ICC Jakarta – Stabilitas dan keabadian Republik Islam Iran ditegakkan oleh perjuangan rakyat dan orang-orang terbaiknya, termasuk ulama dan pemikir.
Salah satunya adalah Ayatullah Mohammad Yazdi, seorang ahli hukum, mujahid dan ulama besar yang baru-baru ini meninggal pada usia 89 tahun.
Ayatullah Mohammad Yazdi menghabiskan hampir 70 tahun hidupnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, agama dan menjaga Revolusi Islam. Sebelum kemenangan Revolusi Islam, beliau dikenal sebagai salah satu tokoh perjuangan melawan rezim Pahlevi.
Beliau bergabung dalam gerakan Imam Khomeini pada tahun 1343 Hs, dan termasuk salah satu murid pertama dari kelas fikih Imam Khomeini di Qom.
Ulama pejuang ini diam-diam mengadakan pertemuan di Qom dan Tehran, serta bertukar pandangan dengan berbagai orang dan arus masyarakat. Menjelang kemenangan revolusi, rumahnya menjadi pusat usaha serta penyelesaian berbagai masalah revolusi.
Setelah kemenangan Revolusi Islam, beliau menjadi pendukung setia Imam Khomeini yang memainkan peran sangat penting dalam menjaga stabilitas pemerintahan Islam. Ayatullah Yazdi mengungkapkan, “Pada dasarnya Islam tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan, dan jika sebagian orang menganggap bahwa agama Islam datang hanya untuk hubungan antara manusia dengan Tuhan dan tidak ada pendapat tentang hubungan antara manusia dan rakyat, dan kualitas tata kehidupan sebagai sebuah kesalahan. Sebagaimana disampaikan almarhum Imam [Khomeini], musuh telah melakukan sesuatu yang bahkan sebagian ulama kita percaya bahwa dunia yang adil dan sempurna adalah dunia yang tidak ada hubungannya dengan masalah politik. Imam menggagalkan propaganda ini dan menjelaskan bahwa Islam tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan.”
Menjelang kemenangan Revolusi Islam, Ayatullah Yazdi sebagai kepala Pengadilan Revolusi dan Komite Kota Qom mengambil langkah-langkah keamanan dan peradilan yang penting. Ketika Imam Khomeini tiba di Qom dan rumah almarhum menjadi kediaman pemimpin besar Revolusi Islam, Ayatullah Yazdi menjadi kepala kantornya.
Ayatullah Yazdi terpilih menjadi anggota Dewan Ahli Kepemimpinan sebagai wakil rakyat Tehran dan memainkan peran utama dalam pengesahan Konstitusi. Beliau menjadi anggota parlemen periode pertama dan kedua serta menempati wakil Ketua Majelis Syura Islami Iran.
Ayatullah Muhammad Yazdi juga aktif mengajar dan menulis. Sejauh ini, banyak buku dan artikelnya, termasuk lebih dari 40 buku dalam bahasa Persia dan Arab. Beliau juga seorang orator dan pembicara yang kuat. Ciri khas dari pidato Ayatullah Yazdi dalam pidatonya menyampaikan masalah Ahlul Bait sebagai simbol perjuangan. Misalnya, ketika berbicara tentang gerakan Imam Hussein dan kejahatan Yazid bersama para pengikutnya, beliau membawanya dalam konteks yang kondisional.
Buku “Mari Mengenal Hussein bin Bani Ali Lebih Baik” merupakan hasil ceramah Ayatullah Yazdi dan sebelum revolusi beberapa kali pernah diberedel SAVAK. Dalam buku ini, beliau mengingatkan, “Para penjaga keadilan selalu ada di antara orang-orang yang berjuang untuk menggulingkan istana Fir’aun, dan Imam Hussein berada di garda depan. Nabi dan dua belas penerusnya membawa umat manusia menuju kebahagiaan, dan mereka semua berusaha menyelamatkan umat manusia dari jurang berbahaya, terutama Imam Hussein, yang berjuang melawan penindas.”
Hauzah ilmiah Qom adalah salah satu pusat pendidikan keagamaan terpenting di Iran. Ayatullah Muhammad Yazdi berperan besar dalam pengembangan hauzah ilmiah. Beliau mengatakan, “Hauzah ilmiah Qom sebagai salah satu pusat pendidikan menunjukkan banyak peran dan kredibilitasnya yang dihormati banyak orang,”.
Masyarakat memandang hauzah atau pesantren sebagai pendidikan orang-orang saleh dan berbudi luhur. Mereka percaya bahwa para guru dan pelajar agama berbicara dan bertindak untuk kebaikan menunaikan tugas agamanya.
Sebagai ketua Dewan Tinggi perhimpunan Guru Pesantren Qom, Ayatullah Yazdi percaya bahwa dengan bertawakal kepada Allah swt dan bersikap berani akan memperkuat kekuatan internal dan kekuatan batin dari Republik Islam. Beliau menegaskan, “Kini, posisi global dan otoritas nasional kita adalah hasil dari darah syuhada dan perjuangan umat yang setia dan tangguh. Mempertahankan posisi dan martabat bangsa kita dalam konfrontasi global dan diplomasi luar negeri adalah salah satu masalah terpenting,”.
Ayatullah Muhammad Yazdi menjadi anggota Dewan Ahli Kepemimpinan dari periode pertama hingga kelima, dan pada tahun 1393 Hs dipilih sebagai ketuanya. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran memuji peran Ayatullah Yazdi dengan mengatakan, “Kepribadian, latar belakang dan kompetensi Ayatullah Yazdi menunjukkan bahwa pemilihannya sebagai ketua Dewan Ahli kepemimpinan sangat tepat dan sesuai.”
Pada awal Desember tahun ini, Ayatullah Muhammad Yazdi mendedikasikan rumahnya di Qom untuk pembangunan pesantren atau hauzah. Citra politik dan sikap revolusioner Ayatullah Yazdi membuat Departemen Keuangan AS menempatkan lima anggota Dewan Garda Revolusi, termasuk Ayatullah Mohammad Yazdi dalam daftar sanksi pada Maret 2020. Menanggapi tindakan Departemen Keuangan AS ini, beliau mengatakan, “Saya bangga bahwa orang-orang yang tangannya berlumuran darah syahid tercinta Haj Qassem Soleimani telah memboikot saya sesuai keinginan mereka,”.
Ayatullah Mohammad Yazdi wafat pada 19 Azar 1399 Hs, karena usia tua dan penyakit pencernaan kronis. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengirimkan pesan belasungkawa, dengan mengatakan, “Jejak revolusional dan peran beliau di era thagut dalam administrasi negara, seperti kepala kehakiman dan keanggotaan di Dewan Ahli Kepemimpinan dan Majelis Syura Islami, bersama dengan kegiatan ilmiah dan yurisprudensi telah menciptakan kepribadian yang komprehensif dan berpengaruh dari ulama mulia ini. Keyakinan yang kuat terhadap dasar-dasar revolusi dan ketekunannya serta semangat religius dan revolusioner sebagai tanda-tanda lain yang jelas dari figur terhormat ini
sumber: Parstoday