ICC Jakarta – Berdasarkan dalil dan pembenaran logika dan juga dengan adanya ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para Imam Suci Ahlulbait As, Kaum Syiah percaya dan yakin bahwa Allah Swt telah menunjuk seorang hujjah dan khalifah-Nya dalam setiap masa dan zaman.
Sesuai dengan riwayat yang tsiqah, hujjah dan khalifah Allah Swt tersebut terdiri dari duabelas orang. Semuanya datang setelah wafatnya Nabi Saw. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah Swt yang telah ditunjuk oleh-Nya guna memberikan hidayah kepada manusia setelah wafatnya Rasul dan Nabi-Nya yang terakhir itu. Mereka tidak lain adalah keduabelas Imam suci yang ada dalam mazhab Ahlulbait (Syiah Itsna ‘Asyariyah). Urutan kesebelas dari mereka adalah Imam Hasan Al-‘Askari As sedang yang keduabelasnya adalah Imam Mahdi As.
Selain hadis dan riwayat-riwayat yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya, dimana sekalipun hadis dan riwayat-riwayat diatas adalah dalil yang paling kuat yang mengindikasikan akan diangkatnya Imam Mahdi As sebagai Imam akhir umat, akan tetapi terdapat beberapa hadis dan riwayat lain yang datang dari para Imam Suci Ahlulbait As, yang berbicara ihwal hal ini. Sebagai contoh adalah
Imam kedua, Imam Hasan As disaat menjelaskan ihwal siapakah Imam Mahdi As itu mengatakan bahwa ia adalah anak dan cucu dari saudaranya (Imam Husain As) yang kesembilan[6]
Imam Husain As, pada saat mengisyaratkan siapakah gerangan salah seorang keturunannya yang kesembilan, beliau menyebutnya dengan nama “Al-Qâim bi al-Haq”[7].
Imam Sajad As juga pernah mengisyaratkan akan keimamahan Imam Mahdi As. Imam Sajjad As menyebutnya sebagai penerus dan duta Rasulullah Saw yang keduabelas dan pemimpin (Imam) setelahnya[8].
Imam keenam juga menyebutkan secara jelas bahwa hadrat Mahdi As adalah pemimpin (Imam) keduabelas setelah Nabi Saw[9].
Imam ketujuh juga mengisyaratkan bahwa Imam Mahdi As merupakan anak keturunannya yang kelima dengan mengatakan, “Ia akan ghaib dalam waktu yang lama.”[10]
Setelah menjelaskan tentang keghaiban Imam Mahdi As dan berbagai problematika yang akan muncul pada masa-masa tersebut, Imam Ridha As menjelaskan bahwa sebab dan pemicu berbagai problematika pada saat itu tidak lain karena keghaiban Imam Mahdi As[11].
Imam Jawad As mengatakan bahwa Imam Mahdi As adalah dari anak keturunannya yang ketiga[12].
Imam Hadi As, kakek Imam Mahdi As menekankan akan keimamahannya selepas Imam Hasan Al-‘Askari As[13].
Hingga pada akhirnya, penjelasan tentang kepemimpinan Imam Mahdi As menjadi sempurna dengan adanya pernyataan langsung dari Imam kesebelas (Imam Hasan Al-‘Askari As).
Hal ini berawal pada saat mereka bertanya tentang kebenaran sebuah riwayat yang dinukil dari para ayahnya yang berbunyi, “Inna al-Ardha lâ takhlû min hujjatillâh ‘alâ khalqih ilâ yaum al-qiyâmah wa anna man mâta wa lam ya’rif imâma zamânih mâta mîtatan jâhiliyyah (Sesungguhnya bumi tidak akan pernah sepi dari Hujjatullah hingga datangnya hari kebangkitan. Dan barang siapa yang mati, sementara ia tidak tahu siapakah Imam (Hujjatullah) pada masanya, maka sebenarnya ia mati dalam keadaan mati jahiliyah.” Sebagai jawaban, Imam Hasan Al-‘Askari mengatakan, “Inna hâdza haq kama anna al-nahâr haq (Sesungguhnya perkara ini adalah benar, persis seperti halnya siang ini adalah benar).” Kemudian, iapun kembali ditanya, “Wahai putra Nabi, siapakah gerangan yang akan menjadi Imam dan Hujjatullah selepasmu?” Imam menjawab, “Ibnî Muhammad wa huwa al-Imâm wa al-Hujjah ba’dî. Man mâta wa lam ya’rifhu mâta mîtatan jâhiliyyah (Anakku, Muhammad adalah Imam dan Hujjah setelahku. Dan barang siapa meninggal sementara ia tidak mengenalnya, maka sebenarnya ia mati dalam keadaan mati jahiliyah).”[14]
Tepat pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun 260 H, hari ketika Imam Hasan Al-‘Askari As mencapai derajat kesyahidan[15], Imam Mahdi As yang saat itu masih berusia tidak lebih dari lima tahun[16] kemudian menyandang sebagai Imam akhir umat. Dan semenjak itu pula, mulailah dua pembahasan penting bagi para pengikut dan Syiah Ahlulbait As. Pertama adalah pembahasan tentang makam Imam dan Hujjatullah yang disandang oleh Imam Mahdi As ketika ia masih balita, sedangkan kedua adalah pembahasan tentang keghaiban Imam Mahdi As atau masa dimana ia tidak nampak dari pandangan masyarakat umum.
Meskipun ketika itu terdapat beberapa orang syiah yang telah mengetahui tentang dalil dan argumen dari kedua permasalahan tersebut, akan tetapi masih banyak dari kaum syiah lainnya yang belum mengetahuinya dan memerlukan dalil dan argumen yang lebih tentang kedua hal tersebut (diangkatnya Imam Mahdi As sebagai Hujjatullah dikala ia masih balita dan keghaibannya dari pandangan masyarakat umum). Hal itu tidak lain karena Imam Mahdi As ketika diangkat sebagai Imam serta Hujjatullah tidak disaksikan kecuali oleh segelintir orang saja[17].
Itulah hadis-hadis yang secara jelas menukilkan tentatang kepemimpinan Imam Mahsi Afs. (Dars Nameh Mahdawiyat II, Khuda Murad Salimiyan)