ICC Jakarta – Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw, kita seringkali membaca perang Badar. Perang Badar adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy Mekah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan. Sekarang kita akan membaca tentang kawasan terjadinya perang ini.
Daerah Badar adalah daerah yang terletak diantara kota Mekah dan Madinah. Kawasan ini memiliki sumur-sumur yang terkenal. Karena memiliki sumber air yang bagus dan penuh dengan tanam-tanaman, maka daerah itu termasuk tempat yang dijadikan untuk bersantai bagi kalangan Arab. Di kawasan Badar terdapat pasar musiman yang digunakan oleh kaum Arab untuk mengadakan barter barang-barang komoditasnya.
Kawasan ini berada pada jarak 130 km sebelah barat daya kota Madinah, di sebuah hamparan dataran sepanjang 9 km dan lebar 7 km (atau panjang 4 km dan lebar 4 km) di lembah Safala Wadi Sufra (Menurut sumber baru daerah ini merupakan bagian Far’ah) dengan ketinggian 187 m dari permukaan air laut. Bagian barat daya kawasan Badar adalah tanah yang subur dan gembur dan ditumbuhi pohon kurma. Bagian lain daerah ini adalah tanah berpasir dan disekelilingnya merupakan bukit-bukit dan bukit pasir yang curam. Dua lembah yang ada di dataran ini (sebelah barat laut dan tenggara) karena relatif dekat dengan Madinah menurut Al-Qur’an (Qs Al-Anfal: 42) disebut dengan “Udwah dunya dan “Udwah Qushwa”. Diantara dua lembah, di sebelah barat daya dataran, terdapat gunung yang tinggi dengan nama Jabal Asfal dimana dari sana bisa melihat laut dengan baik. Badar merupakan tempat bergabungnya kafialh Madinah dan Mekah ke Suriah dan dikarenakan adanya sumber air, merupakan tempat istirahat para kafilah. Sebelum masa Islam, setiap tahun semenjak bulan awal hingga ke 8 Dzulqa’dah terdapat pasar musiman di sana di mana diadakan acara-acara liburan dan acara-acara peribadahan (terhadap berhala). Pada awal Islam kabilah Bani Dhamrah hidup di tempat ini. Bani Ghifari adalah salah satu suku dari suku-suku yang membentuk kabilah Dhamrah. Abu Dzar Ghifari yang pada tahun-tahun pertama Bi’tsah bertugas untuk membimbing Bani Ghifar, berasal dari suku ini.
Sebab Penamaan
Dalam referensi yang ada terdapat perbedaan asal-usul penamaan tempat ini, hal itu dikarenakan menurut salah satu pendapat, Badar adalah nama seseorang di mana nama sumur di daerah Badar dinisbatkan kepadanya. Pendapat yang lain mengatakan bahwa nama Badar bukan merupakan nama seseorang dan sungai-sungai yang ada di kawasan Badar bukan merupakan sumur pribadi, namun disiapkna sebagai persediaan air bagi Bani Ghifar.
Pentingnya dan Kedudukan Sejarah Badar
Terjadinya perang Badar besar dan bergugurannya para syuhada di tempat ini, semakin menambah kekhusususan tempat ini dan menjadikan area ini berubah menjadi tempat ziarah. Dawati dalam kunjungannya ke tempat ini, ia melihat bangunan yang merupakan tempat dikuburkannya para syuhada pertama ghazawat Nabi Muhammad saw. Pada masa selanjutnya, Badar berubah menjadi desa dan kemudian menjadi kota kecil yang dihuni oleh 2000 hinggga 10.000 jiwa pada tahun 1349. Salah satu dua masjid yang ada di desa ini adalah Ghamamah atau Araisy dan merupakan tempat dilangsungkannya salat Jumat. Terdapat masjid Arisy atau Ghamamah di desa ini yang pada mulanya merupakan perkemahan yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw pada saat perang Badar. Pada tahun 1318 S, di dalam masjid ini terdapat tiga inskripsi masjid, salah satunya telah rusak berada di dekat mihrab dan yang satunya lagi berada di atas mihrab dengan tulisan monogram dan yang ketiga berada di atas mihrab juga dengan kesalahan ejaan tertanggal 21 Rabiul Awwal tahun 906. Syarif Abdul Mathathalib, gubernur pada masa Utsmani membuat benteng namun telah rusak dan dari pagar lumpurnya pun tidak ada jejaknya.
Pada masa kini, Badar adalah kota kecil yang berada di 153 km barat daya Madinah dan 343 km sebelah utara Mekah dihuni oleh kabilah dari Hijaz. Jumlah penduduknya lebih dari 15 ribu orang. Kota ini hingga sebelum dibangun jalan raya Hijrah, merupakan jalur orang-orang dari Mekah ke Madinah dan sebaliknya. Namun setelah dibangunnya jalan raya Hijrah, bukan merupakan jalur para musafir. (Diadaptasi dari site Wiki Shiah)