ICC Jakarta – Dalam beberapa sumber telah dijelaskan bahwa nama Fathimah merupakan nama yang sangat disukai oleh para Ma’sumin (Ahlul Bait) as. Imam Shadiq as bersabda: “Beliau dinamakan Fathimah karena tidak ada keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali as, maka sampai hari Kiamat tidak akan ada seorangpun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)” (Bihar Al-Anwar jilid 43 halaman 10).
MARDHIYAH
Mardiyah, artinya ialah “orang yang segala perkataan dan perilakunya telah diridhoi Allah swt”. Adapun sebab beliau dijuluki dengan julukan Mardiyah karena bersumber pada beberapa hadis yang telah disampaikan Rasulullah saw berkaitan dengan kedudukan Sayyidah Fathimah Az-Zahra as, dimana beliau saw telah bersabda:
“Sesungguhnya Allah swt murka atas murka-mu dan ridho atas keridhoan-mu.” (Riwayat dengan kandungan seperti ini bisa didapati pada beberapa sumber seperti, Mustadrak Ash-Shahihain jilid 3 halaman 153, Kanzul Ummal jilid 6 halaman 219, Mizan Al-I’tidal jilid 2 halaman 72, Dzakhairu Al-‘Uqba halaman 39).
Sabda-sabda Rasulullah saw tentang Sayyidah Fathimah Zahra as itu disampaikan beliau saw bukanlah berasal dari hawa nafsu dan atas dasar nepotisme seorang ayah terhadap anaknya. Karena sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’anbahwa beliau saw tidak mengatakan sesuatu berdasarkan hawa nafsu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an: “ Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.” (QS An-Najm:3). Maka hadis-hadis itu sebagai bukti akan keistimewaan Fathimah Az-Zahra as dimata Allah dan Rasul-Nya.
SIDDIQAH KUBRA.
Shiddiqah, artinya ialah “seorang yang sangat jujur”, orang yang tidak pernah berbohong. Atau orang yang perkataannya membenarkan perilakunya. (Lisanul Arab dan Taajul Aruus)
Pada waktu menjelang wafat Rasulullah saw, beliau saw berkata kepada Ali as: “Aku telah menyampaikan berbagai masalah kepada Fathimah. Benarkan (percayailah) segala yang disampaikan Fathimah, karena ia sangat jujur.” (Bihar Al-Anwar jilid 22 halaman 490)
Dalam sebuah hadis bahwasanya Ummul Mu’minin Aisyah berkata: “Tidak aku dapatkan seseorang yang lebih jujur dari Fathimah, selain ayahnya.” (Hilyatul Auliya’ jilid 2 halaman 41 dan Mustadrak As-Shahihain jilid 3 halaman 16). Dan kedudukan ini (Shiddiqiin) berada pada tingkatan para Nabi, Syuhada dan Sholihin sebagaimana yang telah disinyalir Al-Qur’an: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para Nabi, para Shiddiiqiin, para Syuhada, dan orang-orang Soleh, dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa : 6)
Rasulullah saw berkata kepada Imam Ali as: “3 hal berharga telah dihadiahkan kepadamu, dan tidak seorangpun yang mendapatkannya termasuk aku; Engkau memiliki mertua seorang Rasul (Nabi saw), sementara aku tidak memiliki mertua sepertimu. Engkau memiliki istri yang sangat jujur (Shiddiqqah) seperti putriku, sementara aku tidak memiliki istri sepertinya. Engkau dikaruniai anak-anak seperti Hasan dan Husein, sementara aku tidak dikaruniai anak-anak seperti mereka. Namun demikian engkau berasal dariku dan aku berasal darimu.” (Ar-Riyadhu An-Nadrah jilid 2 halaman 202)
RAIHANAH
Dalam sebuah riwayat berkaitan dengan putrinya, Rasulullah saw bersabda: “Fathimah merupakan wewangianku. Ketika aku merindukan bau surga maka aku akan mencium Fathimah”. (Bihar Al-Anwar jilid 35 halaman 45, dan kandungan hadis semacam ini pun bisa didapati dalam Tafsir Ad-Durrul Mansur As-Suyuthi)
BATHUL
Ibnu Atsir dalam karyanya yang berjudul “An-Nihayah” menyatakan: “Kenapa Fathimah dijuluki Al-Bathul ? Karena beliau dari segi keutamaan, agama, dan kehormatan lebih dari para perempuan yang ada pada zamannya. Dan karena beliau telah memutuskan hubungannya dengan dunia dan hanyalah mencari kecintaan Allah.” (Hadis dengan redaksi semacam ini juga dapat kita jumpai pada kitab-kitab seperti; Maanil Akhbar hal 54, Ilalu Asy-Syarai’ hal 181, Yanaabi’ Al-Mawaddah hal 260)
Dalam kitab “Al-Manaqib” pada jilid 3 halaman 133 dijelaskan bahwa seseorang telah bertanya kepada Rasulullah; “Kenapa seseorang dijuluki Al-Bathul ? Beliau menjawab: “Yaitu perempuan yang tidak keluar darinya darah haid. Sesungguhnya hal itu tidak layak bagi putri para Nabi.” (Al-Manaqib jilid 3 halaman 133, Al-Awalim jilid 6 halaman 16)[]