
ICC Jakarta – Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah menyatakan bahwa situasi di Timur Tengah tegang dan genting pada momen haul mantan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Letjen Qassem Soleimani dan seorang rekannya, Abu Mahdi Al-Muhandis, mantan wakil komandan pasukan relawan Irak Al-Hashd Al-Shaabi.
Nasrallah juga memastikan dukungan Iran kepada Libanon tidaklah bersyarat, melainkan dalam konteks pertahanan dan kedaulatan Libanon sendiri, dan bahwa Libanon dan Gaza merupakan garis depan perlawanan terhadap pendudukan Israel, bukan demi Iran.
Berbicara dalam rangka haul pertama jenderal legendaris Iran Qassem Soleimani dan tokoh pejuang Irak Abu Mahdi Al-Muhandis, Ahad (3/1), Nasrallah memastikan adanya kecemasan Israel dan para sekutunya, termasuk di kawasan Teluk Persia, terkait dengan peringatan tahun pertama gugurnya dua tokoh pejuang Poros Resistensi tersebut.
“Resistensi adalah satu-satunya kekuatan yang mampu melindungi kekayaan minyak Libanon berkat persenjataannya serta dukungan Iran dan Suriah…Resistensi di Libanon adalah pihak yang paling berjuang dalam sejarah kemerdekaan (negara ini),” ungkap Nasrallah.
Dia menambahkan, “Pihak yang mendukung kami dengan sikap dan senjata tak bisa disamakan dengan pihak yang bersekongkol terhadap Libanon dan menyokong rezim pendudukan Israel. Faksi-faksi resistensi Palestina tak dapat menyamakan pihak yang mendukungnya dengan pihak yang bersekongkol terhadap bangsa dan kesucian Palestina. Suriah juga tak dapat menyamakan pihak yang bersekongkol terhadapnya dan menyokong para takfiri dengan pihak yang membela dan membantunya. Orang-orang Irak juga tak bisa menyamakan pihak yang mengirim para takfiri pelaku bom bunuh diri terhadap mereka dengan pihak yang membantu mereka membebaskan wilayah mereka.”
Nasrallah menegaskan, “Ada kecemasan besar di kawasan serta Teluk dan Israel akibat peringatan tahunan kesyahidan dua pemimpin, Soleimani dan Al-Muhandis… Kawasan berada dalam kondisi yang sangat genting, dan kita tidak tahu akan terjadi peristiwa apa dan akan menjurus ke mana.”
Menurut Nasrallah, sebagian orang berasumsi bahwa Iran akan mengandalkan kawan-kawannya dalam berusaha membalas kematian Jenderal Soleimani di tangan pasukan Amerika Serikat (AS).
“Padahal, jika Iran hendak maka ia akan membalasnya secara militer ataupun keamanan. Iran tidaklah lemah, melainkan kuat dan ia sendirilah yang memutuskan bagaimana dan kapan membalas,” ujarnya.
Seperti diketahui, Jenderal Soleimani terbunuh bersama Al-Muhandis akibat serangan udara pasukan AS di dekat Bandara Internasional Baghdad, ibu kota Irak, pada 3 Januari 2020.
Mengenai kiprah Soleimani, Sekjen Hizbullah mengatakan, “Apa yang terungkap mengenai apa yang telah dilakukan oleh Syahid Soleimani dengan berbagai prestasinya hanyalah sedikit, namun ada perkara-perkara yang tidaklah tepat jika dibicarakan.”
Nasrallah menambahkan, “Slogan pengusiran Amerika dari kawasan tak akan menjadi slogan yang diterapkan oleh bangsa-bangsa kawasan ini tanpa kesyahidan dua pemimpin itu… Kesyahidan Soleimani dan Al-Muhandis menempatkan pasukan AS pada jalan keluar dari Irak.”
source: Liputanislam