Di tengah kehidupan kita, ada di antaranya orang-orang yang memiliki kelainan atau kekurangan baik dari sisi fisik maupun mental. Kekurangan yang mau tidak mau akan membatasi aktifitas yang bisa dilakukannya.
Menyikapi keadaan tersebut, kita patut bersyukur bahwa kita diberi kesempurnaan lebih dari mereka. Namun di sisi lain, kita juga memiliki tanggung jawab atas keberadaan mereka. Sehingga kita tidak acuh terhadap mereka.
Kita melihat Rasulullah dan Ahlulbait memiliki perhatian yang besar kepada para penyandang disabilitas. Rasulullah saw melarang penghinaan atas mereka (penyandang disabilitas) dan hal-hal yang dapat menjatuhkan kehormatan mereka.
Riwayat Imam Ja’far As-Shadiq as., “Jangan kalian melihat dengan tatapan yang tajam dan lama kepada para penyandang disabilitas, karena hal tersebut akan membuat mereka sedih.”
Dalam riwayat lain dari Rasulullah saw: “Barangsiapa memandu orang buta sebanyak 40 langkah dijalan yang datar, maka tidak akan sepadan jika ditukar dengan seluruh emas yang ada di dunia. Dan barang siapa menyelamatkan orang buta dari keterjatuhan, maka ia akan diganjar dengan pahala yang besar dan diampuni dosanya serta ditempatkan di surga-Nya yang tertinggi.”
Kita banyak memiliki kunci-kunci penyelamat untuk kehidupan akhirat kita. Sebuah riwayat dari Imam Ja’far As-Shadiq as.:
“Barangsiapa yang membantu orang sakit dan berusaha memenuhi kebutuhannya, maka ia seperti bayi yang baru lahir dengan tanpa sedikitpun dosa padanya.
Untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan hanya dengan ibadah ritual yang kita lakukan, tetapi juga dengan bantuan yang kita berikan kepada para penyandang disabilitas dan mustadhafin secara umum.