ICC Jakarta – Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Minggu (21/3/2021) menyampaikan pidato di hari pertama tahun 1400 Hijriah Syamsyiah yang disiarkan langsung oleh televisi nasional Iran.
Pidato awal tahun Hijriah Syamsiah, yang disampaikan Ayatullah Khamenei kali ini dilakukan secara virtual karena memperhatikan protokol kesehatan sebagai dampak wabah virus Corona.
Di awal pidatonya, Rahbar membandingkan peristiwa yang menandai masuknya tahun 1300 HS dan 1400 HS. Ia mengatakan, sebuah perbandingan sederhana dan penuh makna, ketika Iran memasuki abad sebelumnya yaitu tahun 1300 HS, jika kita memang memilikinya, di tahun itu adalah waktu dimulainya diktatorisme pemerintahan boneka Reza Khan (Reza Shah Pahlavi) yang kenyataannya merupakan kudeta Inggris lewat perantara dan tangan Reza Khan dengan pemerintahan yang tergantung, diktatorisme dan Inggris di Iran. Tapi masuknya tahun 1400 HS ditandai dengan pemilu, artinya pemerintahan yang bersandar pada independensi dan suara rakyat.
Ayatullah Khamenei menyinggung pemilu presiden Iran, bulan Khordad 1400 HS atau Mei 2021 mendatang, dan menuturkan, pemilu merupakan sebuah bentuk penyegaran di dalam negara yang melalui cara itu, nafas baru ditiupkan ke lembaga eksekutif negara.
Rahbar juga menekankan bahwa dalam pandangan dunia luar, pemilu dengan partisipasi masyarakat menunjukkan kekuatan nasional.
“Dinas-dinas intelijen beberapa negara terutama Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel sejak beberapa waktu lalu berusaha menurunkan partisipasi rakyat dalam pemilu mendatang, dan untuk mencapai tujuan ini, mereka menuduh penyelenggara pemilu Iran sengaja merekayasa hasil pemilu, atau membuat antusiasme masyarakat menurun dengan mengatakan suara Anda tidak berpengaruh sama sekali, dan mereka memanfaatkan secara maksimal dunia maya untuk tujuan ini,” paparnya.
Ayatullah Khamenei di bagian lain pidatonya menyinggung soal sanksi dan menegaskan, boikot ekonomi dan sanksi merupakan salah satu kejahatan besar yang dilakukan sejumlah negara, dan hal itu tidak boleh dipandang secara politik dan diplomasi.
Menurut Rahbar, menyanksi sebuah bangsa sehingga tidak bisa mengimpor obat-obatan dan peralatan medis adalah kejahatan, dan kejahatan ini dilakukan sebuah negara semacam AS.
Lebih lanjut Rahbar menjelaskan, “Sanksi bagi negara kami adalah kejahatan, tapi juga punya manfaat sehingga kita bisa mengubah ancaman ini menjadi peluang. Para pemuda pekerja keras Iran bertekad kuat dan di beberapa bidang yang di sana barang-barang tergantung pada impor, Iran berhasil memproduksinya sendiri.”
Ayatullah Khamenei menuturkan, “idiot” terdahulu (Donald Trump) merancang kebijakan tekanan maksimum agar Iran berada dalam posisi lemah sehingga terpaksa duduk di meja perundingan, dan ia bisa memaksakan tuntutan-tuntutan imperialisnya terhadap Iran, namun ia turun dari jabatan secara memalukan, sehingga selain membuat malu dirinya, juga negaranya sendiri, tapi Iran tetap berdiri dengan kekuatan dan kemuliaan.
Rahbar terkait perjanjian nuklir JCPOA mengatakan, “Kebijakan Iran dalam berinteraksi dengan pihak-pihak JCPOA dan dengan JCPOA sendiri, tegas, dan kami tidak akan melakukan pelanggaran sedikit pun, setelah itu kami akan melakukan verifikasi, jika benar-benar sanksi dicabut, maka tanpa masalah apapun kami akan kembali melaksanakan komitmen. Kami tidak menganggap janji Amerika Serikat bisa dipercaya.”
Ayatullah Khamenei menjelaskan, “Beberapa pihak ingin menyampaikan sesuatu kepada AS terkait JCPOA, dan mereka mengatakan JCPOA harus diubah. Benar, kondisi tahun 2015 dan 2016 berubah, tapi perubahan yang tidak menguntungkan AS, sebaliknya menguntungkan kami. Iran sejak tahun 2015 sampai hari ini sudah menjadi semakin kuat. Maka dari itu jika memang JCPOA harus diubah, maka harus menguntungkan Iran, kami berhasil membuat sanksi tak efektif.”
Kepada AS, Rahbar mengatakan, “Anda semakin hari semakin bermasalah, dan tidak jelas bagaimana nasib Presiden AS yang sekarang. Kami tidak tergesa-gesa untuk usulan ini. Benar, kami juga meyakini harus memanfaatkan kesempatan, namun kami tidak akan tergesa-gesa, karena dalam beberapa kesempatan, bahayanya lebih besar dari manfaat. Kami menaruh kepercayaan pada AS di masa Barack Obama, dan kami melaksanakan pekerjaan berdasarkan JCPOA, tapi mereka tidak menjalankan komitmennya, dan di atas kertas berkata, sanksi dicabut, tapi mereka menakut-nakuti investor. Komitmen mereka tidak ada nilainya bagi kami.”
Rahbar juga menegaskan bahwa masalah Palestina tidak akan pernah dilupakan, dan normalisasi hubungan beberapa negara dengan Israel tidak penting. Agresi militer ke Yaman dimulai di masa Partai Demokrat berkuasa di AS, dan negara itu terlibat dalam kejahatan di Yaman.
Sumber: parstoday