ICC Jakarta – Ketaatan kepada Allah Swt akan membimbing manusia pada kesempurnaan dan memperkuat hubungannya dengan Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hubungan tersebut juga akan mencegah manusia terjerumus dalam lembah dosa. Dosa dan ketidaktaan akan menyelewengkan perjalanan manusia menuju kesempurnaan. Bimbingan dan peringatan dari Allah adalah demi kebahagiaan, kebaikan, dan kemajuan manusia. Sebab itu, ketidakpatuhan akan menjadi penghalang utama bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan.
Manusia memiliki ikhtiar atau kehendak dan sangat rentan melakukan kesalahan. Meski demikian, manusia selalu punya kesempatan untuk membenahi diri dari kesalahan yang telah dilakukannya. Allah Swt dengan rahmat-Nya yang tak berbatas membuka pintu ampunan bagi orang-orang yang menyesali dosa-dosanya. Allah selalu membuka pintu taubat dan ampunan bagi seluruh hamba-Nya. Sebab itu, orang berusaha mensucikan diri dengan bertaubat, maka sesungguhnya ia tengah membersihkan dosa-dosa yang telah berkarat di hatinya. Tentunya dengan syarat, ia sungguh-sungguh dalam bertaubat.
Allah Swt dalam surat Furqan ayat 70 berfirman, “Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta melakukan amal shaleh, Allah akan mengubah mngubah keburukan mereka dengan kebaikan, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dalam ayat ini poin penting yang disebutkan setelah bertaubat adalah melakukan amal shaleh dan digantikannya keburukan dengan kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pintu rahmat dan kasih sayang Allah Swt, selalu terbuka bagi hamba yang menyesali perbuatan buruknya dan dosa-dosanya.
Taubat yang tulus bagaikan ramuan kimia yang sangat berpengaruh dan memberikan perubahan besar dalam diri manusia, seakan ia dilahirkan kembali ke dunia. Hatinya bagaikan kaca yang bening dan tak ternoda. Perubahan tersebut juga melenyapkan kekerasan hatinya yang terjelma dalam perbuatan dosa. Ketika manusia sudah menemukan jalannya menuju Allah Swt, kepribadiannya pun akan berubah. Hatinya yang tak tenang dan selalu was-was, kini berubah ibarat danau yang teduh dan tenang.
Jika taubat memberikan perubahan sedemikian besar pada pribadi dan jiwa manusia, maka saatnya pula kita bergegas menuju rahmat ilahi. Apalagi terbuka lebar kesempatan bagi kita untuk meraihnya pada bulan Ramadhan. Pada detik-detik suci ini, kembali kita memanjatkan doa Qurani berikut ini,
“Wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami dan jika kau tak memaafkan dan mengasihi kami, maka kami akan menjadi orang-orang yang merugi.”
* * *
Sebagian dari kita mungkin akan sangat sensitif dan cermat memperhatikan perilaku orang lain, namun kita cenderung lalai mengintrospeksi diri. Terkadang kita melakukan kesalahan besar dan kecil yang jika hal itu kita lihat pada diri orang lain, akan mengalir cercaan dari mulut kita. Terkait hal ini, Allah Swt dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 44 berfirman, “Apakah kalian memerintahkan orang lain untuk berbuat kebajikan sedangkan kalian melupakan kewajiban kalian sendiri??.” Sebab itu, dianjurkan untuk terlebih dahulu membenahi diri sendiri sebelum kita menasehati orang lain. Imam Ali as mengatakan,, “Orang yang memposisikan diri sebagai pembimbing masyarakat, ia harus terlebih dahulu mendidik diri sendiri sebelum mengarahkan orang lain, dan hendaknya ia membimbing masyarakat melalui perilaku baiknya.
Mengundang makan saat berbuka puasa merupakan sunnah pada bulan Ramadhan. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda, “Wahai masyarakat, barang siapa yang pada bulan Ramadhan, memberikan makanan buka puasa kepada orang seorang mukmin, maka pahalanya seperti membebaskan seorang budak dan terampuni dosa-dosanya pada masa lalu.” Sama seperti amal baik lainnya, memberikan hidangan buka puasa juga harus dilakukan secara tulus dan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena tidak ada pahala apapun dari Allah jika hal itu dilakukan dalam rangka pamer. Selain itu, hidangan tersebut juga harus diperoleh dari uang halal, karena uang haram akan berdampak negatif pada tubuh dan kejiwaan manusia.
Dianjurkan agar undangan berbuka puasa tersebut jangan sampai membebani dan menyulitkan. Untuk mendapatkan pahalanya, seseorang cukup dengan menawarkan makanan-makan sederhana saja. Rasulullah saww menjawab pertanyaan sahabat beliau yang tidak punya banyak uang untuk mengundang makan orang-orang yang berpuasa dengan mengatakan, “Amal itu cukup dilakukan dengan setengah biji kurma dan segelas air.” (IRIB Indonesia)