ICC Jakarta- Bulan Ramadhan adalah bulan perjalanan dan cahaya makrifat Ilahi. Semua yang kita peroleh dari bulan ini adalah berkat ibadah dan kerja manusia yang tenggelam dalam lautan penghambaan Tuhan. Manusia mesti menumbuhkan keikhlasan di dalam hati dan mempraktikkannya dalam perilaku sehingga mencapai kebahagiaan dan kemenangan.
Kemenangan dan keberhasilan adalah tujuan akhir yang berusaha digapai ajaran Islam. Di banyak ayat Al Quran, kita menemukan seruan kepada takwa dan tujuan akhir takwa adalah kemenangan. Di ayat 130 dan 200 Surat Ali Imran, Allah Swt berfirman, «وَ اتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّکُمْ تُفْلِحُونَ».
Slogan semua Muslim yang dikumandangkan setiap hari adalah seruan Ilahi ini. Mukmin, sehari semalam, dalam azan dan shalatnya selalu mengucapkan Hayya Ala Al Falah, yaitu bersegeralah menuju kemenangan dan tujuan akhirnya agar mereka tidak kehilangan jalan dan tersesat.
Secara umum, Al Quran 40 kali menggunakan kata kemenangan ini dengan berbagai derivasi kata Falah seperti Muflihun, Yuflihun, Tuflihun, Falah sendiri dan yang lainnya, dan 24 kali menggunakan derivasi kata Fauzun seperti Faaizun.
Kemenangan yang merupakan tujuan akhir penciptaan manusia adalah buah dari proses mengetahui dengan baik, hidup dengan baik dan berperilaku dengan baik dalam rangka mencapai tujuan. Karena tujuan ini sangat bernilai, banyak orang rela menanggung segala kesulitan dan merasakan kelezatan saat menahan kesulitan tersebut.
Ketika seluruh hidupnya digunakan di jalan Tuhan, maka ia akan merasakan kenikmatan dan manisnya perjuangan, dan hal ini merupakan sebuah bentuk kebahagiaan.
Dalam Al Quran, manusia-manusia bebas yang memiliki keimanan kokoh kepada Allah Swt dan syariat, disertai keyakinan pada akhirat, serta berupaya merajut kebaikan, adalah orang-orang yang layak meraih kebahagiaan dan kemenangan hakiki. Ayat 20 Surat At Taubah menyebut orang-orang yang menggabungkan amal dan iman, sebagai pemenang.
Tentunya tidak semua amal adalah amal saleh, hanya amal-amal yang dilakukan berdasarkan akal dan fitrah yang masuk kategori saleh, karena ia memainkan peran di jalan kesempurnaan manusia. Oleh karena itu, Allah Swt menyeru manusia untuk melakukan amal dengan ikhlas, niat tulus dan berlandaskan ketakwaan.
Kehati-hatian manusia dalam berperilaku dan bertindak sebenarnya adalah peluang yang tepat bagi seseorang untuk melakukan amal baik dan menyesuaikan semua tindak tanduknya sehingga tidak membangkitkan murka Tuhan.
Orang-orang yang sampai pada keyakinan ini atau bahkan percaya bahwa Tuhan menyaksikan seluruh perbuatannya, berusaha meninggalkan perbuatan tercela dan melakukan amal baik.
Saat ini, di dalam bulan suci Ramadhan, dengan berpuasa dan mengendalikan jasmani serta ruhani di hadapan kencenderungan-kecenderungan materi dan hawa nafsu, kita mempersiapkan diri menyambut undangan Tuhan dan berada di barisan para pemenang. Parstoday