ICC Jakarta – Kemasyhuran namanya sudah tak diragukan lagi. Seluruh dunia mengenalinya sebagai ahli, khususnya bidang kedokteran. Pemikirannya tersebar dalam berbagai bidang ilmu, mulai kedokteran, filsafat, fisika, kimia, politik, agama, dan lain-lain.
Dialah Ibnu Sina. Banyak julukan yang melekat pada tokoh kelahiran Persia tahun 980 ini. Namun, dunia barat menyebutnya Avicenna. Ilmuwan cemerlang yang lahir pada zaman keemasan peradaban Islam ini adalah seorang filsuf, dokter, psikiater, musisi, dan juga penulis. Telah banyak kontribusi yang diberikannya bagi peradaban modern.
Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang berhasil ditulisnya adalah Al-Qanon fi Al- Tibb atau Canon of Medicine. Kitab itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa.
Karyanya yang paling legendaris adalah Qanun Fi Thib. Selama berabad-abad buku ini menjadi rujukan di bidang kedokteran. Buku ini mengupas kaidah ilmu kedokteran serta obat-obatan berbagai penyakit.
Ibnu Sina bernama lengkap Abu Ali Al Husayn bin Abdullah. Penemuannya yang paling terkenal antara lain teori penularan penyakit TBC. Ibnu Sina juga merupakan penemu aromaterapi, penemu termometer, serta penemu etanol sebagai pembunuh mikroorganisme.
Ibnu Sina lah tokoh yang pertama kali berpendapat pikiran manusia mempengaruhi kondisi fisiknya. Dia juga perintis pengobatan kejiwaan dan perintis pengenalan penyakit syaraf.
Nama dokter Muslim lainnya yang termasyhur adalah Ibnu El-Nafis (1208 – 1288 M). Ia terlahir di awal era meredupnya perkembangan kedokteran Islam. Ibnu El-Nafis sempat menjadi kepala RS Al-Mansuri di Kairo. Sejumlah buku kedokteran ditulisnya, salahsatunya yang tekenal adalah ‘Mujaz Al-Qanun’. Buku itu berisi kritik dan penmbahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina. [Republika]