ICC Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU), KH Said Aqil Siroj menjadi instruktur pada upacara Peringatan Hari Santri 2019 yang bertema “Santri Unggul Indonesia Makmur” di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Kampus B, Kemang Bogor, pada Selasa (22/10). Menurut Kiai Said, santri itu harus inovatif, cerdas, dan melek teknologi.
“Pertama, inovatif. Kita perbaiki terus kondisi yang ada (agar santri inovatif). Kedua, santri harus cerdas, yakni memiliki ide-ide yang membawa kemajuan. Tokoh besar seperti Gus Dur, Prof Quraish Shihab, Prof Komaruddin Hidayat, Prof Said Agil Al-Munawar, dan Prof Nurcholis Madjid merupakan deretan tokoh yang berasal dari pesantren,” ucapnya.
Selain itu, para santri harus mampu mengikuti perkembangan zaman, yakni harus melek teknologi. Di era digital ini, para santri sudah seharusnya memainkan peranan pentingnya, khusunya media sosial (Medsos). Sebab, dampak dari penguasaan medsos oleh orang-orang yang tidak memahami agama dengan benar, maka yang terjadi ialah merebaknya ujaran kebencian dan fitnah.
“Kita yang paham agama, tapi gak ngisi konten medsos, yang ngisi medsos malah yang gak ngerti agama, maka isinya caci maki, mengkafir-kafirkan orang karena yang mengisi konten medsos gak ngerti agama,” katanya.
Pada kesempatan itu, Kiai Said juga mengaku bersyukur karena UU Pesantren sudah resmi disahkan. Terlebih posisi UU itu tidak berada di bawah Kemenag maupun Kemendikbud. Sehingga tidak ada yang boleh mengintervensi. Menurutnya, UU pesantren itu adalah buah perjuangan panjang semua pihak (Republika)