ICC Jakarta – Agama, merupakan sarana mensucikan jiwa, kata Ustaz Dr. Umar Syahab dalam kajian akhlak “Takziyatun Nafs” yang diselenggarakan Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, Jumat (10/3). Menurutnya, melalui praktik-praktik agama yang diajarkan nabi, seperti bersedekah, jalan penyucian jiwa itu dapat diraih.
Lebih lanjut dijelaskan, tazkiyatun nafs, merupakan penyucian diri. “Nafs lebih spesifik adalah jiwa,” papar Ustaz Umar.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yang ada di tubuh dan menyebabkan seseorang hidup) atau nyawa. Jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya).
Perbedaan mendasar antara manusia dan hewan (binatang) terletak pada ruh nya. Manusia dan binatang sama-sama memiliki nyawa, namun manusia memiliki ruh akan tetapi binatang tidak memilikinya.
“Harus dibedakan antara ruh dan nyawa. Ruh adalah potensi yang sempurna yang hanya diberikan kepada manusia. Sedangkan nyawa adalah unsur kehidupan yang ada pada manusia dan hewan, bahkan bisa juga ada pada tumbuh tumbuhan. Yang membedakan kita pada makhluk lain adalah ruh kita sendiri, “ imbuhnya.
“Untuk membentuk akhlak mulia, maka salah satu jalan utama yang harus ditempuh adalah mensucikan dirinya,” tambahnya.
Ustaz Umar menambahkan, di dalam diri manusia ada daya yang mendorong diri melakukan keburukan tapi pada saat yang sama ada potensi mendorong untuk melakukan kebaika-kebaikan. Selalu ada pertarungan antar keduanya.
Apa yang dipaparkan Ustaz Umar mempertegas posisi manusia sebagai makhluk Allah swt yang memiliki potensi menuju jalan kesempurnaan dan juga memiliki potensi terjerumus ke dalam kehinaan. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dijelaskan: Suatu hari, ada seseorang bertanya pada Imam Ja’far As-Shodiq, “Wahai Imam, mana yang lebih mulia, manusia atau malaikat?”
Imam Menjawab,
“Allah memberikan akal tanpa syahwat kepada malaikat. Dan memberi syahwat tanpa akal pada binatang. Dan Dia memberikan akal dan syahwat kepada manusia. Maka, siapa yang akalnya mengalahkan syahwatnya maka dia lebih mulia dari malaikat. Dan siapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya maka dia lebih sesat dari binatang.”(Zen-Malik)
Source: Site ABI