ICC Jakarta – Debenham menjadi department store pertama di Inggris yang resmi menjual hijab, sebagai bagian dari koleksi baru busana Muslim. Jaringan Debenham akan memperkenalkan produk hijab di cabang Oxford Street, sebelum diluncurkan di Bullring di Birmingham, Westfield di Shepherd’s Bush, Trafford Centre di Manchester, dan toko-toko di Highcross Shopping Centre di Leicester.
“Menambahkan produk mode berkualitas tinggi untuk toko kami, memungkinkan kami untuk menawarkan koleksi yang sangat relevan, baik di pasar internasional maupun untuk pelanggan domestik kami,” kata Jeanette Whithear, dari Debenham, dikutip The Independent.
Selain hijab, Debenhams juga menyediakan busana Muslim lainnya, termasuk atasan, gamis, jumpsuit, kimono, topi, dan bros hijab. Department Store ini bekerja sama dengan sejumlah merek, salah satunya Aab.
“Ini merupakan langkah baru untuk membuat penawaran produk dengan melayani kebutuhan pelanggan yang lebih luas,” jelasnya.
Merek dagang Aab, yang khusus menjual pakaian konservatif, mengaku senang menjual pakaian sederhana namun kontemporer bagi perempuan. Aab juga meluncurkan mereknya di jaringan internasional Debenham di Dubai, Kuwait, Arab Saudi, Bahrain, Iran, Indonesia, dan Malaysia.
“Kami mendirikan Aab hampir satu dekade lalu yang mendesain ulang busana sederhana, tapi juga melayani kebutuhan pokok pakaian modern sehari-hari. Kemitraan dengan Debenhams membuka beberapa peluang yang sangat menarik bagi kami,” ungkap pendiri dan Direktur Kreatif di Aab, Nazmin Alim.
Langkah Debenhams mendapat banyak tanggapan positif dan negatif. Sejumlah pihak mengatakan penjualan hijab di Inggris pantas dilakukan karena populasi Muslim yang semakin tinggi.
Sebelumnya, pada 2014, department store James Lewis juga pernah menjual hijab khusus untuk seragam sekolah, di cabang London dan Liverpool. Kemudian pada Maret tahun lalu, department store Marks & Spencer juga menyediakan burkini untuk pertama kalinya.
Burkini merupakan pakaian renang yang menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah, tangan, dan kaki, tanpa mengorbankan gaya. Pakaian renang jenis ini sempat menuai kontroversi, terutama di Riviera, Prancis.
Sumber: Republika