ICC Jakarta –Khutbah al-Ghadir yang disampaikan oleh Rasulullah Saw pada 18 Dzulhijjah seusai menunaikan haji Wada pada tahun ke -10 H, memiliki pesan-pesan dan pelajaran-pelajaran penting bagi kita.
Diantara pesan dan pelajaran-pelajaran penting itu adalah yang pertama tentang pengenalan kepada Allah karena tauhid adalah asas agama. Manusia harus yakin bahwa ia akan kembali kepada siapa. Allah yang Maha Segala-galanya. Nabi ingin menjelaskan bahwa memahami tauhid bagi setiap orang adalah sangat penting dan merupakan asas keimanan dan keselamatan manusia.
Ke dua tentang pengenalan Nabi Muhammad sendiri. Beliau mengenalkan bahwa dirinya diutus Allah dan pengetahuannya berasal dari Allah. Kemudian Nabi menjelaskan tentang kedudukan Ali As dengan bersandarkan kepada al-Qur’an seperti ayat wilayat atau ayat-ayat yang menjelaskan kaum muslimin namun pribadi yang sempurna adalah As seperti ayat :
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS al-An’am: 82)
Nabi ingin menjelaskan bahwa kedudukan Ali As tidak hanya dijelaskan dalam perkataan Nabi (hadis) tapi juga terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an.
Ketiga adalah bahwa Nabi Muhammad Saw menjelaskan kedudukan Imam Ali seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja selepas Nabi Muhammad Saw tidak akan ada nabi lain
Ke empat adalah menjelaskan kedudukan Imam Ali dalam ayat
إِنَّما وَلِيُّكُمُ اللهُ وَ رَسُولُهُ وَ الَّذينَ آمَنُوا الَّذينَ يُقيمُونَ الصَّلاةَ وَ يُؤْتُونَ الزَّكاةَ وَ هُمْ راكِعُونَ
“Sesungguhnya wali dan pemimpin kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat dalam keadaan ruku.” (QS al-Maidah: 55)
Ayat ini mengukuhkan wilāyah Imam Ali dan para imam As yang lain. Para mufassir berkeyakinan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Imam Ali as dan cincin yang beliau berikan kepada seorang fakir dalam keadaan ruku.
Dalam khutbah itu pula Nabi menyampaikan ayat tabligh: “Wahai Rasul Allah! Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu; dan jika engkau tidak melakukannya, maka bermakna tiadalah engkau menyampaikan perutusanNya; dan Allah jualah akan memeliharamu dari (kejahatan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada kaum yang kafir.” (Qs. Al-Maidah [5]:67)
Nabi Saw juga bersabda “Man kuntu mawlāh fahadha ʽAli Mawlāhu.” (Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya) yang menjelaskan secara tegas dan jelas tentang keimamahan Ali bin Abi Thalib.[SZ]