ICC Jakarta Adik-adik, dalam kehidupan dunia ini, kita memerlukan teladan dari yang berakhlak agung dan mulia, sehingga dengan keteladanan dari mereka, kita dapat meniru akhlak luhur mereka. Para pemimpin agama dan para Imâm Ahlul Bait
As adalah contoh dan teladan bagi kita semua. Oleh karena itu, kami telah membuat penelitian perihal kehidupan mereka, dengan maksud untuk memperkenalkan kepada adik-adik akan kehidupan mereka. Dan semaksimal mungkin kami telah menyusun buku-buku ihwal kehidupan mereka dengan bahasa sederhana sehingga dapat dipahami dengan mudah.
Kumpulan kisah manusia-manusia suci ini disusun seringkas mungkin dengan tidak melupakan keabsahan kisah-kisah teladan Imâm Ahlul Bait itu.
Para ahli sejarah Islâm telah mengkajinya secara serius dan mereka mendukung adanya penyusunan buku ini.
Kami berharap, adik-adik sekalian sudi mengkajinya secara serius pula. Hasil dari pelajaran ini, kami meminta kepada adik-adik untuk dapat menyampaikan kesan dan pandangannya.
Kami sangat berterima kasih atas perhatian adik-adik. Dan semoga adik-adik mau bersabar menantikan edisi-edisi selanjutnya.
Suku Quraisy
Suku Quraisy dipandang sebagai salah satu suku yang dihormati dan disegani di antara suku-suku yang ada di tanah Hijaz Arabiah. Dia terbagi dalam berbagai kelompok. Bani Hasyim adalah salah satu suku terhormat di antara suku-suku yang ada. Qusyai bin Kilab adalah nenek moyang yang bertugas sebagai penjaga Ka’bah.
Hasyim dianggap sebagai orang yang mulia, bijaksana dan terhormat di antara penduduk Makkah. Ia banyak membantu penduduk Makkah dan memulai perniagaan pada Musim dingin dan Musim panas supaya mereka mendapatkan penghidupan yang layak. Atas jasa-jasanya, penduduk memberinya julukan sayyid. Selanjutnya julukan itu turun-temurun sampai pada anak keturunan Hasyim. Anak keturunan Hasyim yang mengikuti sebagai penjaga ka’bah adalah Muthalib dan Abdul Muthalib. Mereka juga sebagai penjaga dan pengawal suku Quraisy. Pada masa Abdul Muthalib pasukan Abrahah datang menyerbu Ka’bah, namun berkat pertolongan Allah Swt, pasukan Abrahah mengalami kekalahan. Nama Abdul Muthalib semakin tersohor di kalangan penduduk Makkah. Abdul Muthalib sangat mencintai anaknya Abdullah. Abdullah menikah dengan perempuan baik-baik bernama Aminah pada usia 24 tahun.
Dua bulan setelah peristiwa gajah, Aminah melahirkan. Anak itu diberi nama Muhammad. Sebelum kelahiran Muhammad, ayahnya Abdullah meninggal dunia. Tak lama kemudian setelah melahirkan Muhammad, ibundanya pun menyusul suaminya kembali ke alam baka. Pada masa awal kelahiran Muhammad, beliau sudah menjadi yatim. Sesudah ditinggalkan oleh kedua orang tua yang dicintainya, Muhammad diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Berkat anugerah dan rahmat dari Allah Swt, Muhammad putra Abdullah tumbuh menjadi dewasa dengan kesucian jiwa yang terpelihara. Penduduk kota Makkah mencintai dan merelakan barang-barang mereka di bawah pengawasan Muhammad. Atas kejujuran dan sifat amanah yang ditunjukkannya, mereka memberinya gelar ” al-Amin ” yakni orang yang dapat dipercaya.
Dengan bekal iman yang teguh, Muhammad membantu orang-orang fakir, membela orang-orang yang tertindas, membawakan makanannya pada mereka yang yang lapar, mendengarkan keluhan-keluhan mereka dan membantu memberikan jalan keluar atas permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi.
Ketika beberapa orang pemuda mendirikan sebuah perhimpunan yang dikenal sebagai ” Perjanjian Pemuda ” (Hiftul Fudhul), Muhammad mengulurkan tangan untuk membantu mereka dan mendorong mereka untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang menjadi korban penindasan dan mengangkat senjata untuk memulai perang suci melawan para penindas dan penguasa zalim.
Pada suatu waktu, Abu Thalib, paman Muhammad, menasehatinya untuk bergabung dengan kafilah dagang kepunyaan khadijah. Dan karena kejujuran dan kelurusannya dalam mengemban amanat yang diberikan kepadanya, kemudian Muhammad ditunjuk sebagai pemimpin kafilah dagang tersebut.
Selang beberapa lama kemudian, Khadijah terpesona akan amal kebajikan pemuda Muhammad dan berhasrat meminangnya untuk dijadikan suami, Muhammad menerima lamaran itu. Setelah menikah, Khadijah menyerahkan seluruh hartanya untuk dipergunakan Muhammad.
Setelah perkawinan yang bahagia itu, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Fatimah, yang anak keturunannya kelak menjadi manusia-manusia suci.
Kecerdasan Muhammad
Sepuluh tahun sesudah perkawinannya, banjir besar melanda kota Makkah yang menghancurkan dan menjarah bangunan Ka’bah. Bangunan yang hancur itu ingin direnovasi oleh penduduk kota Makkah. Untuk mencegah perseturuan yang bakal terjadi, pembangunan kembali bangunan Ka’bah dilakukan oleh berbagai suku yang ada. Namun ketika pembangunan telah selesai dan tiba waktunya untuk meletakkan Hajar Aswad, semua suku menyatakan berhak untuk meletakkan batu itu.
Perang hampir saja berkecamuk. Muhammad kemudian muncul memberi usulan, bahwa Hajar Aswad sebaiknya diletakkan pada selembar kain dan seluruh wakil dari suku-suku itu meletakkan tangan mereka dan membawanya bersama-sama pada tempat yang sesuai.
Masa permulaan risalah kenabian
Memasuki usia 40 tahun Muhammad dilantik sebagai nabi. Suatu hari, ketika beliau sedang melakukan ibadah di Gua Hira, muncul Malaikat Jibril As membawakan wahyu dari Tuhan. Muhammad terpilih untuk mengemban risalah kenabian sebagai Rasulullah Saw.
Setelah wahyu itu turun, Muhammad, Rasulullah Saw beristirahat di rumahnya. Sekali lagi, Malaikat Jibril As turun ke bumi untuk menyampaikan wahyu dari Allah Swt yang memerintahkan Rasulullah Saw supaya memulai melakukan dakwah kepada khalayak.
Pada masa awal, Rasulullah Saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Pada saat itu, hanya beberapa orang saja yang mau menerima Islam. Orang pertama yang mengakui kenabian Muhammad Rasulullah Saw adalah istri beliau Khadijah kemudian sepupunya Ali bin Abi thalib. Dalam masa dakwah sembunyi-sembunyi, Rasulullah Saw melakukan persiapan-persiapan dengan menciptakan iklim dakwah yang sehat agar masyarakat siap menerima Islam.
Masa persiapan ini berlangsung selama 3 tahun. Setelah itu, Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw untuk melakukan dakwah secara terang-terangan, mengajak manusia menyembah Tuhan Yang Esa dan memulai perang suci melawan para penyembah berhala.
Tugas dakwah merupakan tugas yang penuh risiko dan bahaya. Sebab para pemimpin suku telah sekian lama menikmati kenikmatan berupa kerajaan, monarki dan menjadikan orang-orang sebagai budaknya. Mereka khawatir bahwa dakwah Rasulullah Saw akan merongrong kekuasaan mereka. Selain itu, tugas dakwah akan menjumpai kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaannya, karena berhala-berhala itu telah lama dijadikan sesembahan oleh mereka.
Rasulullah Saw tidak mengenal toleransi. Ia memilih untuk memikul tugas ini untuk peng-Esa-an Tuhan dan penegakan undang-undang Tauhid di muka bumi.
Masyarakat yang sebelumnya menghormati dan santun terhadap Nabi Saw, kini berbalik membenci dan memusuhi dakwah Rasulullah Saw dengan harta. Namun usaha mereka gagal. Mereka memulai dengan mencibir, menyiksa dan menjarah harta-harta milik Nabi Saw. Namun usaha mereka tidak berhasil untuk menghentikan laju dakwah Rasulullah Saw.
Kaum kafir Makkah tidak pernah lelah untuk mengubah pendirian Rasulullah Saw. Mereka meningkatkan kebrutalan, kekejamannya dan mengusir Rasulullah Saw beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya keluar dari kota suci Makkah. Mereka berharap Nabi Saw mau merubah pendiriannya. Melihat sikap tidak bersahabat kaum quraisy itu, Nabi saw beserta pengikutnya terpaksa bermukim di ladang kepunyaan Abu Thalib selama tiga tahun. Tindakan ini Rasulullah Saw lakukan untuk menghindari perlakuan keji penyembah berhala itu. Tetapi penyembah berhala itu tidak puas hanya dengan mengusir Rasulullah Saw. Mereka bahkan mengepung ladang itu sehingga makanan dan minuman tidak dapat dimiliki oleh Nabi beserta pengikutnya yang setia. Beberapa penduduk yang ikut Nabi mempertaruhkan hidupnya untuk mendapatkan makanan dari kota pada kegelapan malam.
Waktu berlalu begitu cepat. Kaum kafir menyerah pada tekad dan kegigihan yang ditunjukkan oleh kaum Muslimin. Mereka memutuskan untuk membunuh Rasulullah Saw. Mereka memilih pemuda-pemuda terkuat dari kalangan keluarga dan suku mereka dengan memberikan upah yang tinggi kepada siapa yang berhasil membunuh Nabi Saw. Mereka menetapkan untuk menyerang kediaman Nabi pada malam hari.
Hijrah ke Madinah
Rencana keji itu diketahui oleh Rasulullah Saw melalui wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril As. Nabi Saw memilih saudaranya Ali untuk menggantikannya tidur di atas ranjang dengan mempertaruhkan hidupnya demi keselamatan Nabi Saw. Beliau hijrah dari Makkah ke Madinah dalam kegelapan malam. Kaum Musyrikin telah berkumpul untuk membunuh Nabi Saw. Betapa terkejutnya mereka tatkala mendapati Ali di atas ranjang Rasulullah Saw. Mereka segera mengejar Rasulullah Saw. Namun pengejaran itu gagal sehingga mereka pulang ke Makkah dengan tangan hampa.
Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, Nabi Saw tiba di Quba, sebuah tempat di dekat kota Madinah. Penduduk desa menyambut kedatangan Nabi Saw dengan suka cita. Nabi Saw berencana membangun tempat salat dan menyusun tugas-tugas dakwah.
Pembangunan masjid Quba berjalan lancar. Nabi Saw turut mengulurkan tangan dalam menyelesaikan pembangunannya. Sesudah pembangunan masjid itu selesai, Nabi Saw melakukan salat Jum’at dan bertindak sebagai khatib. Salat Jum’at yang baru pertama kali ini dilaksanakan, diisi dengan ceramah singkat. Rasulullah Saw melakukan hal ini karena menantikan kedatangan Ali dari kota Makkah, juga bergabungnya para wanita keturunan Bani Hasyim, sehingga dapat bersama-sama memasuki kota Madinah.
Setelah kepergian Nabi Saw, Ali masih tinggal selama tiga hari di Makkah. Sebelum pergi, Ali menyerahkan amanah milik kaum Muslimin yang masih berada di Makkah. Beliau pergi bersama dengan para wanita keturunan Bani Hasyim pada malam hari, agar dapat bergabung dengan rombongan Rasulullah Saw di Quba.
Rasulullah Saw, Ali dan para wanita memasuki kota Madinah dengan sambutan hangat penduduk kota yang menantikan mereka. Setiap penduduk berlomba meminta Rasulullah Saw untuk bertandang ke rumah mereka. Tapi Rasulullah saw berkata: ” Berilah jalan pada untaku ini. Aku akan menjadi tamu orang yang di depan pintunya unta ini berhenti. “
Sang unta berjalan hingga melintasi jalan-jalan kota Madinah hingga ia menghentikan langkahnya di depan pintu Abu Ayyub al Anshari. Di sanalah Rasulullah Saw di jamu.
Sesampainya di Madinah, Rasulullah Saw memerintahkan pembangunan masjid sebagai sarana dakwah dan pengajaran. Nabi juga segera menyerukan perdamaian antara suku Aus dan Khazraj yang telah berperang selama bertahun-tahun akibat hasutan yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi.
Rasulullah Saw menciptakan suasana persaudaraan antara Muhajirin (orang yang hijrah) dengan Anshar (para penolong), sehingga kaum Muhajirin tidak menjadi beban dikemudian hari dan mereka dapat hidup dengan rukun dan damai. Orang-orang Yahudi Madinah memandang perbuatan ini sebagai suatu ancaman bagi usaha perekonomian mereka. Mereka memutuskan hubungan dengan kaum Muslimin. Mereka menghendaki perpecahan di kalangan kaum Muslimin serta membinasakan mereka. Rasulullah Saw menyadari sepenuhnya kegiatan-kegiatan kaum Yahudi. Beliau bertekad menghapus dan menghadapi persekongkolan licik itu.
Perubahan Arah Kiblat
Pada awalnya, Rasulullah Saw salat ke arah Masjid al-Aqsa di Yerusalem. 13 tahun di Makah dan 1 tahun 5 bulan di Madinah. Kaum Yahudi menyatakan keberatan dan berkata dengan congkaknya, ” Jika kami dalam kesesatan, lalu mengapa kalian melakukan salat mengarah pada kiblat kami. “
Atas peristiwa itu, Malaikat Jibril turun ke bumi membawa wahyu ketika Rasulullah Saw sedang khusyuk mengerjakan salat. Malaikat Jibril As berkata : ” Allah Swt telah memerintahkan engkau untuk menghadapkan wajahmu ke arah Ka’bah. ” Sejak saat itu Ka’bah menjadi kiblat bagi kaum Muslimin. Kaum Yahudi berpikir buruk tentang perubahan itu dan menyatakan keberatan serta bertanya, ” Jika Ka’bah arah kiblatmu, lalu mengapa engkau melakukan salat menghadap ke Masjid al-Aqsa (Yerusalem) ?”
Kaum Yahudi itu tidak menyadari bahwa perubahan arah kiblat adalah untuk membedakan siapa kawan dan siapa lawan Islam, sehingga dapat dikenali siapa yang mentaati dengan siapa yang menentang Rasulullah Saw.