ICC Jakarta – Hari Ibu merupakan momen yang baik untuk kembali mengingat-ingat dan merenungi betapa banyak jasa dan perjuangan ibu bagi anak-anaknya dan kedepannya juga kepada masyarakat. Ibu-ibu yang berhasil mendidik anak-anaknya dan mengirim anak-anak ke masyarakat sebagai anak-anak yang baik, yang mentaati khaliq-Nya dan menyayangi sesama manusia lain, pada dasarnya ia telah berhasil mendidik satu generasi Islami yang luar biasa. Pada tanggal 22 Desember, masyarakat menjadikan hari ini sebagai hari ibu. Tak ada salahnya. Anak-anak dan generasi muda jaman sekarang menjadikan momen-momen indah mereka misalnya dengan berfoto bersama dengan ibundanya kemudian menguploadnya ke media sosial. Sang Ibu juga tak mau suka mengupload ucapan selamat hari ibu dari buah hatinya.
Sebenarnya, bagaimana Islam memandang hak-hak ibu sebagai pendidik? Imam Sajad As telah menerangkannya dalam kitab Risalah Huquqnya.
وَأَمَّا حَقُّ الرَّحِمِ
21. فَحَقُّ أُمِّكَ أَنْ تَعْلَمَ أَنَّهَا حَمَلَتْكَ حَيْثُ لاَيَحْمِلُ أَحَدٌ أَحَدًا, وَأَطْعَمَتْكَ مِنْ ثَمَرَةِ قَلْبِهَا مَالاَيُطْعِمُ أَحَدٌ أَحَدًا. وَأَنَّهَا وَقَتْكَ بِسَمْعِهَا وَبَصَرِهَا وَيَدِهَا وَرِجْلِهَا وَشَعْرِهَا وَبَشَرِهَا وَجَمِيْعِجَوَارِحِهَا, مُسْتَبْشِرَةً فَرِحَةً، مُحْتَمِلَةً لِمَا فِيْهِ مَكْرُوْهُهَا وَأَلَمُهَا وَثِقْلُهَا وَغَمُّهَا,حَتَّى دَفَعَتْهَا عَنْكَ يَدُ الْقُدْرَةِ وَأَخْرَجَتْكَ إِلَى اْلأَرْضِ, فَرَضِيَتْ أَنْ تَشْبَعَ وَتَجُوْعَ هِيَ وَتَكْسُوْكَ وَتَعْرَى,وَتُرْوِيْكَ وَتَظْمَأَ وَتُظِلَّكَ وَتَضْحَى وَتُنْعِمَكَ بِبُؤْسِهَا وَتُلَذِّذَكَ بِالنَّوْمِ بِأَرَقِهَا وَكَانَ بَطْنُهَا لَكَ وِعَاءً، وَحِجْرُهَا لَكَ حِوَاءً وَثَدْيُهَا لَكَ سِقَاءً وَنَفْسُهَا لَكَ وِقَاءً، تُبَاشِرُ حَرَّالدُّنْيَا وَبَرْدَهَا لَكَ وَدُوْنَكَ، فَتَشْكُرُهَا عَلَى قَدْرِ ذَلِكَ وَلاَ تَقْدِرُ عَلَيْهِ, إِلاَّ بِعَوْنِ اللهِ وَتَوْفِيْقِهِ.
Adapun memenuhi hak ibumu ialah dengan menyadari bahwa dialah yang telah mengandungmu, sementara tidak seorang pun akan bersedia mengandung orang lain seperti itu.
Ia memberimu makan dari “buah hatinya”, sedang tidak seorang pun bersedia memberi makan orang lain seperti itu.
Ia menjaga keselamatanmu dengan pendengarannya, penglihatannya, tangannya, kakinya, rambutnya, kulitnya dan seluruh jiwa raganya dengan riang dan senang hati seraya menanggung segala beban yang mengganggunya; rasa sakit dan kerisauannya, hingga saat – oleh kekuasaan takdir, –
ia dibebaskan dari dirimu yang membebaninya lalu mengeluarkanmu ke alam dunia. Namun ia tetap rela menjadikanmu kenyang ketika ia sendiri lapar; memberimu pakaian ketika ia telanjang; memberimu minuman ketika ia haus; menaungimu dalam keteduhan ketika ia kepanasan, membahagiakanmu ketika ia menderita; menidurkanmu ketika ia berjaga.
Perutnya menjadi wadah penyimpanan bagimu, pangkuannya tempat yang aman untuk merangkummu, susunya disediakannya untuk minumanmu dan dirinya sendiri bagai perisai penjaga keselamatanmu.
Ia menahan panas dan dinginnya dunia bagimu demi memeliharamu.
Maka dari itu, patutlah kau berterima kasih padanya. untuk semua itu.
Wala quwwa illa billah; tiada mampu kau melakukannya selain dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya.
Dalam riwayat lain: Adapun memenuhi hak ibumu ialah dengan menyadari bahwa ia telah mengandungmu, sementara tak seorang pun bersedia mengandung orang lain seperti itu.
Ia memberimu buah hatinya, sementara tidak seorang pun bersedia memberi orang lain seperti itu dan ia menjagamu dengan segenap jiwa raganya. Tidak dipedulikannya lapar demi memberimu makan, atau telanjang demi memberimu pakaian.
Ia menaungimu seraya membiarkan dirinya kepanasan dan ia tinggalkan tidurnya untukmu. la melindungimu dari panas dan dingin meski ia sendiri menderita. Kau takkan mampu mensyukurinya kecuali dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya.[]