ICC Jakarta – Sayyidah Zainab disebut sebagai “Ummul Masoib”, ibu dari segala musibah. Sebutan itu sehubungan dengan kisah kelahirannya.
Pasa saat kelahiran sayyidah Zainab, Fatimah pun memberi tahu ayahnya. Rasululah pun datang untuk melihat cucu perempuannya yang baru dilahirkan itu.
“Wahai Fatimah serahkanlah bayi yang baru engkau lahirkan itu.” kata Rasulullah Saw.
Fatimah menyerahkan bayi mungil itu. Rasululah pun menempelkan bai mungil Zainab di dadanya, diciumi dan lain sebagainya. Tiba-tiba Rasulullah menangis. Fatimah merasa heran, melihat Rasulullah menangisi cucunya yang baru lahir dan bukan senang.
“Apa yang membuatmu menangis? Tanya Fatimah.
“Semoga Allah tidak menjadikanmu menangis. Wahai Fatimah kelak bayi ini akan menghadapi berbagai bencana yang luar bisa. Dia akan menghadapi cobaan dan musiabh yang luar biasa. Wahai putriku Fatimah, barangsiapa yang menangisi musibah yang menimpa Zainab sama dengan menangisi musibah yang menimpa saudaranya Alhusain.” Jawab Nabi.
Dalam riwayat lain disebutkan, menangisi imam Husain akan meredam api neraka dan mendapatkan ampunan Allah.
Dalam riwayat lain juga disebutkan, ketika Zainab lahir Imam Ali tidak berani memberi nama putrinya sampai beberapa hari. Ketika ditanya oleh Fatimah kenapa demikian, jawab Imam Ali tidak berani mendahului Rasulullah.
Kemudian malaikat Jibril turun atas perintah Allah dan memberitahukan Rasulullah agar memberinya nama Zainab. Sama halnya seperti nama-nama Fatimah, Hasan dan Husain pun sama juga dari Allah.
Tiba-tiba Jibril pun menangis setelah memberitahukan nama Zainab. Rasulullah pun bertanya sebab Jibril menangis. Kata Jibril: “wahai Rasulullah, ketahuilah bahwa putrimu ini akan selama hidupnya akan tertimpa musibah dan penderitaan. Sejak ia dilahirkan hingga wafatnya nanti.”
Inilah kisah kelahiran Zainab, yang semasa hidupnya akan penuh dengan musibah.
Lantas apa saja musibah yang dihadapai Zainab selama hidupnya itu?
Kita dalam hidup ketika tertimpa musibah selalu gelisah. Memang manusiawi manusai takut dengan musibah, akan tetapi ternyata bahwa orang yang mulia sekalipun justru banyak yang tertimpa musibah.
Dalam sejarah disebutkan, Zainab yang hidup dengan kakeknya banyak menyaksikan dan mengalami penderitaan. Penderitaan yang dialami oleh kakek dan keluarganya. Termasuk saat kakek tercintanya meninggal dunia.
Zainab juga menyaksikan derita keluarganya, terutama ketika rumah ibunya didobrak sehingga mengalami derita berkepanjangan. Ia menyaksiakn tangisan ibunya sampai meninggal. Zainab pula yang mengantarkan ibunya ke masjid menyampaikan khutbah dan mengingatkan umat akan wasiat nabi.
Zainablah yang menyaksiakn pembunuhan ayahnya pada malam 21 Ramadhan. Imam Ali bin Abi Thalib dibunuh Abrurahman bin Muljam dan sayyidah zainablah yang merawat dan mendampingi ayahnya pda malam-malam yang menyakitkan itu.
Sebelum terjadi pembunuhan, pada malam 19 Ramadhan Zainab bertanya pada ayahnya.
“Wahai ayahku, kenapa engkau keluar masuk rumah seperti orang yang kebingungan?”
Jawab Imam Ali, “Malam inilah jani Allah pasti terjadi.”
Sayyidah Zainablah yang pertama kali menyaksikan ayahnya terbunuh di masjid Kufah. Zainab pula yang berteriak dan memanggil saudaranya, imam Hasan dan imam Husain.
Penderitaan lain, Sayidah Zainab menyaksiakn saudaranya imam Hasan diracun. Ia menyaksikan penderitaan kakaknya itu sampai Imam Hasan meninggal, karena jantungnya hancur. Zainab juga yang menyaksiakn dan ikut dalam peristiwa Karbala. Bagaimana saudaranya dibantai, kelurganya ditawan dan menderita.
Inilah Zainab sehingga disebut sebagai “Ummul Masoib”, ibu dari segala musibah dan penderitaan.
Apa yang dilakukan Sayyidah Zainab menyaksikan semua penderitaan itu?
Kita banyak menyaksikan tokoh perempuan yang menjadi panutan, juga madrasah bagi anak-anaknya. Kunci utama keluarga adalah bagaimana peran seorang ibu.
Allah memberikan contoh kepada para ibu dengan adanya tokoh-tokoh penting perempuan. Karena tidak ada tokoh besar manapun kecuali dari perut seorang ibu. Jangankan seorang presiden, seorang nabi pun lahir dari seorang ibu.
Berbangga dirilah kalian jadi seorang ibu. Kalian memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Inilah kehormatan yang tidak bisa dimiliki lai-laki manapun.
Nabi Isa as meski tidak mempunyai ayah tapi lahir dari perut seorang ibu, yakni Sayyidah Maryam.
Maka Rasulullah ketika ditanya sahabat, siapa yang harus dihormati diantara kedua orag tua, jawabnya adalah ibu, dan itu diulang sampai tiga kali, baru ayah. Karena seorang ibu adalah yang melahirkan tokoh-tokoh besar.
Berbangga dirilah kalian wahai para ibu.
Disampaikan oleh:
ustaz Miqdad Turkan
Sumber: darutaqrib