ICC Jakarta – Jika kita memperhatikan secara mendalam, maka kita akan menemukan bahwa reproduksi dan berketurunan terjadi karena pertemuan dua unsur sperma laki-laki dan ovum perempuan. Jika tidak melalui keduanya maka akan mustahil terjadi. Karena itu, di dalam al-Quran terdapat ungkapan yang sangat mendalam yang menggambarkan kedua unsur ini. Allah Swt berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan..”(QS. al-Hujurat [49]:13).
Jika tidak ada laki-laki dan perempuan maka tidak akan terjadi proses reproduksi tersebut karena proses pernikahan tidak akan terjadi tanpa keduanya sama sekali.
Dengan demikian, pesan dari ayat di atas tetap ditujukan kepada semua manusia untuk menegaskan bahwa kesempurnaan penciptaan kembali kepada-Nya. Dialah yang menciptakan dua anak muda, pemuda yang pertama adalah laki-laki dan pemuda yang kedua adalah perempuan, meskipun hal ini cenderung kepada jiwa manusia. Allah Swt berfirman, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri (al-nafs al-wahidah)”…. kemudian Allah berfirman, “Dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak” (QS. al-Nisa [4]:1). Firman-Nya, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya.. merupakan bentuk yang sama dengan ayat sebelumnya dari surah al-Hujurat.
Hal yang sama dengannya kita temukan di dalam surah al-A’raf. Allah berfirman, “Dialah yang Menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.” (QS. al-A’raf [7]:189)
Dari ayat-ayat yang mulia ini, kita bisa memahami bahwa Allah Swt menciptakan manusia seluruhnya dari jiwa yang satu. Mereka tersatukan dalam hakikat kemanusiaan tanpa ada perbedaan di dalamnya antara laki-laki dan perempuan, besar dan kecil, atau lemah dan kuat. Keadaan ini tidak membuat laki-laki menindas wanita dan yang kuat tidak menzalimi yang lemah di antara mereka.
Jika kita perhatikan secara mendalam permulaan ayat yang mulia tadi, yaitu firman Allah Swt, Hai sekalian manusia, maka kita akan mengetahui bahwa ayat ini menyampaikan pesan kepada semua manusia tanpa ada pengecualian. Firman Allah Swt, yang telah menciptakan kamu dari seorang diri….melingkupi semua manusia, bukan khusus hanya kepada kaum mukmin.
‘Diri yang satu’ secara bahasa maksudnya adalah inti dari sesuatu. Sebagaimana tampak dalam bentuk pesannya yang dimaksud dengan diri yang satu adalah Adam as dan maksud dari pasangannya adalah Hawa as. Keduanya merupakan nenek moyang manusia yang kita semua menyambungkan nasab kepada mereka. Allah Swt berfirman, “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga…” (QS. al-A’raf [7]:27)
Allah Swt berfirman mengenai kisah Iblis yang akan terus menerus menggoda keturunan Adam as, “…..Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil.” (QS. al-Isra [17]:62).
Kemudian firman Allah Swt, dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya; makna zahir dari ayat tersebut adalah bahwa Allah Swt telah menciptakan dari diri tersebut pasangannya. Ini adalah penjelasan mengenai keadaan pasangannya bahwa dia berasal dari jenisnya sendiri secara identik. Maksudnya adalah bahwa keduanya—suami dan istri—saling identik dalam hakikat kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara keduanya dari sisi ini, karena asal keduanya adalah sama. Hal ini sekaligus menolak pendapat orang-orang dahulu yang merendahkan wanita sebagai kotoran, najis dan sebagai setan, serta keadaannya sebagai fitnah yang bercampur baur dengan kedurhakaan dan iblis dan lain-lain.
Allah Swt telah menegaskan di dalam ayat ini dan ayat-ayat lainnya bahwa wanita dari sisi jasad dan rohnya adalah seperti laki-laki. Karena itu perempuan memiliki hak untuk hidup, bahagia, bekerja, kehormatan, kemuliaan, penghormatan dan penghargaan dan lain-lain. Dari sini, perempuan adalah manusia yang diciptakan oleh Allah untuk menjadi pendamping laki-laki. Dari keduanya akan lahir keturunan yang banyak. Allah Swt berfirman, “Dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” Keturunan yang banyak tidak akan terjadi jika salah satu pihak tidak memiliki pasangannya.
Allah Swt berfirman, “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS. al-Dzariat [51]:49). Firman-Nya, “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula)” (QS. al-Syura [42]:11).
Allah Swt berfirman di dalam surah al-Nahl, “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu….” (QS. al-Nahl [16]:72)
Dengan demikian, garis keturunan manusia di permukaan bumi ini berakhir pada Adam dan istrinya, Hawa as. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ayat di atas dengan redaksi “banin wa hafadzah.” []
Sumber bacaan: Jagat Wanita : Tinjauan Kedudukannya dalam Islam