ICC Jakarta – Ketelitian dalam pelbagai revolusi dan perkembangan yang telah terjadi di dunia sejauh ini menunjukkan kehadiran perempuan di sebagian besar revolusi sebagai elemen aktif.
Ketelitian dalam pelbagai revolusi dan perkembangan yang telah terjadi di dunia sejauh ini menunjukkan kehadiran perempuan di sebagian besar revolusi sebagai elemen aktif. Karakteristik Revolusi Islam Iran adalah partisipasi luas dan sangat mewarnai dari perempuan. Perempuan yang membentuk setengah dari populasi Iran, selama revolusi, bukan saja tidak terpinggirkan selama revolusi, tetapi juga memiliki peran penting dan efektif. Partisipasi mereka dalam pawai dan kampanye begitu dramatis sehingga menjadi fitur penting dari revolusi.
Dengan menyalanya api revolusi, para perempuan Muslim Iran yang sebelumnya melakukan aktivitasnya secara tersembunyi sebagai ibu seorang syahid dan atau istri para pejuang yang berada di penjara rezim Shah, turun ke jalan-jalan dengan chador dan kerudung lengkap sambil menggendong putranya, mengepalkan tangan seraya meneriakkan “Mampus Shah”. Imam Khomeini berkata, “Anda pernah melihat yang demikian dalam sejarah? Hari ini, para perempuan dengan hati singa memeluk anak mereka dan pergi ke bundaran yang penuh senapan mesin dan tank. Dalam sejarah mana dicatat keberanian dan pengorbanan dari perempuan.”
Para perempuan Iran yang memahami dan mulia menggabungkan cinta ibu pada cinta ilahi dan mempersiapkan semangat dan jiwa putra-putra mereka untuk berjalan di altar kesyahidan. Oleh karenanya, Imam Khomeini ra di berbagai tempat dari ucapannya memperkenalkan perempuan sebagai pelopor dan menyebut mereka perempuan yang “Berada di garis depan demonstrasi; dengan gerakannya, mereka mendorong pria untuk hadir dan berjuang; perempuan yang mendidik anak-anaknya untuk syahadah; para perempuan yang mempertahankan revolusi dengan melindungi darah para syahid …” Dan dalam sebuah ungkapan yang lugas, Imam Khomeini ra mengatakan, “Gerakan kami berutang pada para perempuan.” Ungkapan ini yang sangat jelas dari kata lain dalam mengungkapkan peran perempuan dalam kemenangan Revolusi Islam.
Dalam keributan dan puncak Revolusi Islam Iran, beberapa perempuan setelah berpartisipasi dalam pidato politik, dengan mengadakan pertemuan, mereka memberi tahu perempuan lain tentang isu-isu penting dan waktu demonstrasi. Beberapa dengan bantuan anggota keluarga lainnya melindungi para pejuang yang melarikan diri dari pejabat pemerintah. Begitu juga mereka merawat para pejuang yang tidak mungkin dipindahkan ke rumah sakit. Salah satu kegiatan paling signifikan perempuan adalah terlibat dalam demonstrasi dan pawai dengan pelestarian nilai-nilai Islam. Selain berpartisipasi langsung dalam demonstrasi, perempuan berperan dalam mendorong laki-laki dan anak-anak mereka untuk bergabung dengan proses kemenangan Revolusi Islam.
Di antara para syuhada dari warga nomaden, nama seorang wanita bernama Bakhtar Biglari yang cemerlang. Bakhtar berusia 30 tahun dan memiliki dua anak kecil. Ketika melihat perjuangan Imam Khomeini melawan rezim Shah, ia mengikuti Sayidah Zainab as (Perempuan Besar di Karbala) bersama dengan suami dan kedua anaknya, mengikuti kebangkitan suku Lor berjuang melawan rezim Shah. Ketika peluru dari pasukan penindas menghujani para demonstran, putranya berusia 3 tahun dan suaminya gugur syahid. Ia berjuang dengan semua kekuatan dan keberaniannya, sehingga ia sendiri gugur syahid. Nama perempuan ini telah terdaftar sebagai syahid pertama dari perempuan di masa Revolusi Islam Iran. Imam Khomeini ra, Pemimpin Besar Revolusi Islam yang mengakui peran penting perempuan dalam revolusi mengatakan, “Perempuan-perempuan tercinta kita menyebabkan para pria merasa lebih berani. Kami sangat berutang akan upaya dari para perempuan.”
Peran perempuan Iran yang berpengaruh dalam Revolusi Islam menjadi meluas dan semakin kuat setelah kemenangan Revolusi Islam. Mereka aktif dalam berbagai aktivitas politik, sosial dan budaya. Dengan kemenangan Revolusi Islam, ketika semangat revolusi menyebar di seluruh Iran, para perempuan pecinta revolusi ini dan menggunakan semua emosi dan dirinya untuk membuat revolusi berhasil. Para pemimpin Republik Islam selalu menyambut kehadiran dan rasa tanggung jawab perempuan Muslim Iran.
Partisipasi aktif perempuan revolusioner Iran yang efektif di arena penting negara itu mengirimkan pesan kepada dunia bahwa tidak seperti beberapa negara dan kelompok Islam yang tampaknya sangat membatasi perempuan dalam Islam, mereka dapat menjaga nilai-nilai keislaman bersama-sama kaum pria berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Setelah kemenangan Revolusi Islam, di masa perang yang dipaksakan Irak terhadap Iran, perempuan Iran seperti gunung yang kokoh berhasil mengisi tempat kosong dari suaminya yang telah gugur syahid dan merawat anak-anak mereka. Sebagian ibu mempersembahkan tiga atau empat anak untuk membela agama dan tanah air mereka di jalan Allah. Dengan cara ini mereka mempertahankan cita-cita yang juga dilindungi Islam. Kesabaran dari para perempuan ini tidak dapat dipercaya banyak orang.
Salah satu bidang aktif yang ditekuni perempuan Iran adalah menghadiri pertemuan ilmiah dan kognitif. Imam Khomeini mengatakan, “Perempuan harus terlibat dalam hal-hal yang menentukan nasib Islam dan negara. Kalian juga demikian, dimana kalian memainkan perang mendasar dalam gerakan dan memiliki saham. Sekarang kalian juga memiliki saham dalam kemenangan dan jangan lupa, setiap kali kalian dibutuhkan, bergerak dan bangkitlah.” Perhatian pemimpin revolusi akan pertumbuhan dan dinamika perempuan dalam sistem Islam menyebabkan pendekatan perempuan di berbagai bidang, dan kehadiran mereka dalam pendidikan semakin meningkat.
Saat ini, di samping peningkatan dramatis angka melek huruf perempuan Iran, antusiasme untuk belajar dan tingkat keberhasilan berbagai tes ilmiah di kalangan anak perempuan telah meningkat secara signifikan. Sekarang, lebih dari 68 persen pendidikan sekolah menengah atas Iran diisi oleh anak perempuan. Tingkat melek huruf perempuan telah meningkat dari 34 persen pada tahun-tahun sebelum revolusi menjadi 80 persen pada tahun-tahun setelah Revolusi Islam. Menurut laporan UNESCO tahun 2012, Republik Islam Iran adalah salah satu dari enam negara teratas dalam hal akses ke kesetaraan gender dalam pendidikan.
Begitu juga dalam beberapa tahun terakhir, sehubungan dengan penekanan dari Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei terkait pembentukan gerakan produksi sains di Iran, sehingga menyaksikan berkembangnya bakat-bakat anak-anak perempuan kreatif dan inovatif serta kehadiran mereka di olimpiade ilmiah dunia. Pertumbuhan dan peningkatan kehadiran perempuan Iran di berbagai aspek ilmu pengetahuan dan teknologi seperti paten, inisiatif dan inovasi di bidang teknologi nano, energi nuklir, udara dan antariksa, ilmu matematika dan pengetahuan alam dan lain-lain merupakan sebagian dari kemajuan perempuan Iran di tahun-tahun setelah Revolusi Islam. Saat ini, perempuan Iran dengan mudah menikmati hak-hak seperti hak memilih, bekerja di pemerintah dan bahkan mengambil posisi direktur. Sementara di beberapa negara Islam lainnya, perempuan masih belum memiliki sebagian dari hak mereka yang paling mendasar.
Keinginan perempuan untuk meningkatkan tingkat akademik mereka melalui partisipasi aktif di pusat-pusat pendidikan dan universitas telah memberikan peluang baru untuk pemberdayaan mereka. Setelah kemenangan Revolusi Islam, perempuan memiliki kesempatan untuk memainkan peran dalam bidang ilmiah dan penelitian. Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam percaya bahwa Republik Islam Iran memiliki banyak perempuan hebat, berpendidikan, memiliki pemikiran luas dan istimewa merupakan berkah Ilahi dan di antara kehormatan terbesar Republik Islam.
Ayatullah Khamenei menjelaskan, “Hari ini, bendera kemandirian identitas perempuan dan budaya perempuan berada di tangan perempuan Iran sendiri. Hari ini, perempuan-perempuan Iran dengan menjaga jilbab, mereka memiliki kemandirian identitas mereka dan independensi budaya mereka sendiri dan mengumumkan akan mengekspornya kepada dunia. Yakni, dunia akan mendengar ucapan baru. Seorang perempuan bisa aktif di bidang sosial dan memiliki pengaruh sosial yang mendalam. Saat ini, perempuan-perempuan di negara kita sangat berpengaruh di berbagai sektor, namun pada saat yang sama jilbab dan kehormatan menjadi perbedaan antara pria dan perempuan, jarak antara pria dan perempuan dan tidak menjadi sasaran pelecehan oleh pria, tidak menjadikan dirinya sebagai alat kenikmatan laki-laki asing dan tamak, tidak menghinakan dirinya. Semua ini merupakan ciri khas perempuan Iran dan perempuan muslim saat ini.”
Dengan demikian, perempuan Iran selalu dikenal sebagai penguat dan berpengaruh dalam Revolusi Islam dan di sisi lain Revolusi Islam Iran menyebabkan perubahan dalam budaya dan struktur intelektual masyarakat dan khususnya, perempuan, yang menciptakan lompatan luar biasa dalam situasi mereka. Peningkatan jumlah siswa, mahasiswa, dosen, sehiman, pegawai serta aktivis ekonomi dan sosial, memberikan perhatian khusus pada status hukum perempuan, mengadopsi undang-undang yang sesuai dengan kondisi mereka, seperti hukum “penentuan nilai mahar sesuai nilai waktu itu”, perhatian status pekerjaan perempuan dan adopsi undang-undang kehamilan dan pekerjaan yang tepat, seperti penggunaan liburan persalinan, pekerjaan paruh waktu, pensiun dini, dan … telah menjadi pencapaian selama empat puluh tahun revolusi bagi perempuan, meskipun masih berjarak jauh dengan kondisi yang ideal.
Sumber: Parstoday