ICC Jakarta – Penulis kaligrafi di Maroko tak seperti penulis kaligrafi di sejumlah negara yang memiliki kebudayaan Islam. Di Mesir dan Turki, misalnya, penulis kaligrafi diberikan perhatian dan tempat yang layak.
Di dua negera itu, sekolah kaligrafi berdiri sejak abad pertengahan Islam sehingga melahirkan alumni-alumni ternama. Sebut saja Ibnu al-Lu’aybiya, di Mesir, yang menjadi penulis naskah Al-Quran untuk Sultan Saladin. Sedangkan di Turki, ada Hafiz Osman seorang master kaligrafi aliran Naskh.
Meski Maroko belum memiliki sekolah khusus, di sana telah berdiri organisasi perkumpulan pecinta kaligrafi yang disertai tempat les. Bahkan, seperti dilaporkan detik.com, sekolah Alquran di Kota Casablanca memiliki kelas khusus untuk wanita yang mempelajari cara menulis Alquran dalam bentuk kaligrafi khas Maroko. Sejauh ini, Casablanca dan Rabat dikenal sebagai dua kota besar Maroko yang memiliki banyak sekolah, baik formal maupun non formal untuk mempelajari Alquran.
Adalah Nuriyyah, pengajar kaligrafi di Casablanca sekaligus menjadi guru kaligrafi wanita pertama di Maroko. Nuriyyah, merupakan wanita yang sudah lama malang melintang di dunia kaligrafi.
Dia belajar kaligrafi sejak tahun 2008, saat Raja Muhammad VI mengadakan lomba kaligrafi. Ia kemudian mendapat sertifikat resmi sebagai pengajar kaligrafi pada tahun 2014.
“Harapan saya, ada sekolah khusus khat (kaligrafi Islam) di Maroko, yang bukan hanya sekedar formalitas namun juga menciptakan suatu iklim untuk anak sejak dimulai sekolah atau sejak kecil,” kata Nuriyyah.
Dengan sekolah khusus khat, menurut perempuan berjilbab ini, orang Maroko bisa menulis khat sejak kecil lewat pendidikan formal. “Persoalannya sekarang, anak-anak di sekolah tidak bisa menulis khat Maroko dengan bagus,” ujarnya.[]