ICC Jakarta – Revolusi Islam Iran adalah sebuah fenomena politik, sosial dan revolusi terakhir di abad 20. Revolusi Islam Iran merupakan revolusi yang mengubah konstelasi dan kalkulasi politik dunia internasional. Perubahan radikal dan revolusioner yang terjadi pasca revolusi ini membuat para analis politik internasional berdecak kagum. Surat Kabar Times Amerika merefleksikan Revolusi Islam Iran dengan menulis, “Puncak kebangkitan agama dan revolusi telah menguasai dunia dan dunia Barat kembali mengenal Islam akibat Revolusi Iran.”
Theda Skocpol, dalam Social Revolutions in the Modern World, mengkategorikan Revolusi Islam Iran sebagai salah satu revolusi sosial terbesar dunia di samping Revolusi Industri Perancis, Bolzevik Rusia, dan Cina.
Di samping itu, Profesor John Esposito, dalam Iranian Revolution: Its Global Impact, menulis, “Sahabat dan musuh meyakini bahwa Revolusi Islam Iran sangat mempengaruhi dunia Islam dan Barat. Revolusi ini bagi sebagian orang merupakan sumber ilham dan motivasi.
Rezim kerajaan 2500 tahun berhasil digulingkan puncaknya pada 11 Februari 1979 oleh people power dipimpin oleh Imam Khomeini dengan semangat ingin melepaskan diri dari ketertindasan dan penjajahan serta merealisasikan cita-cita Islam dalam tata laksana pemerintahan.
Demikian pengantar acara seminar 40 tahun Kemenangan Revolusi Islam Iran dengan tema Iran: Dulu, Kini dan Esok yang berlangsung tadi malam (3/2) di Aula ICC Jakarta.
Sebelum acara seminar dimulai, Dr. Abdulmajid Hakimelahi Direktur ICC menyampaikan ucapan selamat atas 40 tahun kemenangan Revolusi Islam Iran. Ia menyatakan bahwa seminar-seminar seperti ini akan sering diadakan di ICC Jakarta untuk menggali pelbagai dimensi yang ada dari Revolusi Islam Iran.
Seminar yang diadakan oleh PUSKABI ICC Jakarta ini menghadirkan tiga nara sumber: Dr. Umar, Shahab (Ketua Dewan Syura ABI Indonesia), Dian Wirenjurit (Mantan Dubes Indonesia untuk Republik Islam Iran) dan Waliyullah Muhammadi (Dubes Republik Islam Iran untuk Indonesia).
Pembicara pertama Dr. Umar Shahab yang menjadi saksi sejarah terjadinya revolusi Islam menjelaskan kesetiaan rakyat Iran kepada pemimpin mereka. Selama ini semenjak Revolusi Islam Iran meletus, ada dua pemimpin spiritual yang sangat dihormati dan perkataannya didengarkan oleh masyarakat. Yang pertama adalah Imam Khomeini dan penerusnya, Imam Ali Khamenei. Dalam paparan selanjutnya Ketua Dewan Syura ABI ini menjelaskan bahwa Revolusi Islam Iran adalah “karpet merah” untuk menyambut tegaknya pemerintahan dan kemunculan Imam Zaman Afs. Salah satu rahasia awetnya revolusi adalah karena adanya pemimpin yang lurus dan kesetiaan rakyat kepada pemimpinnya.
Dian Wirenjurit, mantan Dubes Indonesia untuk Republik Islam Iran, periode 2012-2016, menyebutkan bahwa di antara rahasia kelanggengan dan kesuksesan revolusi adalah berkat kegigihan dan kemandirian rakyat, keteladanan dan kesederhanaan pemimpin. Ia simpulkan ini buah dari blusukannya ke pelbagai daerah di Iran selama masa tugasnya.
Pembicara terakhir, Waliyullah Muhammadi, Dubes Republik Islam Iran untuk Indonesia, menyebutkan bahwa revolusi Islam Iran merupakan mukjizat zaman yang terjadi di abad 20 dimana rakyat berjuang dan bersatu untuk meraih kemerdekaan dan kebebasan dari ketertindasan dan penjajahan.
Iran hari ini adalah Iran yang maju dan modern. Dulu Iran 80 % pasokan kebutuhan medis dalam negeri semuanya impor. Kini 95 % kebutuhan medis terpenuhi dan semuanya produk domestik sedemikian Iran kini telah menjadi obyek wisata medis bagi para pasien dari mancanegara.
Industri pertahanan Iran dulu sepenuhnya bergantung kepada Amerika, kini menduduki posisi 5 dunia. Iran berhasil menurunkan beberapa sentinel dan drone militer Amerika tanpa kerusakan dan dari penurunan drone cangih ini, militer Iran menguasai teknologi pembuatan drone yang sama dan mereproduksinya dalam jumlah yang banyak. Katanya, Republik Islam Iran siap menjual teknologi drone itu atau menshare pengalaman dan pengetahuan pembuatan drone kepada Indonesia. [SZ]