ICC Jakarta – Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan pesan kepada para pemuda Prancis mengenai pertanyaan mengapa presiden mereka mendukung penghinaan kepada Nabi ilahi dan menganggapnya sebagai kebebasan berekspresi ?
Rahbar dalam pesan yang ditujukan kepada para pemuda Prancis Rabu malam mengatakan, “Apakah kebebasan berekspresi bermakna permusuhan dan penghinaan terhadap sosok yang mulia dan suci? Bukankah tindakan bodoh ini berarti menghina hati nurani bangsa yang memilihnya sebagai presiden?
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pertanyaan lain yang ditujukan kepada para pemuda Prancis mengungkapkan mengapa keraguan terhadap Holocaust dipandang sebagai kejahatan? Dan jika ada yang menulis sesuatu tentang masalah ini akan dipenjara, tetapi menghina Nabi diperbolehkan?
Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mendukung karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw telah menyulut kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw telah diulang berkali-kali di Prancis atas nama kebebasan berekspresi.
Beberapa negara Barat, termasuk Prancis, mengejar kebijakan dan kepentingan politik mereka dalam kerangka demokrasi dan kebebasan berekspresi, termasuk dengan menyebarkan Islamofobia. Padahal, Islam adalah agama welas asih, perdamaian dan persahabatan.
Nabi Muhammad Saw adalah titik persatuan umat Islam, bahkan dihormati oleh agama lainnya. Menghormati agama yang berbeda sebagai dasar dari cinta dan perdamaian serta membangun kepercayaan antarsesama manusia.
Emmanuel Macron
Ekstremisme dikutuk oleh setiap agama, tetapi gerakan seperti itu tidak boleh digunakan sebagai alat untuk memajukan kepentingan politik pihak manapun, termasuk otoritas Prancis. Dukungan Presiden Prancis kepada gerakan penghinaan kepada Nabi Muhammad Saw dengan dalih kebebasan berekspresi dan berkeyakinan tidak dapat dipertahankan dan tidak berkontribusi terhadap perdamaian dan kehidupan harmonis antarpemeluk agama yang berbeda.
Sehubungan dengan hal ini, Kardinal Louis Raphaël I Sako, Kepala Gereja Katolik Khaldea Irak dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu menekankan bahwa semua agama harus menjadi sumber cinta, perdamaian, kerja sama dan kepercayaan antarsesama manusia, serta tidak mempromosikan kebencian dan kekerasan.
Baca Juga: Kemampuan Defensif, Kekuatan dan Keamanan dalam Perspektif Rahbar
Sepak terjang Presiden Prancis terhadap umat Islam tidak disetujui oleh agama apapun, bahkan menimbulkan kekhawatiran masyarakat dunia. Langkah Macron sebagai presiden Prancis tidak menghormati warga negara yang memilihnya, karena kebebasan berekspresi tidak berarti menghina agama lain.
Ironisnya, pembelaan presiden Prancis terhadap langkah tabloid Charlie Hebdo untuk menerbitkan karikatur penghinaan kepada Nabi Muhammad Saw berlangsung di saat aturan yang sama tidak berlaku untuk kasus Holocaust. Siapa saja warga Prancis yang meragukan beberapa masalah sejarah seperti Holocaust, maka harus berhadapan dengan pengadilan.
Dikotomi ini telah menjadi pendekatan dominan di Barat, terutama di Prancis. Melalui kebijakan ini, beberapa negara Barat telah menetapkan strategi mereka terhadap dunia Islam dengan penyebaran Islamofobia.(PH)
Sumber: Parstoday