ICC Jakarta – Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin menilai krisis kemanusiaan yang menimpa etnis muslim Rohingya di Myanmar bukan hanya soal perbedaan agama. Menurut dia, ada unsur politik yang melatarbelakangi konflik tersebut.
Untuk itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengajak seluruh warga negara Indonesia, terutama umat Muslim untuk tidak membenci umat Buddha di Indonesia dengan alasan konflik di Myanmar.
“Ini konflik agama ada, politik ada. Dimensi agama ada, politik ada. Tapi saya tidak setuju agama Buddha di sini jadi dimarahi, didemonstrasi. Sebab yang di sini tidak ada hubungannya,” ujarnya di sela-sela Silahturahmi dan Halaqah Alim Ulama dan Pengasuh Pondok Pesantren se-Jabar di Bandung, Selasa (5/9), sebagaimana dilaporkan Kompas.com.
Sebagai negara yang berpengaruh di wilayah ASEAN serta kelompok negara-negara Nonblok, Kiai Ma’ruf menilai Indonesia harus ikut ambil peran bersama negara lainnya dalam menghentikan krisis kemanusiaan di Myanmar.
“Indonesia dianggap masih pemimpin di negara Nonblok, pengaruhnya masih ada. Peran masa lalu masih ada sejak zaman Bung Karno. Jadi Indonesia harus mengambil peran,” ungkapnya.
Kiai Ma’ruf berharap, Indonesia setidaknya bisa mengajak negara-negara lain untuk bisa membujuk pemerintah Myanmar minimal mengakui etnis Rohingya sebagai warga negara terlebih dahulu meski statusnya hanya sebagai minoritas.
“Sebagai minoritas diperlakukan seperti kelompok minoritas, tapi hak-haknya (sebagai warga negara) diberikan,” ucapnya.
Tidak hanya di Myanmar, Kiai Ma’ruf berharap, Indonesia juga bisa menjadi negara yang mendamaikan negara-negara di Timur Tengah yang saat ini sedang panas akibat konflik-konflik antarnegara.
“Di Timur Tengah lebih parah lagi, tidak ada negara yang menjadi pendamai. Mesir jadi kelompok Saudi, Turki menjadi kelompok Qatar. Satu-satunya yang bisa mengambil peran ya, Indonesia,” tutupnya. (Red: Abdullah Alawi) NU Online