
ICC Jakarta – Dinamika di Republik Islam Iran selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya pertemuan Rahbar dengan panitia haul Syahid Soleimani dan penekanan untuk memajukan iptek dan ekonomi nasional.
Selain itu, masih ada isu lainnya seperti penekanan Shamkhani atas penarikan AS dari kawasan, statemen Presiden Rouhani akan nasib Trump, penjelasan Takht Ravanchi mengapa Iran tolak negosiasi ulang JCPOA, pembatasan vaksin Corona terhadap Iran dan berbagai isu lainnya.
Rahbar Minta Upaya Memajukan Ekonomi dan Iptek Ditingkatkan
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei berpesan kepada masyarakat dan pejabat untuk menggandakan upaya mereka dalam memperkuat negara di bidang ekonomi, sains, teknologi dan pertahanan, dan tidak mempercayai musuh.
Penyelenggara haul Syahid Qassem Soleimani dan keluarga beliau hari Rabu (16/12/2020) menekankan bahwa negara harus fokus pada upaya untuk mengatasi sanksi ilegal daripada harapan untuk pencabutannya.
“Pencabutan sanksi ada di tangan musuh, tetapi menetralisirnya ada di tangan kita sendiri,” tegasnya.
Rahbar lebih lanjut menyinggung pembunuhan terhadap Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan mengatakan, para pelaku pembunuhan ini harus dibalas, dan pembalasan ini akan dilakukan dalam waktu yang tepat.
Ayatullah Khamenei menyebut Syahid Soleimani sebagai pahlawan bangsa Iran dan umat Islam.
“Mengingat Syahid [Soleimani] orang yang merakyat dan dicintai rakyat, maka potensi ini harus memanfaatkan dengan mengerahkan upaya budaya dan kreativitasnya,” ujarnya.
Mengenai posisi Syahid Soleimani sebagai pahlawan nasional bangsa Iran, Ayatullah Khamenei menjelaskan, alasan mengapa Syahid Soleimani menjadi pahlawan bangsa Iran dan berbagai lapisan masyarakat menghormati beliau dan berduka atas kepergiannya, karena Syahid Soleimani sebagai manifestasi dai nilai-nilai budaya Iran.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran memandang keberanian dan perlawanan, kebijaksanaan, kecerdasan, pengorbanan, dan persaudaraan sebagai karakter Syahid Soleimani.
“Syahid mulia ini memiliki ketinggian spiritual, ketulusan serta berorentasi akhirat, dan beliau orang yang rendah hati,” tutur Rahbar.
Ayatullah Khamenei juga menyinggung kecintaan rakyat Iran kepada beliau, bahkan ketika melepas kepergiannya.
“Jutaan orang menghadiri prosesi pemakaman Syahid Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis di Irak dan Iran yang tak terlupakan. Upacara peringatan kedua Syuhada menjadi perang lunak yang akan mengejutkan kubu arogan, sekaligus tamparan keras pertama di wajah Amerika Serikat,” tegasnya.
Rahbar dalam pidatonya juga menyinggung serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS, Ain al-Assad, dengan menegaskan, tamparan yang lebih keras adalah pengaruh serangan lunak terhadap kedigdayaan kosong adidaya yang dilakukan dengan partisipasi para pemuda Revolusioner dan intelektual Mukmin, juga pengusiran pasukan AS dari kawasan oleh bangsa-bangsa dan gerakan perlawanan.
Komandan Pasukan al-Qods Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letjend Qassem Soleimani, dan Wakil Ketua Hashd Al Shaabi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, bersama delapan pengawal mereka gugur syahid pada hari Jumat (3/1/2020) dalam serangan udara militer Amerika Serikat di Baghdad atas perintah langsung Presiden Donald Trump. Letjen Soleimani berkunjung ke Irak atas undangan resmi pemerintah Baghdad.
Letjen Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis sangat populer karena peran kunci yang mereka mainkan dalam membasmi kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS) yang disponsori AS di kawasan.
Rahbar: Perawat, Malaikat Pembawa Rahmat untuk Pasien
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, menyebut para perawat sebagai “malaikat pembawa rahmat” bagi orang-orang sakit.
“Selama pandemi Covid-19 dan dalam situasi yang jauh lebih sulit dan penuh kecemasan dari biasanya, perawat melakukan pekerjaan yang hebat dan memperlihatkan pengabdian yang benar-benar luar biasa,” kata Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya pada Minggu (20/12/2020), bertepatan dengan hari kelahiran Sayidah Zainab as dan Hari Perawat Iran.
Rahbar mengucapkan selamat kepada semua perawat bertepatan dengan Hari Perawat Iran dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga perawat, yang telah kehilangan orang terkasihnya di tengah pandemi Covid-19.
“Perawat adalah mitra dan pembantu dokter. Betapa pun dokter itu ahli dan kompeten, ia akan kesulitan dalam menangani pasien jika tanpa perawat,” tambahnya.
Ayatullah Khamenei menuturkan bahwa dalam hal bantuan psikologis, perawat dapat menghapus kesedihan dan memberikan kekuatan kepada pasien dengan senyuman atau sebuah sikap dan ucapan yang ramah, ini adalah salah satu nilai luhur Islam.
Rahbar mengakui bahwa pekerjaan perawat semakin sulit dan penuh kecemasan di tengah pandemi Corona, karena risiko terinfeksi. Perjuangan perawat saat ini membuat mereka lebih disayangi dan lebih mulia di mata masyarakat daripada sebelumnya.
Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei juga mengingatkan tugas dan tanggung jawab pejabat pemerintah terhadap pengabdian dan pengorbanan para perawat.
“Menaikkan status perawat adalah tugas yang sangat penting dan sangat baik yang harus diseriusi sehingga mereka dapat bekerja dengan nyaman dan keluarga perawat juga merasa tenang dengan kondisi anak-anaknya,” pungkasnya.
Shamkhani: Keamanan akan Tercipta jika AS Menarik Diri
Sekjen Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, menyebut penarikan pasukan AS dari kawasan sebagai prasyarat untuk menciptakan perdamaian dan keamanan yang berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Ali Shamkhani dalam pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan, Hamdullah Mohib di Tehran pada hari Selasa (22/12/2020).
Shamkhani menjelaskan bahwa kebijakan prinsipil Iran berpijak pada penguatan hubungan baik dengan negara-negara tetangga dan membangun ikatan strategis dengan mereka.
Afghanistan, lanjutnya, memiliki tempat khusus dalam politik luar negeri Republik Islam karena punya banyak kesamaan dan ikatan.
Menurut Shamkhani, Iran dan Afghanistan memiliki kepentingan bersama dan juga menghadapi ancaman serupa di berbagai bidang, terutama penyebaran terorisme dan pentingnya menciptakan stabilitas dan keamanan di kawasan.
Dia menekankan dukungan kuat Iran terhadap pemerintah Afghanistan dan perlunya meningkatkan kerja sama antara Tehran-Kabul di bidang politik, ekonomi, dan keamanan.
Sekjen Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran juga memperingatkan tentang penyebaran kegiatan Daesh di Afghanistan dan bahaya yang ditimbulkan bagi rakyat Afghan dan negara-negara lain di kawasan.
Dia menyerukan kewaspadaan, kerja sama, dan upaya kolektif semua negara untuk menghancurkan kanker jahat ini.
Sementara itu, Hamdullah Mohib menyatakan kepuasannya atas kunjungan ke Tehran serta mengumumkan kesiapan pemerintah dan rakyat Afghanistan untuk memperluas kerja sama dengan pemerintah dan rakyat Iran.
Dia memuji dukungan yang tak tergoyahkan dari Republik Islam dan keramahan orang-orang Iran terhadap rakyat Afghanistan selama 40 tahun terakhir.
“Pemerintah dan rakyat Afghanistan selalu menghargai cinta, bantuan dan dukungan dari Republik Islam dan rakyat Iran,” pungkasnya.
Rouhani: Nasib Trump tidak akan Lebih Baik dari Saddam
Presiden Iran Hassan Rouhani, mengatakan diktator rezim Baath Irak, Saddam memaksakan perang militer, sementara Presiden Donald Trump memaksakan perang ekonomi terhadap Iran.
“Nasib Trump tidak akan lebih baik dari Saddam,” ujarnya pada rapat kabinet hari Rabu (23/12/2020) mengacu pada perang yang dipaksakan oleh rezim Baath Irak terhadap Republik Islam.
“Rakyat Iran bersatu padu dalam perang militer dan bersama-sama mengalahkan Saddam,” kata Rouhani.
“Saddam telah dihukum gantung. Rakyat Iran dengan perlawanan telah menggagalkan konspirasi orang-orang yang berharap dapat mengalahkan Iran,” tambahnya.
Berbicara tentang kegagalan AS di kancah internasional, Rouhani menandaskan pejabat AS setiap kali melawan Iran di PBB dan lembaga-lembaga internasional, para sekutu tradisionalnya tidak memberikan dukungan dan Eropa juga tidak menerima alasan-alasan Washington.
Ini Alasan Mengapa Iran Tolak Negosiasi Ulang JCPOA
Perwakilan Tetap Republik Islam Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan setiap proposal untuk menegosiasikan ulang JCPOA ditolak oleh Tehran karena bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Wakil Tetap Iran di PBB, Majid Takht-e Ravanchi dalam pertemuan membahas laporan enam bulan implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB no.2231 tentang JCPOA hari Selasa (22/12/2020) mengatakan, segala bentuk proposal untuk merundingkan kembali JCPOA atau menambah klausul baru bertentangan dengan Resolusi 2231 yang ditolak Iran.
Mengenai langkah sepihak dan ilegal Amerika Serikat keluar dari JCPOA dan kampanye komprehensif Washington untuk menekan Iran, Majid Takht-e Ravanchi menjelaskan bahwa Amerika Serikat melanggar kewajibannya terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB no. 2231.
“Pada awalnya, Iran tidak mengambil tindakan balasan terhadap Amerika Serikat dengan menjalankan kebijakan kesabaran strategis selama satu tahun dan meminta tiga negara Eropa untuk menjalankan komitmennya. Tetapi kesabaran maksimal Iran justru dibalas tekanan maksimum,” ujar wakil Iran di PBB.
“Dalam keadaan ini, Iran tidak punya pilihan selain mengambil langkah-langkah kompensasi sesuai dengan Pasal 26 dan 36 JCPOA,” tegasnya.
Berdasarkan JCPOA pasal 26 dan 36, Tehran memiliki hak untuk menangguhkan kewajibannya secara keseluruhan atau sebagian, ketika sanksi dijatuhkan terhadap Iran.
Hemmati: Iran Kini Bisa Beli Vaksin Corona dari Luar Negeri
Direktur Bank Sentral Iran mengabarkan selesainya permasalahan seputar pembelian Vaksin Corona negara ini.
Abdolnaser Hemmati, Kamis (24/12/2020) mengatakan, persetujuan awal untuk melakukan transfer dari sebuah bank (di luar sumber-sumber Bank Sentral Iran di Korea Selatan), telah kami terima pada hari Kamis (24/12) dinihari, dan instruksi pembayaran pembelian vaksin sudah dikeluarkan.
Ia menambahkan, koordinasi dengan Kementerian Kesehatan Iran, sudah dilakukan, dan pembelian serta pengiriman vaksin Corona akan dilakukan secepat mungkin.
Sebelumnya Direktur Bank Sentral Iran mengatakan karena pembelian vaksin Corona, Covax harus melalui jalur resmi Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, maka pembayaran pembelian vaksin Corona ini mengalami hambatan sanksi Amerika Serikat.
Menurutnya, karena tekanan Amerika, bank-bank Eropa takut bekerjasama dengan Iran, dan sekalipun ada yang bersedia menerima uang pembayaran dari Iran, ia harus mendapatkan izin khusus dari Amerika.
Source: parstoday