ICC Jakarta – Islam adalah agama terakhir Allah Swt dan jalan menuju kebahagiaan sejati. Ajaran-ajaran konstruktif dan sempurna agama ini bermanfaat untuk semua manusia. Salah satu kriteria jelas agama Islam adalah mendorong manusia untuk berbuat adil dalam kehidupan ini. Dalam ajaran agama Islam, keadilan dipahami sebagai jalan tengah dalam segala urusan, yang tidak terjebak pada ekstrim kanan dan kiri. Metode itu juga didukung oleh logika dan hati nurani manusia. Manusia berakal dan berhati nurani senantiasa menghindari sikap berlebihan dalam kehidupan. Namun manusia yang tak menggunakan akalnya dengan baik, akan terjebak pada sikap radikalisme atau kejumudan. Imam Ali as berkata, “Kami tidak akan melihat orang yang bodoh kecuali ketika terjebak dalam perilaku ekstrim kanan atau kiri.”
Keseimbangan dapat disaksikan di alam semesta ini, karena Allah Swt menciptakan alam semesta berdasarkan keseimbangan. Keseimbangan dan ketertiban dapat disaksikan di alam semesta. Semua tatanan galaksi di alam semesta ini mencerminkan keseimbangan ciptaan Allah Swt. Al-Quran dalam surat ar-Rahman, ayat 7-8 menyebutkan, “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampui batas tentang neraca itu.”
Sebagaimana Allah Swt menciptakan dunia ini berdasarkan keseimbangan, ajaran agama Islam pun berlandaskan keseimbangan dan keadilan. Bahkan akal dan hati nurani manusia diciptakan Allah Swt selaras dengan ajaran-ajaran agama. Di sana didapatkan spirit keseimbangan. Untuk itu, tidak ada jalan bersikap ekstrim kanan atau kiri.
Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya adalah contoh sempurna keseimbangan dalam agama. Rasulullah Saw sebagai manusia sempurna, menjalani kehidupan individu dan sosial, secara seimbang, baik saat perang maupun damai. Ia juga bersikap adil dalam beribadah dan berpolitik. Pada intinya, Rasulullah Saw adalah manusia yang seimbang dan tidak terjebak pada sikap ekstrim. Terkait hal ini, Imam Ali as berkata, “Perilaku dan tindakan Rasulullah Saw seimbang.” Ahlul Bait juga bertindak seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Mereka juga mengatakan, “Kami keluarga Rasulullah Saw adalah kelompok tengah.”
Sebagaimana ajaran-ajaran Islam berlandaskan pada keseimbangan, para pemeluk agama ini diwasiatkan menjaga poin penting ini. Surat al-Baqarah ayat 143 mengenai ummat Islam menyebutkan,
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agara Rasul Muhammad Saw menjadi saksi atas perbuatan kamu…”
Untuk itu, Allah Swt menghendaki ummat Islam bersikap adil dan netral. Ayat lainnya melalui lisan Luqman kepada anaknya, menyebutkan, “Bersikap adil dalam perilakumu.” Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya mengajurkan ummatnya selalu bersikap adil. Rasulullah Saw bersabda. “Sebaik-baik urusan ada di tengah.” Beliau kepada ummatnya, berulangkali mengatakan, “Bersikaplah adil dan imbang!” Dalam sejumlah doa Ahlul Bait as disebutkan bahwa para pendoa menghendaki supaya Allah Swt menjauhkan dari perbuatan ekstrim kanan dan kiri (berlebihan), sehingga bisa menempuh di jalan Islam dan Rasulullah Saw.[]