ICC Jakarta – Imam Ali ar-Ridha as (Imam kedelepan dari 12 Imam Ahlul Bait as) berkata kepada salah seorang murid dan pengikut beliau, bernama Abu Shalt, “Wahai Abu Shalt, sedapat mungkin berdoa dan beristighfarlah, serta bacalah al-Quran, dan bertaubatlah kepada Allah Swt. Karena saat ini bulan Allah Swt (yaitu bulan Ramadhan) telah datang kepadamu. Bersihkanlah dirimu, jangan sampai masih terdapat hak orang lain dalam tanggunganmu, dan singkirkanlah segala bentuk dendam kesumat dari dalam hatimu, dan janganlah kau lakukan dosa apa pun di bulan ini.”
Demikianlah nasehat Imam Ali ar-Ridha as kepada Abu Shalt yang tentu saja kepada kita semua. Dalam nasehatnya itu, beliau meminta agar kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan bulan Allah dengan menggalang tekad di dalam hati untuk meningkatkan amal ibadah di bulan ini dan menjauhkan diri dari segala perbuatan dosa. beliau juga mengingatkan bahwa bulan ini adalah kesempatan yang sangat tepat untuk berdoa, beristighfar dan bertaubat kepada Allah Swt.
Sesungguhnya setiap orang menyadari keadaan dirinya sendiri, bahwa kita ini memiliki banyak dosa; baik dosa akibat perbuatan-perbuatan maksiat yang dengan sengaja kita lakukan, atau tidak sengaja, baik kita kehendaki atau tidak kita kehendaki. Demikian pula dosa akibat meninggalkan kewajiban agama, atau kita melakukannya, tapi tidak dengan sempurna. Singkatnya semua dosa, besar dan kecil, disengaja atau tidak, disadari atau tidak. Maka Allah Swt, dengan rahmat-Nya yang luas tak berbatas, memberi kesempatan kepada kita dengan bulan Ramadhan ini, untuk membersihkan diri dari segala dosa tersebut.
Bulan Ramadhan, selain memberikan kesempatan untuk kita membersihkan dosa dan meraih ampunan Allah Swt, juga kesempatan untuk kita memperoleh pahala amal ibadah sebanyak-banyaknya. Karena bulan Ramadhan ini, selain merupakan bulan ampunan dan maghfirah, juga dikenal sebagai bulan penuh berkah dan rahmat. Jika kita buat perumpamaan, maka bulan Ramadhan ini sama sebagaimana sebuah toko yang mengobral dan menjual dengan sangat murah semua barang dagangan yang ada padanya. Sudah barang tentu semua orang akan berbondong-bondong ke toko atau super market tersebut untuk memborong barang di situ, mumpung murah. Demikian pula halnya, di bulan suci ini. hal-hal yang disediakan adalah sama sebagaimana yang disediakan di bulan-bulan lain, yaitu pahala, ampunan dan rahmat.
Bedanya, di bulan ini Allah Swt memberikan kemudahan dan kemurahan yang seluas-luasnya, yang tidak diberikannya di bulan-bulan lain. Tentu saja kita mengetahui adanya berbagai kemudahan dan kemurahan itu dari nash, yang tak lain adalah pernyataan Allah sendiri, baik langsung di dalam al-Quran, ataupun melalui Rasul Allah Saw dan Ahlul Bait beliau as. Di antara nash-nash tersebut ialah, yang mengatakan bahwa pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Doa dikabulkan, amal ibadah diterima, tidur pun diberi pahala sebagai mana amal ibadah, desahan nafas disamakan dengan tasbih, dan yang paling nyata ialah sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Allah di dalam al-Quran, bahwa di bulan ini terdapat satu malam, dimana amal ibadah di malam itu lebih baik daripada 1000 bulan amal ibadah di bulan-bulan lain.
Memang benar bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan. Akan tetapi semua itu bergantung kepada diri kita sendiri juga. Karena bagaimanapun, semuanya itu tidak mungkin datang dan diberikan kepada seseorang dengan cuma-cuma. Berkaitan dengan hal ini banyak sekali hadits dari Rasul Allah Saw dan Ahlul Bait beliau as, yang mengingatkan kita agar menjaga diri untuk tidak menjadi orang yang merugi, yaitu orang yang tidak memperoleh apa pun dari bulan Ramadhan ini. Untuk itu, marilah kita benahi diri kita menghadapi bulan suci ini, mumpung masih banyak kesempatan, kita bulatkan tekad untuk membersihkan diri dari dosa, di bulan ini dan untuk selamanya, meningkatkan amal ibadah di bulan ini dan untuk selamanya.
* * *
Kali ini kita akan membahas sekilas tentang ciri-ciri hamba Allah Swt, sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Furqan mulai Ayat 63 sampai dengan 68. Dalam Ayat-Ayat ini dapat kita pelajari bahwa hamba Allah yang sesungguhnya adalah orang yang bersifat rendah hati dalam pergaulan dengan sesama manusia; dan ia selalu menunjukkan reaksi yang tepat dan bijak terhadap orang yang berlaku jahat terhadapnya.
Sifat selanjutnya hamba Allah, yang disebutkan dalam Ayat-Ayat ini, ialah bahwa ia mengisi waktu-waktu malamnya dengan sujud dan ibadah kepada Allah Swt; serta memohon ampun dan perlindungan dari siksa api neraka. Karena ia tahu dengan pasti dan keyakinan penuh bahwa azab neraka adalah yang benar-benar merupakan kerugian besar, dan bahwa neraka adalah tempat yang paling buruk dan hina.
Selanjutnya ayat-ayat Allah ini mengatakan bahwa seorang hamba Allah yang baik, tidak suka membelanjakan harta kekayaannya secara berlebihan dan tidak pernah menghambur-hamburkannya dengan sia-sia. Akan tetapi sebaliknya, ia juga tidak miliki sifat kikir dan terlalu mengirit dalam membelanjakan hartanya. Jalan tengah diantara dua jalan itulah yang akan dipilihnya. Dengan demikian, seorang hamba Allah yang baik, tidak akan berlebihan dalam membelanjakan hartanya, tidak pula kikir, baik kikir terhadap diri sendiri, maupun terhadap orang lain.
Seorang hamba Allah juga tidak akan mungkin menyembah selain Allah, karena ia memiliki iman dan tauhid yang kuat, dan tidak akan mau membunuh orang lain tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama. Karena jiwa setiap orang adalah milik Allah, dan hanya Allah-lah yang berhak mematikan seseorang. Untuk itu, seseorang boleh membunuh dan mematikan orang lain, hanya jika agama dan hukum Allah membenarkannya. (IRIB Indonesia)