ICC Jakarta – Bulan Ramadhan adalah bulan Allah SWT, satu-satunya bulan yang diabadikan namanya oleh Al-Qur’an. Allah SWT menyebutnya dengan bulan Nuzulul Qur’an. Allah SWT berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an. (QS. Al-Baqarah: 185). Bulan ini menjadi agung bukan karena puasanya namun karena pada bulan ini Al-Qur’an diturunkan. Al-Qur’an memiliki hukum dan hikmah, diantaranya adalah puasa.
Pada bulan ini manusia menjadi tamu-tamu Allah SWT. Dan hidangan yang Ia suguhkan adalah Al-Qur’an. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda, “Al-Qur’an ini adalah jamuan dari Allah SWT. Al-Qur’an merupakan jamuan Ilahi bagi hamba-hamba-Nya. Oleh karenanya tidak semua orang bisa menyantap dan menikmati sajian itu. Ia merupakan pemberian khusus bagi insan yang haus dan lapar akan ma’rifat Al-Qur’an.
Allah mengajak kita untuk membaca Al-Qur’an pada bulan yang mulia ini. Para ahli makrifat berkata, “Sesungguhnya walaupun puasa terasa berat dan melelahkan bagi mereka yang melakukannya, namun dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, beban tersebut akan hilang. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa.”
Jika seseorang bertanya kepada Anda tentang mengapa harus berpuasa, apa tanggapan Anda? Jika ditanya mengapa Anda menanggung begitu banyak lapar dan haus, apa yang akan Anda katakan?
Ada banyak alasan untuk berpuasa misalnya puasa demi kesehatan, demi solidaritas dengan orang miskin dan memupuk kesalehan seseorang. Ada banyak alasan orang-orang untuk melakukan puasa tetapi sejatinya apakah alasan utama ibadah puasa ini? Jika alasan berpuasa untuk merasakan kehausan dan rasa lapar orang miskin, maka mengapa orang-orang miskin juga harus berpuasa toh tujuan berpuasa adalah merasakan penderitaan yang mereka rasakan.
Sejatinya alasan utama untuk berpuasa adalah sesuatu yang lain yaitu melaksanakan ketakwaan dan menjadikan manusia menjadi makhluk yang memiliki kedudukan tinggi, menjadi pembeda dengan binatang. Puasa berkaitan dengan kekuasaan manusia untuk memilih dan menentukan bahwa meskipun terdapat banyak hidangan dan makanan yang telah siap disantap sepanjang siang hari, namun ia tetap memilih tidak makan dan tidak melakukan hal-hal dan perbuatan-perbuatan yang dilarang sehingga akn membatalkan puasanya. Puasa adalah olah jiwa yang bisa menjadi persiapan bagi manusia untuk melakukan ketaatan dan menjalankan perintah-perintahnya. [SZ]