ICC Jakarta – Charlie Hebdo media satir di Prancis kian ‘ngelunjak’ dan berani dalam mempublikasikan kembali (menghina ulang) gambar Rasulullah Muhammad SAW dalam bentuk kartun, Selasa 1 September 2020.
Pasalnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak untuk mengutuk keras tindakan majalah di negaranya tersebut menerbitkan ulang gambar Muhammad SAW.
Tak ayal sikap dan pernyataan orang nomor satu di Prancis itu menuai reaksi keras dari kalangan umat Islam seluruh dunia. Seolah tindakan Charlie Hebdo diperbolehkan di negaranya.
Pernyataan Macron menolak untuk mengutuk keputusan Charlie Hebdo dalam menerbitkan kembali gambar Nabi Muhammad.
Pernyataan kontroversi Presiden Prancis Emmanuel Macron kini jadi perbincangan publik.
Dinilai pernyataan Emmanuel Macron menghina agama Islam, menyudutkan ummat Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Lalu, seperti apa pernyataan kontroversial Emmanuel Macron tersebut hingga membuat penduduk penganut agama Islam murka?
Sebelumnya, Macron mengatakan tak akan melarang pencetakan karikatur Nabi Muhammad SAW, yang sempat menimbulkan kontroversi
Menurut Macron hal itu merupakan bagian dari kebebasan dalam berekspresi.
Tak ayal pernyataan itu menimbulkan kemarahan di dunia Islam dan juga banyak warga Arab.
Pasalnya, gambar Nabi Muhammad merupakan sesuatu yang dilarang keras di Agama Islam.
Selain itu, Macron juga menyebut Islam sebagai teroris, setelah adanya pemenggalan seorang guru sejarah di Paris.
Sang presiden berkata guru itu, Samuel Paty, “dibunuh karena para Islamis menginginkan masa depan kami”, tetapi Prancis “tidak akan menyerahkan kartun kami”.
Penggambaran Nabi Muhammad dapat sangat menyinggung bagi umat Islam karena tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Muhammad dan Allah.
Namun sekularisme negara – atau laïcité – adalah pusat identitas nasional Prancis.
Membatasi kebebasan berekspresi untuk melindungi perasaan satu komunitas tertentu, menurut negara, merusak persatuan.
Pada hari Minggu, Macron menegaskan kembali pembelaannya terhadap nilai-nilai Prancis dalam sebuah twit yang berbunyi: “Kami tidak akan menyerah, selamanya.”
Kemarahan Pemimpin
Para pemimpin politik di Turki, Iran, dan Pakistan telah marah kepada Macron, menuduhnya tidak menghormati “kebebasan berkeyakinan” dan memarjinalkan jutaan Muslim di Prancis.
Pada hari Minggu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, untuk kedua kalinya, bahwa Macron harus melakukan “pemeriksaan mental” pada pandangannya tentang Islam.
dari berbagai sumber