Al-Khoziny merupakan ulama yang memiliki ikatan kuat dalam sanad keilmuan, sekaligus pengamal ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.
“Kiai Khozin adalah ulama yang satu generasi dengan Syaikhona Kholil Bangkalan, bahkan keduanya tercatat memiliki ikatan guru dan santri,” katanya.
Sanad ilmu dalam praktik keagamaan itu penting agar yang dilakukan tidak jauh, bahkan tersesat dari jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. “Karena itu, perlu hati-hati memilih calon guru di tengah kehidupan, terlebih semakin sedikit ulama yang betul-betul memiliki integritas keilmuan serta kezuhudannya,” kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.
Hubungan Kiai Khozin dengan Syaikhona Kholil memungkinkan ada ketersambungan sanad dengan santri lainnya, seperti Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah dan para sesepuh kiai lain.
“Bahkan dengan Kiai Hasyim dipastikan memiliki kedekatan lebih sebagai alumni Pesantren Siwalan Panji asuhan Kiai Ya’kub, serta sama-sama anak menantu,” jelasnya.
Karena itu, Wakil Gubenur Jatim ini berharap kehadiran pada kegiatan haul memberikan keberkahan termasuk anak dan keluarga. “Bukan saja keberkahan hidup, tapi kelak mendapat syafaat karena berkah para ulama pesantren yang haulnya diperingati sekaligus sanad ilmu mereka sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW,” katanya.
Haul ke-73 masyayikh Al-Khoziny juga menghadirkan KH. Abdul Qayyum Manshur dari Lasem dan Habib Taufiq al-Seqaf dari Pasuruan sebagai penceramah. (Rof Maulana/Fathoni)
NU Online