وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS: Al-Baqarah, 186)
Doa adalah manifestasi penghambaan kepada Allah Swt dan untuk memperkuat substansi penghambaan dalam diri manusia. Misi para nabi dari Adam as sampai nabi akhir zaman adalah menghidupkan ruh ibadah dan penghambaan dalam diri manusia.
Sekelompok orang percaya bahwa hanya para pemuka agama yang berbicara tentang pentingnya doa dan munajat, dan mereka meminta pengikutnya untuk mengikutinya.
Pandangan ini jelas keliru, karena doa dan munajat adalah kebutuhan fitrah semua manusia dan mereka perlu membangun hubungan dengan Dzat Yang Maha Tinggi, yang keluar dari batasan ruang dan waktu. Oleh karena itu, seseorang yang telah lelah dengan dunia materi, akan menempuh perjalanan spiritual dan membangun hubungan dengan Tuhan melalui doa dan munajat. Mengenai pentingnya doa dan hubungan dengan Allah Swt, surat al-Furqan ayat 77 berfirman,
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
“Katakanlah (Wahai Muhammad, kepada orang-orang musyrik), “Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, kalau tidak karena doamu.”
Oleh karena itu, kita dapat meneladani ayat tersebut untuk meraih kehidupan yang lebih baik dan lebih produktif.