ICC Jakarta – Kaitan keilmuan Jawa dengan Islam banyak terdapat dalam berbagai kitab Jawa, baik karangan pujangga, maupun karangan atau wejangan para pemimpin mistik, paguron, kebatinan, dan sebagainya.
Para wali dan sebagainya tidak meninggalkan karya tulis yang dapat dijamin keasliannya. Para pengarang di zaman berikutnyalah yang menulis tentang ajaran para Wali antara lain dalam kitab yang disebut Permusyawaarating para Wali. Ini terdapat di dalam Sêrat Chêntini jilid 1, sebagai yang diceritakan oleh Sunan Tembayat. Isinya tentang: Dzat, Sifat Af’al Allah, Sukma Subut, Iman dan Anugerah, Roh. Kun yang mutlak menghidupi, Kekuasan, dan Pengetahuan Allah. Juga tentang ilmu Syekh Siti Jenar tentang: Sembah-menyembah dengan Allah. Oleh karena ilmunya dianggap menyalahi, maka Syekh Syeh Siti Jenar dibunuh. Kemudian terbit buku Permusyawaratanning Para Wali karangan Raden Panji Notoroto menurut versi Brotokesewo. Jelaslah buku ini memuat ilmu para Wali yang tidak ditulis oleh para Wali atau seorang dari antara para Wali itu.
Buku-buku tentang kepustakaan mistik Islam-Kejawen dapat disebut pula Suluk Wujil(Heat Boek van Bonang), Javaasche Primbon uit-de zestiendddde eeuw (Primbon Jawa Abad ke-16), keduanya adalah kitab mistik Islam Kejawen yang tertua.
Di zaman Mataram II, masa pemerintahan Anyakrawati (Seda krapyak 1601-1613 M), muncul kitab sejenis yang berjudul Suluk Malang Sêmirang, konon ditulis oleh Sunan Panggung (putra Sunan Kalijaga) yang dibakar namun menulis kitabnya di tengah kobaran api. Semua kitab tersebut mengajarkan ilmu ma’rifat yang bersumber pada tasawuf Islam yang diramu dengan kebatinan Jawa.
Sumber: Islam Indonesia