ICC Jakarta – Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra mengatakan, memasuki tahun politik 2018 yang berlanjut pada 2019, pertikaian politik yang dapat mengganggu stabilitas politik dan keamanan wajib diminimalkan. Tak terkecuali stabilitas keamanan internasional.
Mengutip survei dari sejumlah lembaga yang dirilis sejak 2015 sampai 2017, Azra bilang, sebagian besar warga di negara-negara Barat, Afrika, dan Asia pesimistis akan terwujudnya masa depan lebih baik di negara mereka sendiri ataupun di dunia internasional.
“Sebagai contoh, Yougov menyatakan, 81 persen warga Perancis pesimistis dunia bisa lebih baik; hanya 3 persen yang optimistis,” tulis mantan Rektor UIN Jakarta ini di Harian Kompas hari ini, 26 Desember.
Bagaimana optimisme terwujudnya dunia lebih aman, damai, dan adil bisa tumbuh jika di Yaman, misalnya kata Azra, perang saudara dengan intervensi koalisi militer Arab Saudi terus menewaskan warga dalam jumlah besar. Penderitaan anak manusia di Yaman—salah satu negara termiskin di dunia—menjadi kian sempurna dengan meruyaknya wabah kolera dan kelaparan.
Sebelumnya, Pusat Hak Asasi Manusia Yaman mengumumkan bahwa agresi militer Arab Saudi ke Yaman hingga sekarang telah merenggut nyawa 13.603 warga sipil dan melukai 22.289 lainnya. Laporan tersebut diumumkan menandai hari ke-1000 dari serangan militer Arab Saudi ke Yaman. Dari keseluruhan jumlah korban tewas itu, 2.887 adalah anak-anak, 2.027 orang adalah wanita dan 8.689 lainnya adalah laki-laki.
Agresi militer Arab Saudi ke Yaman yang memperoleh dukungan dari Amerika Serikat dimulai sejak 26 Maret 2015 dan telah menghancurkan infrastruktur vital negara ini. Sementara blokade darat, laut dan udara oleh pasukan agresor semakin menambah penderitaan rakyat di negara ini.
Menyebarnya penyakit kolera akibat hancurnya insfrastruktur kesehatan Yaman juga mengancam nyawa rakyat negara ini. Selain itu, rakyat Yaman menghadapi kekurangan bahan makanan dan obat-obatan.
Optimisme terwujudnya stabilitas keamanan dunia tahun depan juga terganggu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang secara sepihak menetapkan Jerusalem sebagai ibu kota Israel. “Tidak memedulikan berbagai resolusi PBB, Trump mengabaikan hak sah Palestina atas kota suci tiga agama (Islam, Kristen, dan Yahudi) sebagai ibu kotanya,” kata Azra.
Belum lagi kaum minoritas Rohingya terus mengalami persekusi—yang disebut PBB sebagai genosida. Kecaman banyak negara dan masyarakat internasional terhadap Pemerintah Myanmar belum mampu mengubahnya.[] YS/IslamIndonesia