“Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tidak akan sirna dari dirinya” (anonymous)
ICC Jakarta – Tidak seperti 20-30 tahunan lalu ketika geliat literasi masih terasa mengasyikkan, 10 tahun terakhir seolah-olah dunia literasi kita agak redup sejenak. Masa di mana buku-buku terbaru yang terbit dalam semua tema diserbu oleh pembaca, tergantikan dengan geliat budaya audio-visual yang membombardir kita. Padahal budaya membaca atau literasi kita belum terbentuk dengan baik. Sehingga gempuran konten-konten digital dengan mudah mengambil tempat budaya baca kita. Literasi sendiri bisa dipahami sebagai istilah umum yang merujuk pada kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa, baik membaca, menulis atau berbicara. Utamanya lebih kepada dua hal yang disebutkan pertama.
Dulu, anak-anak sampai mahasiswa disuguhkan oleh berbagai pilihan bacaan dengan beragam tema. Mulai dari fiksi yang ringan, buku psikologi popular, bahkan buku-buku dengan tema yang lebih berat seperti tema agama, politik, ekonomi, dan lain-lain. Sayangnya saat era digital menyerbu, orang-orang mulai meninggalkan bacaan yang berbentuk buku, beralih kepada bacaan di platform digital. Masih bisa disebut lumayan kalau memang itu yang benar terjadi. Namun, faktanya budaya membaca secara digital pun ternyata sangat sedikit yang melakukannya. Para pemuda lebih tertarik dengan kegiatan-kegiatan digital yang tidak ada kaitannya dengan membaca.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, patut disyukuri, terlihat ada pergerakan ke arah yang lebih baik dalam dunia literasi kita. Ditandai dengan maraknya rumah baca yang dikelola oleh para sukarelawan. Juga adanya perpustakaan keliling. Tidak lupa juga salah satu gerakan yang skalanya lebih besar seperti Pustaka Bergerak Indonesia. Ia merupakan jaringan masyarakat madani yang secara sukarela bekerja sama membangun kekuatan masyarakat lokal dalam menyebarkan bacaan bermutu dan membangun budaya ilmiah, khususnya di daerah yang kurang berkembang. Gerakan ini menggandeng presenter ternama Najwa Shihab yang juga seorang duta baca, untuk ikut mempromosikan kegiatan-kegiatannya.
Islamic Cultural Center (ICC), sebagai lembaga kebudayaan, memandang penting untuk turut ambil bagian dalam geliat kegiatan peningkatan literasi ini. Mulai tahun 2020 Departemen Pendidikan dan Riset ICC mencanangkan program yang dinamai sebagai “Gerakan Literasi”. Berbagai kegiatan telah dirancang untuk menggalakkan gerakan ini. Sayangnya kegiatan yang sudah dirancang banyak terkendala dengan adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat untuk tetap tinggal di rumah selama pandemi berlangsung. Namun demikian, tidak menyurutkan niat ICC untuk tetap mengadakan kegiatan terkait Gerakan Literasi ini. Diputuskan kemudian, bahwa kegiatan Gerakan Literasi akan banyak mengambil tempat secara daring dengan tidak mengurangi bobot kegiatan yang akan dijalankan.
Mengutip dari Dr. Syafinuddin Al-Mandary selaku koordinator, Gerakan Literasi yang diadakan oleh ICC ini akan meliputi beberapa macam pelatihan seperti kelas menulis, public speaking, magang jurnalistik, dan sebagainya. Turut diadakan juga beberapa jenis kompetisi seperti lomba cipta sastra, artikel, resensi, speech contest, dan lain-lain. Selain itu juga penerbitan karya tulis yang diseleksi dari hasil peserta kegiatan literasi ICC, juga tak ketinggalan promosi (publikasi) produk gerakan literasi ini.
Beliau juga menyampaikan bahwa kegiatan ini akan dimulai dengan target yang sederhana, yaitu memperbanyak penulis baru melalui pelatihan berjenjang. Harapannya , ini berjalan baik sehingga kebiasaan membaca dan telaah pustaka hingga penyelenggaraan forum ilmiah akan membudaya. Demikian juga penerbitan berbagai karya.
“ ICC sebagai pusat kebudayaan harus bisa dirasakan sebagai Lembaga terdepan dalam kegiatan kebudayaan. Seluruh rangkaian kegiatan dalam Gerakan Literasi ini diharapkan akan menjadikan lembaga ini benar-benar menampilkan performa kebudayaan Islam. Pada tahun pertama kegiatan difokuskan pada penyiapan penulis. Tahun-tahun berikutnya, diharapkan mereka akan menjadi penggerak. Mereka inilah yang akan mereproduksi aneka kegiatan bernuansa kebudayaan di masa mendatang, di antaranya tradisi riset, tulis-menulis, telaah literatur dan penerbitan naskah ilmiah baik melalui buku atau film. Pengembangan akan diarahkan untuk menyejajarkan ICC dengan berbagai pusat kebudayaan antar-negara”, Dr. Syafinuddin menambahkan dengan lebih jauh.
Mengukuhkan rencana tahun lalu yang sempat tertunda, akhirnya pada tanggal 29 januari 2021, ICC secara resmi meluncurkan Program Gerakan Literasi yang ditandai dengan Diskusi Literasi secara daring, dengan menghadirkan 3 orang pembicara yang sudah malang melintang dalam dunia literasi Indonesia. Mereka adalah Dr. Haidar Bagir, MA (Dirut Mizan Group), Nirwan Arsuka (Founder Pustaka Bergerak), dan Ki Ashad Kusuma Jaya (Founder Penerbit Kreasi Wacana Yogyakarta).
Kita berharap semoga Program Gerakan Literasi ini bisa menggeliat dan banyak peserta yang ikut di dalamnya. Juga menghasilkan para pembaca yang giat, serta penulis dan pembicara yang mumpuni untuk ditampilkan karya-karyanya. Sehingga dunia literasi kita semakin semarak dan menumbuhkan minat baca yang tinggi pada masyarakat umumnya, dan masyarakat ahlulbait khususnya. (Jakarta, Senin, 8 Maret 2021)
by Sara Mahdy